44. He's younger than me

2K 89 7
                                    

Hujan sangat lebat di luar. Belum lagi petir dan angin kencang yang bersahutan. Keadaan itu sudah sempurna untuk menyatakan suatu kondisi yang mencekam dan mengkhawatirkan.

Akan tetapi, dibandingkan dengan perasaan takut dan cemas, Leah malah merasa bingung hingga wajah bodohnya tidak dapat dia tutupi.

Kembali ke sepuluh menit sebelumnya, Leah yang tidak tahu bagaimana cara menanggapi orang asing cantik yang keluar dari kamar kekasihnya dengan pakaian seperti itu hanya bisa mematung tanpa roh.

Jiwanya seakan dicabut saat itu hingga dia pucat. Tubuhnya gemetar tak terkendali dan siap ingin menangis sejadi-jadinya. Bahkan suara guntur yang kencang seakan-akan mengejeknya. Entah berapa lama dia seperti itu, pihak lain juga tidak mengatakan apa pun selain menatap payudara Leah.

Selang beberapa menit lagi, Leah akhirnya ditolong oleh bunyi pintu unit.

Di pintu, Ben memegang gagang pintu. Dan hal pertama yang dia katakan setelah melihat Vivi dan Leah bertatap muka adalah, “Vivi itu adik perempuanku.”

Kembali ke masa sekarang, kenyataan itu tidak bisa membuat Leah kembali berpikir jernih. Dia masih tidak bisa menerima pernyataan tentang 'Wanita secantik ini adalah adik Ben yang tampangnya biasa-biasa saja.’

MEREKA JELAS SEKALI BERBEDA!

Leah menatap wanita yang duduk di seberangnya. Mereka sudah di meja makan dan wanita itu sudah mengenakan celana panjang longgar setelah ditegur Ben.

Apa yang membuat Leah masih syok?

Wanita ini memiliki wajah oval yang sempurna, rahangnya tirus dan tajam, bulu matanya sangat panjang dan lentik, rambut panjangnya bergelombang lembut dan halus seperti selebriti, bibirnya berisi dan sensual, dan matanya bersinar tampak sangat hidup. Ini baru kepalanya yang Leah deskripsikan, tapi dia sudah lelah lebih dulu ketika membandingkannya dengan wajahnya sendiri.

Hanya itu saja sudah membuatnya kalah sebelum berperang. Dan tanpa disadari dia sudah patah semangat.

Bicara mengenai wanita ini .... Kenapa dia tidak berhenti menatap payudara Leah seintens itu?!

“Bagaimana caramu mendidik dan membesarkan mereka berdua? Karena harus menjaga pola makanku, milikku tidak pernah berkembang seperti itu.” Vivi menyentuh payudaranya sendiri dengan sedih. “Tapi anehnya mantan-mantanku tetap menyukai mereka.”

Melihat Leah yang tidak nyaman ketika membungkukkan tubuhnya, Ben yang sedang menyiapkan minuman menegur adiknya, “Vi, aku sudah bilang jangan bersikap tidak sopan seperti itu.”

Bukannya marah sebab ditegur, Vivi malah tertawa singkat. Seperti Leah sebelumnya, sekarang dia juga menatap keseluruhan kepala Leah hingga kakaknya menegurnya lagi. Kali ini lebih tegas.

“Vi.”

Menarik tubuhnya agar menyandar ke sandaran kursi, Vivi mengangkat kedua kakinya ke tempat duduk.

“Aku Vivi.”

Leah mengerjapkan matanya. “Ha?”

“Kita belum sempat berkenalan tadi. Tapi, Ben sudah menceritakan tentangmu sebelumnya.”

“Aku?”

Vivi mengangguk. “Aku benar-benar terkejut. Selama ini aku tidak pernah bertemu dengan kekasih-kekasihnya, entah Ben pernah berpacaran sebelumnya atau tidak. Dan begitu aku tiba di sini, dia langsung mengatakan bahwa dia memiliki pacar dan pacarnya tinggal di sini juga. Jadi, dia menyuruhku untuk bersikap baik. Aku pikir dia berbohong supaya aku tidak menginap di sini. Ternyata benar. Jika saja aku memercayainya tadi, aku pasti sudah menunggumu dengan semangat di depan pintu ....”

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang