1. New chapter in life

8.8K 254 2
                                    

Situasi di ruangan kecil itu cukup menegangkan. Ada wanita paruh baya yang terlihat menahan amarahnya berdiri di dekat pintu. Kania, kakaknya yang cantik tampak kecewa dan murka tengah menatapnya dengan mata terbelalak. Lalu satu-satunya pria, Adri si suami Kania berkacak pinggang sambil berdecak.

Tatapan-tatapan itu membuat ruangan tersebut semakin terasa mengecil dan sesak.

“Aku tidak habis pikir keluargamu sungguh begitu memalukan, Kania.”

Leah, wanita mungil itu terlihat gemetar sambil memeluk dirinya sendiri sebagai bentuk perlindungan. Air matanya sudah menumpuk ingin mengalir keluar hingga matanya kabur dan terasa kebas.

“Sudah aku bilang, aku tidak melakukannya,” suara Leah terdengar bergetar.

Dia menggigit bibirnya berusaha untuk tetap tegar dan tidak menunjukkan betapa lemahnya dia. Karena tidak ada yang bisa dia harapkan di sini, sepertinya.

“Lalu kau pikir aku yang berbohong? Apa kau gila? Tidak ada yang akan percaya itu! Tolong, berkacalah lebih dulu. Jangan merusak nama baikku dengan trik murahanmu ini.” Adri mendenguskan tawa menghina.

“Sudah aku bilang aku tidak melakukan itu!” Leah menggeleng sambil berteriak lalu menatap Kania. “Aku adikmu, kau tidak mempercayaiku?! Aku tidak mungkin melakukan itu!”

Kania menggeleng pelan. Kekecewaan masih terpatri jelas di wajahnya. “Kau bukan adikku. Adikku tidak pernah membuat malu keluarganya ….”

Mulut Leah terbuka seketika. Ucapan Kania sangat pelan tapi cukup menyakitkan untuknya. Bagaimana bisa kakaknya lebih mempercayai pria hina seperti Adri dibandingkan adik kandungnya yang sudah dia kenal selama 23 tahun?

Tubuh Leah semakin gemetar sampai-sampai mereka di sana melihatnya dengan jelas betapa takutnya dia. Leah terus bernapas dari mulutnya mencoba menenangkan dirinya sendiri yang mulai panik. Tersisa 1 harapan lagi ….

Leah mendongak untuk melihat ibunya. Memohon dengan matanya supaya wanita paruh baya itu melihatnya walau hanya sedetik.

Kakaknya sudah tidak percaya padanya, malah ikut menuduhnya. Kemudian satu-satunya harapan Leah, ibunya setelah mendengar perkataan sepihak dari Adri tadi, dia hanya terkejut lalu mengalihkan wajahnya seolah jika menatap Leah akan mengotori kakinya.

Namun, alih-alih menatapnya, wanita tua itu malah memejamkan mata dan berkata, “Angkat kaki dari rumah ini sebelum sore.”

Melihat ibunya yang pergi begitu saja, air mata yang coba ia tahan sekuat tenaga akhirnya jatuh. Pijakan Leah yang sebelumnya sedikit goyah hancur begitu saja bersama harapan terakhirnya. Serpihan harapannya menguar ke segala arah tanpa bisa dia gapai.

Dia ... tidak bergerak. Tatapan matanya yang penuh harapan seketika kosong. Leah merasakan nyeri yang hebat di dadanya hingga membuatnya sulit bernapas.

Tidak hanya kakak, ibunya pun tidak mempercayainya. Tidak ada yang percaya padanya. Tidak satu pun.

***

10 tahun kemudian ....

“Sudah menemukan tempat tinggal baru?”

Leah Winata yang sedang merapikan tumpukan kertas menoleh ketika seseorang berdiri di depan mejanya.

Leah pernah membicarakan ini dengan Esther. Berpikir mungkin saja Esther tahu indekos mana yang bisa dia tinggali dengan cepat. Bahkan Esther juga tahu alasan dia pindah yaitu di tempat yang saat ini dia tempati, pemiliknya menaikkan harga sewanya.

Beruntungnya Leah, setelah beberapa hari ini mencari lewat ponsel usangnya dia mendapatkan kamar yang murah dan cukup dekat dengan tempatnya mengajar.

Menjawab Esther, Leah tersenyum. “Aku mendapatkannya. Tadi malam dia bilang ada 1 kamar kosong. Dan rencananya hari ini aku akan langsung mengemasi barangku di kos setelah pulang sekolah lalu pergi ke sana secepatnya. Aku takut kamarnya akan diisi orang lain. Dan kau tahu bagian terbaiknya, Esther? Alamatnya di dekat sekolah ini.”

“Benarkah? Sungguh?! Mau aku mengantarmu ke kosanmu? Nolan menggunakan mobil kantor siang ini untuk menjemputku. Kau bisa sampai ke kosan baru dengan cepat, iya kan?” Esther tersenyum lebar.

Melihat dari reaksinya yang berlebihan, Leah tahu betapa semangatnya Esther dengan kabar ini. Namun, begitu mendengar nama kekasih Esther, Leah dengan tidak nyaman menggeleng sambil tersenyum. “Terima kasih. Tapi itu tidak perlu, Esther. Aku perlu mengemasi barang-barangku. Jadi akan membutuhkan waktu sangat lama. Mungkin saja sampai sore atau malam? Yah, dia akan terlambat bekerja pasti. Tidak perlu khawatir, aku akan memesan ojek online saja nanti.”

“Sungguh tidak apa-apa?”

Leah mengangguk meyakinkan Esther.

“Ngomong-ngomong, kau sudah melihat tempatnya?”

“Belum. Dia hanya mengirimkan beberapa foto ruang di sana. Dan tempatnya sangat bagus, Esther!” Leah berseru bahagia.

“Aku ingin lihat! Cepat keluarkan ponselmu. Aku ingin lihat, Leah!”

Sebelum Leah sempat mengambil ponselnya, seseorang mengganggu obrolan mereka. “Leah, laporan saya sudah selesai?”

Lembaran kertas yang sedari tadi dia pegang segera dia berikan kepada wanita paruh baya tersebut.
“Ini, Bu As.”

Tentu saja tatapan tidak senang Esther tidak lepas dari Leah. Walaupun Leah tidak melihatnya secara langsung, dia bisa merasakannya hingga gugup.

“Aduh maaf ya merepotkan. Terima kasih.”

Leah tersenyum tipis.

“Kau mengerjakan tugasnya lagi?” nada suara Esther terdengar kesal.

“Tidak apa-apa,” bisik Leah.

“Tidak apa-apa?!”

Tidak ingin guru lain mendengar omelan Esther, Leah dengan cepat mengambil tasnya dan menarik Esther keluar dari kantor guru.

“Astaga!” Esther mendengus kasar. “Itu pekerjaannya. Kenapa hal kecil seperti itu tidak bisa dia kerjakan sendiri?!”

“Dia bilang dia tidak punya waktu karena kesibukan.”

“Kesibukan arisan maksudmu? Aku yakin dia pasti pergi arisan. Seharusnya dia berhenti saja menjadi guru.”

Leah tidak ingin memperpanjang omelan Esther maka dari itu dia hanya diam.

Leah dan Esther adalah seorang guru di TK yang memiliki fasilitas bagus di ibu kota. Dia sudah berteman dengan Esther semenjak mereka menjadi guru di hari yang sama di sini. Bisa dibilang sekitar 7 tahun yang lalu. Esther lebih muda satu tahun dari Leah. Dia memiliki keperawakan yang tinggi untuk seorang wanita, tubuhnya ramping, dan cukup cantik.

Tidak seperti Leah yang tidak cantik. Dengan rambut ikal yang sudah diatur dan gaya pakaiannya yang tua dan usang, penampilan Leah sangat biasa saja. Belum lagi dia bertubuh pendek. Terkadang dengan tubuhnya yang seperti ini, Leah kerap kali tidak percaya diri jika berdiri di sebelah Esther atau wanita seusianya pada umumnya. Maka dari itu, Leah hanya merasa baik-baik saja jika berkumpul dengan guru-guru yang lebih tua darinya yang memiliki tinggi kurang lebih sepertinya.

Esther tinggal bersama kekasihnya, Nolan. Leah hanya beberapa kali bertemu kekasih Esther ketika pria itu menjemput Esther pulang sekolah. Dan kesan pertama yang Leah ketahui adalah kekasih Esther tidak menyukainya. Mungkin karena Leah bukanlah orang yang ramah dan supel, dia tidak mudah bersosialisasi cepat. Terakhir, Leah juga orang yang canggung. Karena itu tiap kali Esther ingin mengajak Nolan ketika mereka ingin pergi ke suatu tempat atau melakukan hal hanya berdua, Leah pasti menolaknya dengan halus.

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang