Boss and Secretary - 92 (Adult Scene)

1.1K 54 36
                                    

Julian mengecup bahu Nilaa lembut setelah percintaan hebat mereka semalam. Tubuh Nilaa hanya ditutupi selimut begitu pun Julian.

"Kamu tidak perlu menuruti perkataan nenek." Kata Julian yang lebih memilih agar Nilaa tetap merasa tenang, damai dan nyaman. Elena bukan tanggung jawab Nilaa.

"Kenapa nenek mengajak kita berkumpul mendadak dan tiba-tiba menyuruhku untuk tinggal dengan Elena? Kamu merasa aneh tidak dengan permintaan tiba-tiba nenek?"

"Ya. Tapi, kita tidak bisa membiarkan asumsi kita menjadi liar. Mungkin nenek terlalu khawatir pada Elena dan dia lebih percaya padamu untuk menemani Elena." Julian mencoba berpikir positif.

Toh, selama ini Arthur dan Elena juga terlihat baik-baik saja bahkan jauh berbeda dibandingkan mereka yang dulu khususnya Elena.

Ponsel Nilaa berdering. Julian mengambil ponsel Nilaa di nakas dan menatap layar ponsel. "Suzanne? Kenapa dia malam-malam begini menelepon?" Julian memberikan ponsel Nilaa.

Nilaa mengangkat telepon dan saat dia berkata 'halo' Suzanne menyerocos.

"Aktor ini tidur di apartemenku, Nilaa. Dia di sini dengan Debora dan dia menghabiskan minumanku di lemari es. Ya ampun! Dia sekarang teler setelah cerita ratusan episode tentang hidupnya. Dia benar-benar seorang aktor bukan sih?! Aku ingin mengusirnya tapi dia teler dan dia terlalu tampan untuk diusir."

Nilaa lebih memilih mematikan teleponnya secara sepihak daripada harus mendengarkan cerita Suzanne tentang pria asing yang mengaku sebagai aktor terkenal itu.

"Kenapa dimatikan?" Tanya Julian sembari mengendus-enduskan wajahnya di belahan dada Nilaa. Entah kenyamanan apa yang ada di sana hingga Julian betah berlama-lama mengendus-endus wajahnya.

"Aku tidak mau mendengarkan ocehan Suzanne."

Julian mendongak dan tersenyum pada Nilaa. "Dia memang penuh drama. Meskipun begitu dia cukup lucu dan bisa diandalkan sesekali."

"Ya, kamu benar. Tapi, mendengarkan Suzanne mnegoceh itu sama saja dengan membiarkan dia menyedot semua energi yang aku miliki."

"Memangnya dia cerita apa?"

Nilaa membelai rambut Julian lembut. Kepala pria itu masih sejajar dengan belahan dada Nilaa. "Kamu tahu pria asing yang di taman itu, dia mengaku sebagai aktor terkenal dari Asia. Waktu itu aku sedang berada di kafe. Tiba-tiba dia datang dan memintaku untuk berpura-pura menjadi pacarnya."

Sampai di situ raut wajah Julian berubah merengut.

"Dia sedang dikejar seorang wanita. Aku tidak tahu wanita itu siapa. Ya, setelah dia bilang kalau aku kekasihnya si wanita itu pergi."

Mendengarkan cerita Nilaa tentang pria asing yang mengakui Nilaa sebagai kekasihnya membuat mood Julian mendadak buruk. Melihat wajah suaminya yang berubah, Nilaa cepat-cepat meralat kalimatnya.

"Aku hanya membantu dia saja. Dia terjepit, sayang."

"Aku jadi benci pria itu." Julian duduk dengan wajah masam.

"Hei." Nilaa menyusulnya. Dia duduk di hadapan Julian, membelai rambut hingga ke pipi suaminya itu. "Ayolah, dia hanya pria asing dan aku tidak akan jatuh cinta padanya bukan." Nilaa ingin terkekeh melihat suaminya yang bersikap seperti anak kecil itu.

Julian tidak akan berlama-lama ngambek karena dia tidak tahan untuk tidak memeluk istrinya. Pelukan yang paling hangat dan paling menggairahkan hanya ada di sana. Di pelukan tubuh Nilaa.

Dia memeluk Nilaa dan mengecup lembut bahu istrinya. Dengan lembut dia membelai punggung Nilaa. "Aku tidak mau kehilangan kamu."

"Aku juga."

"Aku menyayangimu."

"Apalagi aku. Aku sangat menyayangimu, Julian."

"Aku tidak tahu bagaimana hidupku nanti kalau aku hidup tanpamu." Perkataan Julian terdengar jujur.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Pembicaraan dalam mereka seolah sebagai suatu pertanda aneh. Namun, Nilaa tidak ingin memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkannya. Dia melepas pelukannya dari Julian.

Nilaa melepas kancing piyamanya di depan Julian. Mata pria itu memandang lama pemandangan indah yang tak pernah bosan untuk dilihat. Nilaa mendekatkan tubuhnya pada tubuh Julian. Mengangkat wajah pria itu dan mengecup bibir bagian bawahnya. Julian membantu Nilaa melepaskan piyamanya. Nilaa mengenakan bra berwarna nude pink.

Julian melumat bibir Nilaa pelan dan lembut seolah dia ingin menikmati setiap gerakan bibirnya. Kedua tangannya melepas kancing bra Nilaa di belakang punggung wanita itu. Kedua tangannya menyusup masuk ke dalam bra yang nyaris terlepas itu.

"Mmmm..." Erangan Nilaa di sela ciuman mereka saat jari tangan Julian sampai di puncak payudaranya.

Bibir Julian turun ke leher Nilaa dan sampai di dada wanita cantik itu. Nilaa mendongak sembari mengulum kedua bibirnya merasakan sensasi yang tidak bisa dibendungnya lebih lama lagi.

Julian melihat wajah sensual Nilaa. Dia tersenyum. Merasa senang dengan apa yang dilihatnya. Wanita cantik yang menjadi istrinya itu adalah wanita yang dulunya diabaikan. Meskipun, Julian tidak bisa menampik pesona Nilaa saat wanita itu baru masuk kerja sebagai sekretarisnya.

Julian melepaskan semua pakaiannya dibantu Nilaa. Dia membawa Nilaa menuju ke kamar mandi. Melepas semua pakaian Nilaa dan mereka duduk di atas bath up dengan posisi Nilaa berada di depannya.

Dia meraih kedua tangan Nilaa dan berbisik di telinga Nilaa. "I love you."

***

Suzanne menatap Kai yang pingsan di atas lantai. Debora menguap beberapa kali sembari memperhatikan Suzanne yang enggan mengalihkan tatapannya dari Kai.

"Kamu akan terus menatapnya begitu?" tanya Debora merasa aneh dengan Suzanne. "Jangan bilang kalau kamu ingin tidur dengannya."

Suzanne menoleh perlahan pada Debora. "Apa aku terlihat seperti akan menidurinya?"

Debora mengangguk. "Itu namanya pelecehan. Jangan lakukan itu, Suzanne."

"Dia tampan. Tapi, aku tidak akan melakukan perbuatan tak senonoh begitu." Suzanne menepak bahu Debora keras. "Kamu pikir aku wanita macam apa?!" Katanya sewot.

"Hei, lihat dari tadi kamu memandanginya terus. Kita baru mengenalnya. Jangan terburu-buru menyukai pria asing dari antah berantah. Kita tidak tahu dia beneran seorang aktor atau punya tujuan tertentu."

Suzanne meraih ponselnya. Dia mengetik nama 'Kai' dan munculah profile aktor kenamaan bernama'Kai' yang wajahnya mirip dengan pria asing yang mengaku aktor terkenal di Asia itu.

Mata Suzanne melebar dan kedua daun bibirnya terbuka. "Lihat, Debora!" Suzanne memberikan ponselnya pada Debora. "Dia benar-benar seorang aktor."

Mata Debora memelotot. Dia memandangi layar ponsel Suzanne kemudian memandang Kai lalu kembali memandang layar ponsel dan kembali memandangi Kai.

"Ya, dia aktor terkenal, Suzanne." Kata Debora setelah yakin kalau wajah pria di layar ponsel Suzanne itu benar-benar Kai yang teler di lantai.

***

Vote dan komentarnya jangan lupa ya ^^


Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang