19. I'm counting on you

2.4K 94 3
                                    

Leah menggerutu, “Sungguh konyol!”

Apa yang salah dengan otak pria itu? Dia tidak mau melewatkan kesempatan itu.

Terima kasih dalam bentuk ciuman, Leah sudah susah-susah mengatakannya dengan berani dan pria itu malah memanfaatkannya?!
 
Leah juga, apa yang salah dengan dirinya? Karena sudah terlanjur dengan alasan tersebut, dia mau tak mau mencium pria itu sebagai bentuk terima kasih telah menyiapkan bekal untuknya. Tidak, perlu Leah ralat. Itu hanyalah sebuah kecupan. Tapi tetap saja, betapa anehnya mencium orang yang tidak disukai. Dia tidak pernah menyangka ciuman pertamanya akan berakhir dengan orang yang dia benci. Sungguh, kisah romansanya terdengar mengerikan.

Menunggu tranportasi umum, Leah membuka bekal. Melihat isi tempat makan membuat dia tidak bisa berkata-kata. Tempat bekalnya sangat penuh hingga Leah tidak tahu harus mulai mengambil makanan dari mana. 

Leah mendesah pelan. “Oh hebat. Semua orang berpikir bahwa aku perempuan yang suka makan banyak.” Selain guru-guru, Esther, dan Gabriel, sekarang bertambah Benjamin. “Aku bukan pria pekerja keras, mana mungkin aku bisa menghabiskan ini semua!”

Leah mengambil suapan pertamanya dan kembali memikirkan kejadian hari ini. Lebih tepatnya saat mereka duduk di depan televisi, di mana Benjamin mengusap sudut bibir Leah.
Kenapa pemandangan itu bisa menarik perhatian Leah? Apakah karena ini pertama kalinya dia melihat sesuatu yang asing dan liar bersamaan? Leah masih ingat bagaimana respon tubuhnya yang bergidik. Apa itu hal yang wajar? Pikiran Leah juga menjadi kosong sebab hal baru itu.

Sambil mengunyah dengan mulut penuh Leah mengangguk sendiri.
Itu merupakan hal baru bagi Leah yang tidak tahu apa-apa di dunia yang kejam ini. Jadi wajar saja responnya sungguh mengejutkan.

Selang beberapa menit, kendaraan umum yang akan Leah gunakan mulai berhenti perlahan di depannya. Sambil menunggu penumpang lain masuk beraturan, Leah melihat kotak makannya sudah bersih. Ia dengan cepat meminum beberapa teguk sebelum mengemasi tas bekalnya dan menaiki kendaraan umum tersebut dengan niat akan memakan beberapa buah yang sudah dipotong Benjamin di wadah satunya lagi.

***

Sekitar pukul 7 malam, Ben turun dari unitnya dan melangkah menuju meja resepsionis. Seorang pria muda berdiri di balik meja dan tersenyum pada Ben.

“Pak Benjamin?” tanya pria itu dan Ben mengangguk.

Beberapa menit sebelumnya petugas ini menghubungi dia dan mengatakan ada paket untuknya di bawah.

Petugas itu mengambil sebuah kardus berukuran sedang di belakangnya dan meletakannya di atas meja resepsionis.

“Tolong tanda tangan di sini,” ujar petugas itu dan Benjamin melakukannya.

Setelah mengucapkan terima kasih, Benjamin kemudian mengambil alih paket tersebut. Ini adalah barang pesanan untuk perangkat komputernya.

Di saat dia berbalik, petugas itu memanggilnya lagi.

“Ada satu lagi, Pak.”

Petugas tersebut mengeluarkan sebuah paket kecil. Benjamin tampak bingung di awal, namun setelah melihat nama pengirimnya adalah Vivi, dia segera tanda tangan lagi dan mengambil alih paket itu.
Tepat saat itu, ponselnya yang berada di dalam saku celananya bergetar. Dia melihat nama Vivi di sana dan membuka pesan tersebut.

Vivi: Bantu aku membetulkannya, oke? Aku menyayangimu!

Lengkap dengan emoji memohon dan tanda cinta yang menggemaskan. Dia menghela napas.

Menoleh ke arah petugas sekali lagi, Ben berujar, “Terima kasih.”

Petugas itu mengangguk dengan senyum ramah yang masih melekat di wajahnya. “Selamat menikmati malam Anda, Pak Benjamin.”

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang