61. Changes

1.9K 95 12
                                    


Begitu Benjamin membuka pintu unit, dia terkejut melihat seorang wanita yang bukan kekasihnya yang menyambut dia di depan pintu.

"Aku harap bajingan itu ditahan. Jika tidak, aku akan menghabisinya walau harus mencari sampai ke ujung dunia," ujar Esther marah.

Beralih dari Esther, Ben melirik Leah yang berdiri tidak jauh di belakang Esther. Dan wanitanya itu hanya diam sama sepertinya.

Setelah beberapa waktu yang singkat, akhirnya Ben tahu jika Esther datang siang tadi karena mengkhawatirkan Leah. Wanita itu awalnya sudah bilang akan masuk hari ini namun tetap tidak masuk ke sekolah alhasil setelah pulang sekolah dia langsung mengunjungi Leah. Setelah memaksanya untuk menceritakan alasannya tidak mengajar lagi, akhirnya dia pun mengetahui masalah yang dialami Leah.

"Dasar sampah, aku ingin sekali mengulitinya sekarang ...." Esther tiba-tiba berteriak hingga Leah terkejut hampir melompat dari tempat duduknya, "Argh ...! Ditahan di mana bajingan menjijikan itu, hah?! Aku ingin melihat wajah sampah itu dan mencakarnya. Sial! Kenapa orang seperti itu masih bisa bernapas di sini?!" Esther mengambil ayam pedas dan menggigitnya dengan suapan besar. "Padahal aku ingin mengajakmu ke kedai kopi yang baru buka kemarin tidak jauh dari sekolah. Di sana banyak tempat foto bagus. Tapi setelah mendengar hal tadi, aku sangat kesal sekarang."

Ben dan Leah saling pandang. Melihat bagaimana marahnya Esther, Leah tidak bisa menjawab.

"Tenang saja, dia tetap akan dijebloskan ke penjara mengingat kejahatannya pada Leah selama ini." Ben kemudian menoleh ke samping, menatap kekasihnya dengan tatapan hangat. "Aku berjanji."

Leah tersenyum. Dia membalas genggaman itu tak kalah erat.

"Hah jika perlu dia membusuk saja di penjara," gerutu Esther. Wanita itu melanjutkan omelannya yang masih kesal dengan apa yang dilakukan Adri pada sahabat baiknya. "Besok, jika kau masih takut, aku akan menunggu di depan apartemen ini jadi kita bisa pergi ke sekolah bersama."

"Uh ... tidak perlu, Esther. Aku sudah baik-baik saja sekarang. Aku rasa besok aku bisa pergi sendiri."

"Dan jikapun Leah masih takut, aku bisa menemaninya. Jadi kau bisa menunggunya di depan sekolah," sambung Ben membuat Leah tersenyum.

"Itu terdengar baik," kata Esther setuju.

Jujur saja, Leah sangat takut menceritakan masalahnya kepada Esther. Dia beruntung Ben mempercayainya. Tapi bukan berarti keberuntungan akan berpihak padanya lagi kali ini. Tapi, dia mengingat kembali apa yang Ben katakan dan dia mengambil pilihan berani sekali lagi. Yah, untungnya Esther mempercayainya. Akan tetapi, dia tidak tahu jika sahabatnya ini akan semarah ini, membuat dia bingung bagaimana caranya menenangi si pemarah satu ini.

"Lihat, kan? Tidak semua orang berpikiran buruk terhadap kamu."

Leah memandangi Ben kembali, pria pertama yang membuatnya jatuh cinta sangat dalam dan mulai mempercayai orang lain. Orang pertama yang membuatnya merasa aman dan tenang dalam waktu bersamaan. Orang pertama yeng membuat perasaannya menjadi ringan. Bagaimana caranya membalas perbuatan kekasihnya?

"Apa kamu sedikit lega sekarang?"

Leah mengangguk kecil. "Hm."

Ben mengambil paha ayam pedas dan menyerahkannya kepada Leah. "Makan yang banyak. Kamu tidak ada makan dari pagi, kan?"

Leah mengambilnya sambil tersenyum lalu mencoba mengalihkan topik mereka kepada Esther, "Esther, ayo kita ke kedai kopi baru itu pulang sekolah besok."

"Oke!"

Dengan begitu, Esther mulai berbicara panjang lebar mengenai kedai kopi sedangkan Leah akan bertanya dan Ben hanya diam saja mendengarkan obrolan mereka.

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang