36. He's in her head

2K 77 2
                                    

Setelah mengantar Aurora pulang lebih dulu, barulah Gabriel menemani Leah berkeliling pasar. Membawa banyak belanjaan di kedua tangannya, dia memperhatikan Leah yang sedang membayar belanjaan. Jika dia menghitung dengan benar dari arlojinya, mereka baru saja 20 menit berkeliling dan sudah mendapatkan hampir semua dari dalam daftar belanjaan.

Gabriel hampir tidak percaya dengan kepribadian Leah yang satu ini. Walaupun tubuhnya mungil, jalannya cukup cepat. Tidak hanya jalannya dia pun sangat tangkas dan cepat dalam hal memilih juga membeli barang.

Gabriel awalnya berpikir bahwa wanita ini tidak enak hati karena telah merepotkannya. Jadi ingin cepat-cepat menyelesaikan sesi belanja mereka. Akan tetapi, Leah sama sekali tidak melihat jam, khawatir, dan bicara tergesa selama 20 menit terakhir ini. Wajahnya jelas tidak menunjukkan rasa tidak nyaman. Dia malah tertawa lepas ketika Gabriel mencoba membuat lelucon.

Dan akhirnya, belanja singkat mereka pun selesai dalam waktu kurang dari 30 menit. Mereka menyimpan semuanya di dalam mobil Gabriel sebelum mampir ke restoran cepat saji di dekat sana.

Meminum minuman soda yang dingin, Leah mendesah. Cuaca siang di ibu kota sangat panas. Sampai-sampai ketika mereka berbelanja membuat dia berkeringat.

Leah mengunyah sejenak sebelum berbicara, “Terima kasih sudah menemaniku. Sungguh, jika aku pergi sendiri saja, aku tidak akan bisa menyelesaikannya secepat ini, Gabriel.”

Gabriel tersenyum. “Kenapa hanya kamu sendiri yang membeli semua untuk pertandingan anak nanti? Ke mana guru lain?”

Leah mendesah. “Guru-guru yang harusnya melakukannya tidak bisa. Mereka sibuk dan tidak memiliki waktu belanja.”

“... Apa?” Gabriel mengedipkan matanya perlahan. “Jadi ... ini sebenarnya bukan tugasmu?”

“Hmm.” Leah tersenyum. “Karena kamu sudah menemaniku, aku akan mentraktirmu. Tenang saja, kita menggunakan uang belanja acara. Tidak ada yang akan marah karena hanya kita berdua yang berbelanja. Jika kamu ingin tambah, pesan saja semaumu.” Di akhir kalimat, Leah terkekeh.

“Kenapa kamu tertawa?”

“Aneh saja. Dulu, Esther yang selalu mengatakan itu padaku. Dan sekarang, aku yang mengatakannya padamu.”

Gabriel ikut terkekeh singkat. “Baiklah. Senang rasanya ditraktir kamu dua kali dalam seminggu ini.”

Dia mengambil minumannya dan senyumannya dengan lambat menghilang. Apakah ayahnya tahu seburuk apa guru di sana?

“Omong-omong, apa kamu senang menjadi guru, Leah?”

Leah mengangguk bahagia. “Sangat senang. Walaupun hanya guru TK, kami membantu orang tua murid untuk mendidik dan mengajar anak mereka agar kelak bisa berhasil dan sukses. Tiap mengajar, saya selalu membayangkan masa depan mereka nantinya. Ada yang akan menjadi bintang dunia seperti selebriti, ada juga yang menjadi olahragawan, pendiri perusahaan besar, programmer, dokter, perawat, pilot, dan masih banyak lagi. Jika memikirkan itu, saya merasa sangat bangga walau hanya pemikiran konyol saya saja.”

Gabriel tidak tertawa, meremehkan atau menganggap ucapan Leah seperti sebuah lelucon. Pria itu tersenyum lembut semakin menunjang perasaan bangga Leah. “Aku menjadi kagum dengan para guru, khususnya kamu. Bagaimana melihatmu sangat bangga dengan pekerjaanmu, aku semakin mengagumimu.”

Leah mengangguk kuat. “Apa yang saya katakan itu juga sebenarnya dari seseorang. Jujur saja, awalnya saya merasa kurang percaya diri ketika melihat kondisi pekerjaan saya. Menjadi guru TK bukanlah hal yang hebat. Tetapi, dia bilang, dia sangat mengagumi profesi saya. Kami, para guru adalah kunci keberhasilan murid. Berkat kami, banyak anak yang bisa membaca dan sukses.”

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang