39. Heart out

1.6K 71 5
                                    

Leah: Di mana kau sekarang?
Ben: Minimarket.
Leah: Bisakah kau menunggu di taman setelah itu?
Ben: Kenapa?
Leah: Hanya sebentar saja.

Benjamin membaca obrolannya dengan Leah sekali lagi di taman. Dia sudah di sini beberapa menit yang lalu namun tidak melihat kehadiran Leah. Tangannya memegang kantong belanjaan berisikan ice cream sebab memikirkan wanita itu beberapa hari ini yang murung dan tampak banyak pikiran. Dia pikir dengan ini bisa meringankan perasaan wanita itu. Namun ....

“Kenapa dia menyuruhku kemari?”

***

“Masuklah. Anggap rumah sendiri.”

Melangkah ke dalam unit tersebut sekali lagi, Gabriel tidak mempedulikan pemandangan unit yang rapi dan bersih tersebut. Pandangannya tertuju pada Leah yang berjalan di depannya, menuju pintu yang tertutup.

“Leah, apa kamu yakin dengan ini?”

Leah yang memegang gagang pintu terdiam sejenak. Selang beberapa detik tanpa menjawab, dia membuka pintu kamarnya perlahan.
Gabriel menonton Leah masuk ke kamarnya dan membiarkan pintu tersebut dibiarkan terbuka seolah mengundangnya. Setelah memantapkan hati, dia pun melangkahkan kakinya.

Hal pertama yang dia lihat begitu masuk ke dalam kamar adalah Leah yang berdiri di depannya. Mereka berdiri saling berhadapan dengan posisi mereka berada di sebelah tempat tidur. Dia mengulurkan tangannya yang besar untuk menangkup rahang Leah. Dia mengusap pipi wanita itu cukup lembut sebelum menundukkan wajahnya.

Ketika Gabriel mulai menciumnya, Leah sungguh pasif.

Ini memang bukan ciuman pertamanya. Berkat Ben, dia menjadi memiliki pengalaman cukup banyak dalam hal berciuman. Akan tetapi, perasaan menginginkan itu belum muncul.

“Leah ....”

Leah mengepalkan tangannya sangat kuat dan memejamkan matanya erat. Mungkinkah kali ini ia harus lebih aktif? Jika memang itu yang diperlukan, Leah akan melakukannya.

Berjinjit, Leah mencengkeram pakaian Gabriel. Dia memberi jarak di antara mereka lalu menatap lekat pria tampan itu.

“Bisakah kamu melakukannya dengan kasar?”

Gabriel tertegun. Dia membutuhkan waktu untuk merespons Leah. Dan tanpa kata-kata lagi, dia mulai membaringkan Leah di atas ranjang kemudian kembali ke bibir Leah. Sementara itu, tangannya mulai bergerak masuk dari pinggiran bawah baju Leah.

Leah pun responsif. Dia membalas ciumannya seraya mengalungkan tangan di leher Gabriel. Seperti yang Leah inginkan, ciuman itu kasar, dan Gabriel menyukainya. Buktinya dia menggeram dalam ciuman mereka. Di saat Gabriel turun ke lehernya, dia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong sambil meremas rambut pendek pria itu.

“Oh Leah, kamu tidak pernah tahu betapa aku menginginkanmu,” Gabriel berbisik di sana.

Leah membuka bibirnya sedikit dan mengeluarkan hembusan desahan yang pelan. Dia melakukannya lagi dan lagi berharap bisa mendapatkan gairahnya yang bersembunyi entah di mana.

“Ya Tuhan, kamu terasa nikmat. Aku akan membuatmu merasa nyaman, Leah,” Gabriel kembali berbicara saat tangannya masuk lebih dalam. Dan dia kembali pada bibir Leah.

Rasamu sangat nikmat.

Deg!

Apa ini? Kenapa Leah mengingat ucapan itu?

Saat Gabriel menyentuh salah satu bukit kembarnya dari bra yang dia kenakan, dia kembali mengingat suara itu.

Jangan menutupinya untukku. Aku menyukai mereka.”

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang