18. That's not how this work!

2.4K 105 8
                                    

Pada ketenangan yang hening tersebut, suara ciuman terdengar sesekali.

Di saat Leah yang berpikir bahwa waktu sudah lama berhenti, Benjamin memundurkan kepalanya. Leah yang entah sejak kapan duduk tegang dengan kedua tangan mengepal di tiap sisi tubuhnya, kemudian membuka mata dan melihat Benjamin tengah menatapnya seraya mengusap bibir bawah pria itu dengan ibu jarinya. Entah kenapa Leah terpesona.

Satu kata asing itu segera menyadarkan Leah dari lamunannya. Setelah mendapatkan kesadaran penuh dan tubuhnya bisa diajak kerja sama, Leah lekas berdiri tanpa bicara dan meninggalkan Benjamin sambil lari kecil.

Benjamin tersenyum melihat kepergian Leah sambil mengingat kebiasaan wanita itu jika malu atau marah padanya. Kemudian menatap makanan di atas meja yang masih banyak. “Dia pasti lapar .…”

Menutup pintu kamarnya rapat, Leah melangkah selebar yang ia bisa menuju tempat tidurnya. Di atas kasur sudah tergeletak ponsel jadul miliknya. Dia segera duduk di pinggir tempat tidur setelah menghubungi Esther.

Di tempat lain, Esther yang sedang mengecat kuku kakinya melirik pemanggil di layar ponsel. Begitu melihat nama Leah di sana, dia segera mengangkatnya.

“Ya, Leah? Ada apa?”

“Aku ingin menanyakan sesuatu. Dan beberapa saran, mungkin.”

“Uhm … oke?”

“Ini tentang temanku.”

“Oke ….” Ketika Leah membawa kata teman, Esther otomatis tidak bisa menutupi senyumannya.

“Dia sedang makan bersama seorang pria. Itu hanya makan siang biasa seperti … ya kau tahu, makan siang biasa saja. Ada situasi di tengah-tengah mereka yang menempatkan mereka untuk makan siang bersama. Temanku ini tidak menyukai pria ini tapi entah bagaimana prosesnya temanku menyerangnya. Apa yang harus ak- dia lakukan? Mereka berakhir canggung tadi dan aku- maksudku temanku meninggalkannya. Dia hanya makan sesuap tadi dan sekarang dia lapar! Dia sangat-sangat kelaparan!” Leah menjabarkan dengan berbelit-belit dan membingungkan. Esther yang telah membutuhkan banyak waktu masih belum mengerti arah ucapan Leah.

“Leah, bisakah kau tenang dulu dan mengulanginya kembali?”

Leah menggigit bawah bibirnya gugup. Dia memejamkan matanya erat dan berkata, “Temanku mencium pria itu.”

Esther terkesiap berlebihan sambil berdiri. Dia tidak peduli lagi dengan kakinya. “Kau apa?!”

“Temanku mencium seseorang dan berakhir canggung. Apa yang harus dia lakukan?”

Tangan Esther yang bebas menutup mulutnya yang terbuka lebar.

“Apa itu tindak pelecehan? Maksudku dia baru saja mencium orang tanpa permisi. Belum lagi orang ini bukan orang yang dia sukai. Dia sangat bingung sekarang dan tidak berani keluar dari kamarnya.”

“Aku bisa membayangkannya ….” Esther mengangguk-anggukkan kepalanya paham. “Bagaimana bisa temanmu ini menciumnya? Hal apa yang membuatnya berani mengambil peran penting itu? Tidak, jangan jawab dulu. Aku sangat penasaran dengan pria ini. Apa yang membuat temanmu tertarik pada pria ini?”

“Bukankah aku sudah bilang jika dia tidak menyukai pria ini? Jadi tidak ada yang membuatnya tertarik dengan pria ini. ”

“Tetapi temanmu menciumnya.”

Leah memejamkan matanya dan mengerang, “Ugh, itulah hal yang aku tidak habis pikir …. Apa yang salah dengan temanku ini?”

“Memangnya kenapa temanmu tidak menyukai pria ini?”

“Karena dia tidak bagus?” jawabannya yang menggantung membuat dia sendiri mengerutkan dahinya. Dan Leah dengan cepat menambahkan ucapannya, “Dia bukan standar tipe temanku.”

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang