21. Her fears had come true

2.2K 111 8
                                    

Di waktu berikutnya, sebuah pen menggelinding dan berhenti di depan kaki Leah ketika dia ingin mengambil sesuatu di dalam kulkas untuk dimakan. Leah melirik pemiliknya yang sedang duduk di lantai dengan sebuah buku dan laptop di pangkuannya yang juga mendongak menatapnya.

“Leah, bisakah kamu bawa kemari pen itu?”

Leah yang masih trauma dengan dicium mendadak ingin melewati benda kecil itu begitu saja. Akan tetapi baru saja mengangkat kakinya, Benjamin berulah kembali.

“Tolong ….”

Menarik napas, Leah menendang pelan pen tersebut ke arah Benjamin. Namun siapa sangka pen tersebut bergelinding ke arah yang berlawanan dari Benjamin. Kepala mereka berdua mengikuti pen yang bergelinding. Setelah benda tersebut berhenti cukup jauh dari posisi Benjamin, mereka berdua saling pandang.

Dengan kasar Leah mendengus sebelum bergerak berjalan dan memungut pen tersebut. Mendekati Ben, dia hanya meletakkannya di lantai sebelah pria itu dan hendak menegakkan tubuhnya bertepatan dengan Ben yang menarik lengan Leah lalu menciumnya.

Leah dengan cepat menjauhkan kepalanya dan menatap tajam Ben. Namun pria itu tanpa dosa hanya berucap, “Rasa terima kasihku.”

Leah menarik tangannya kuat dan bergegas menjauhi Ben seolah pria itu kuman. Niatnya yang ingin makan ia urungkan dan kembali ke kamarnya.

Lalu hari berikutnya, berikutnya, dan berikutnya Benjamin tetap mempertahankan pergantian posisi mereka ini. Dia selalu berusaha untuk meminta bantuan kepada Leah walaupun dari sikap Leah sudah jelas bahwa dia tidak mau.

Beberapa di antaranya yaitu Ben pernah meminjam peralatan tulis milik Leah. Meminta tolong menyetrika pakaiannya. Dia juga pernah meminta tolong mengambilkan tombol remote yang sedang dia betulkan jatuh di dekat meja makan. Dan Leah yang tidak ingin mendekatinya hanya melemparkannya ke arah pria itu dengan tidak sopan kemudian berlari menuju kamarnya. Namun siapa sangka bahwa pria itu bergegas beranjak dari sofa TV dan menyusulnya. Belum sempat dia menutup pintu kamarnya, pria itu sudah lebih dulu menahan pintu dan menciumnya.

Belum lagi ketika Leah mengisi gelas bersih dengan air dingin, tiba-tiba saja Ben sudah berdiri di sebelahnya dan mencium Leah seraya tangannya mengambil alih gelas tersebut. Melepaskan Leah, dia kemudian meneguk habis dari gelas sebelum mengembalikannya kepada Leah dan berjalan menuju kamarnya.

Leah pun berteriak di belakangnya, “Ini bukan untukmu!”

Namun seperti biasa, Ben tidak peduli.

Lalu hari ini setelah Leah pulang mengajar di sekolah. Terakhir kali ia memasak makan siang untuk mereka, Ben menciumnya dengan alasan rasa terima kasihnya. Jadi agar dia tidak mencium Ben maupun sebaliknya, Leah menyuruh Ben ikut memasak bersamanya. Namun sekali lagi pria licik ini bertingkah di luar nalar.

Di saat Leah memegang tomat, Ben akan mengambilnya dari tangannya. “Ah ini dia.” Dan ciuman ke sekian kalinya datang lagi.

Leah mencuci pisau, Ben mengambil benda itu dari tangannya dan menciumnya. Leah hendak mengangkat panci soto, Ben dengan sigap menuangkannya ke dalam mangkuk besar. Setelah selesai, Leah menghindar tapi Ben sudah menahan kepala wanita yang malang itu. Leah bukannya tidak berusaha meronta. Tapi, kekuatan Ben jauh di atasnya. Walaupun dia memukul Ben dengan kepalannya yang tidak seberapa, Ben tetap akan melakukan ritual terima kasihnya hingga selesai.

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang