34. Spread your legs

2.8K 82 2
                                    


Mengingat pengunjung toko ketika mereka di depan kasir, Gabriel merasa pernah melihat pria itu. Wajahnya tidak asing. Tapi di mana?
Apa dia hanya salah mengira orang?
Dan juga ...

Gabriel mengingat raut wajah Leah ketika menatap pria itu.

Dia yakin tadi itu Leah terkejut dan tubuhnya menjadi kaku. Apakah pria itu kenalan Leah? Saudaranya?
Dia ingin sekali menanyakannya karena rasa penasarannya. Akan tetapi, setelah membayar mereka pun berpisah di depan toko tersebut. Tidak ada obrolan pulang. Hanya ada salam perpisahan singkat.

“Pi!”

Gabriel secara naluriah menoleh ke samping, melihat putrinya.

“Papi melamun?”

Gabriel mengerjapkan matanya. Dia memberi jeda sejenak sebelum mengalihkan topik mereka, “Bagaimana rasa kue-kue tadi, Young Lady?”

Gadis muda itu secara naluriah tersenyum lebar hingga menampilkan gigi-gigi kecilnya. “Sangat enak! Besok kita ke sana lagi ya, Pi.”

Menatap ke depan karena sudah lampu hijau, Gabriel mengangguk. “Setelah pulang sekolah kita akan membeli kue di sana.”

Yeay!” seru Aurora kegirangan.

***

“Anda ke sana hanya sendirian?”

Di dalam lift, Leah bertanya pada Benjamin.

Benjamin meliriknya sejenak sebelum menjawab, “Tidak.”

Saat bayar tadi, Leah tidak melihat siapa pun di dekat pria itu. Dia menjadi prihatin. Memangnya apa salahnya jujur saja jika makan sendiri?

Ben tidak sengaja menoleh dan menangkap ekspresi itu. Dia yang menyadari isi pikiran Leah berkata sekali lagi, “Aku tidak sendirian di sana.”

Leah mengangguk dengan raut wajah memaklumi. “Tidak apa-apa, Pak. Saya mengerti. Anda tidak perlu malu.”

“Tapi, aku—”

“Apa Anda tidak melihat saya sebelumnya? Padahal, Anda bisa bergabung dengan kami.”

Menatap ke depan, Ben memejamkan matanya dan menghela napas.

Leah mendekat lalu berbisik dengan pelan agar tidak menyakiti perasaan Benjamin, “Lain kali jika Anda butuh teman tapi tidak ada teman, Anda bisa memanggil saya.”

Ben hanya bisa menggelengkan kepalanya. Karena Leah tidak mau mendengarnya, jadi biarkan saja wanita itu berpikir seperti itu.

Begitu masuk ke unit, Leah fokus pada ponsel kemudian berbalik dan menunjukkan layar ponselnya kepada Benjamin.

“Untuk bulan ini, saya sudah bayar.”

Ben menatap transaksi selesai dan namanya di sana. Kemudian mengerjapkan matanya lambat.

“Kenapa Anda tidak menagih uang sewa? Seharusnya beberapa hari yang lalu, saya sudah membayarnya. Maaf jika saya telat bayar. Saya sungguh lupa.”

Saat dia mendapatkan gaji pertamanya dari mengajar les, Leah baru menyadari hal ini. Dia lebih dulu pindah ke unit Benjamin sebelum menjadi guru les Aurora. Jadi, seharusnya dia membayar uang sewa lebih awal daripada mendapat gaji.

“... Oh, aku lupa. Terima kasih.”

“Saya yang harusnya berterima kasih.” Leah menunduk. “Uhm ... itu .... Saya pikir, saya akan tinggal di sini sebentar lagi. Apa Anda tidak masalah?”

Ben yang hendak melewatinya sontak saja berhenti. Dia menoleh lambat. “... Kamu tidak ingin menyewa kamar lagi?”

Sebelumnya, Leah sudah berjanji pada dirinya sendiri. Dia harus mencari tempat tinggal lain selama tinggal di sini. Tapi, hanya di awal saja. Karena tidak ada tempat tinggal yang sebaik ini dengan harga murah, Leah pun berhenti mencari. Hanya beberapa hari, namun dia dengan cepat menyerah.

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang