30. Let's get to know each other

2.1K 85 1
                                    

“Leah.”

Panggilan Gabriel membuat Leah menoleh. “Ya?”

Saat ini dia baru saja selesai mengajar Ara dan bersiap ingin pulang.

“Ayo makan malam bersama dulu.”

“Oke—” Ketika dia ingin mengikuti Gabriel, dia kembali mengingat pesan Ben sebelum dia pergi.

Mau makan cumi bakar nanti malam? Aku akan membelinya sebelum kamu pulang.

“Leah?”

Tersadar dari lamunannya, Leah mengerjapkan matanya berkali-kali.

“Ayo.”

“... Oh.”

Perlu digarisbawahi, Leah tidak menjawab selain bilang, “Hmm.” ....

Apakah itu artinya menjawab? Tapi Leah tidak meminta. Maka seharusnya ini baik-baik saja, kan? Leah ... tidak perlu merasa bersalah jika Ben makan sendirian dengan dua porsi tersebut.

Tapi, Leah malah membayangkan Ben duduk sendiri di meja makan. Dan bukannya makan, pria itu malah menunggunya.

“... ah?”

“Leah?”

Leah seketika tersentak kaget ketika seseorang menyentuh bahunya. Dia menatap ke depan dengan bingung. Piring putih yang mahal di hadapannya masih kosong.
Dan beberapa detik berikutnya dia menyadari ada di mana dia sekarang. Duduk di depan meja makan, ternyata Leah kembali termenung.

“Ada apa? Dari tadi kamu melamun. Kamu baik-baik saja kan, Leah?” Gabriel menatap Leah dengan khawatir membuat Leah membalasnya dengan tatapan rumit.

Tiba-tiba saja Leah berdiri dan tersenyum dengan wajah menyesal. “Maafkan aku, Gabriel. Aku lupa ... memiliki urusan. Aku harus segera pergi. Terima kasih untuk ajakannya.”

“Aku akan mengantarmu.”

“Tidak perlu.” Leah menggeleng dan menyampirkan tali tas di bahunya. “Aku bisa pergi sendiri. Sekali lagi maaf. Kapan-kapan, aku akan makan lagi di sini. Sampai jumpa.”

Melihat kepergian Leah yang tergesa-gesa, Gabriel hanya bisa menjawab, “... Oh.”

Di dalam kendaraan umum, Leah menyandarkan kepalanya di jendela bus. Dia termenung dengan wajah sedih ketika mengingat kembali ajakan Gabriel untuk makan malam bersama.

Setelah turun dari bus, Leah tidak langsung ke unit. Dia mengunjungi taman belakang yang sepi. Seperti yang Ben katakan, taman di sini tidak seindah di bagian depan dan samping gedung. Namun, sudah cukup untuk Leah menikmati malam tanpa adanya gangguan.

Dia duduk di bangku taman, meluruskan kakinya, dan mendongak menatap langit malam bertabur bintang.

Leah merasa bingung memikirkan Ben dan Gabriel. Terutama Gabriel.
Gabriel sendiri pria yang sangat baik. Dia ramah kepada Leah. Dia tidak terlihat tidak nyaman ketika mengajak Leah mengobrol. Dia juga pria yang sopan. Bukan sekali dua kali Leah makan di rumah Gabriel hingga dia mulai terbiasa berjalan ke ruang makan tanpa ada yang menemaninya.

Dan setelah menghabiskan malam bersama Ben, Leah menjadi bingung bagaimana berhadapan dengan Gabriel. Entah kenapa dia merasa dia baru saja mencurangi perasaannya terhadap Gabriel.

Leah memejamkan matandan menghembuskan napas panjang. Perasaan ambigu itu sungguh membingungkannya. Padahal belum tentu semua yang Gabriel lakukan selama ini untuknya itu menunjukkan perasaan yang sama sepertinya.

“Bagaimana aku harus bersikap?” gumamnya.

Dia sudah pernah melakukannya. Lalu kenapa kamu tidak?

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang