42. Simple yet meaningful

1.7K 66 1
                                    

Berjalan keluar gedung apartemen, Leah bertahap mulai menjadi gugup. Sebelumnya, dia sudah melihat kehadiran Nolan yang berdiri dengan pakaian rapi dan tangannya memegang paper bag berwarna cokelat muda. Dan semakin mendekati pria itu, semakin dia kebingungan. Belum lagi mengingat ini kali pertama mereka bertatap muka tanpa Esther.

Sementara itu, Nolan melihat kehadiran Leah ketika wanita itu hampir mendekatinya. Dia membalikkan tubuhnya menghadap Leah yang melipat bibirnya ke dalam dan kedua tangannya terjalin di belakang tubuh.

Leah membersihkan tenggorokannya lalu mencoba tersenyum kecil. “Esther masih sarapan jadi tidak bisa ke sini. Uhm, ingin ... ke atas dulu?”

Nolan menggeleng seraya menyerahkan paper bag.  “Aku harus segera pergi. Tolong berikan ini kepadanya.”

“Oke.” Menerimanya, Leah mengangguk otomatis.

“Dan ...,” ucapan Nolan membuat Leah mendongak dari paper bag. “apa kau sudah lebih baik? Esther bilang kau sudah mengatasi masalahmu dengan pacarmu.”

“Oh, ya, ya.” Leah mengangguk malu. “Maaf merepotkan kalian. Seharusnya aku tidak menghubunginya tadi malam. Aku tidak tahu jika dia akan serius menemuiku selarut itu.”

“Apanya yang merepotkan.”

Gerutuan itu membuat Leah mematung. Nadanya tidak terdengar marah, tetapi cukup lembut dan pelan menyebabkan dia bingung. Apa ... pendengarannya salah tangkap?

“Baguslah jika kau baik-baik saja sekarang. Kami sangat mengkhawatirkanmu. Jika ada masalah lagi, hubungi kami secepatnya. Aku dan Esther pasti akan membantumu. Jangan sungkan dengan kami.”

Masih terdiam, Leah mengangkat tatapannya ke atas dengan perlahan. Dia mempelajari wajah pria yang cukup tinggi dan tampan ini. Ekspresinya memang tampak tajam dan ya selalu cemberut seperti biasanya.

“Kau mendengarku, Leah?”

Leah mengerjap sekali. “Ah ya ....”

“Esther sudah menganggapmu seperti saudarinya. Jadi, jika kekasihmu macam-macam denganmu, katakan padaku segera. Aku akan memberinya pelajaran nanti.”

Sekarang, Leah mengerjap berulang kali. Apa yang sedang terjadi sekarang jauh dari pemikirannya tentang Nolan selama ini.

Masih dalam keadaan linglungnya, dia mendengar decakan pelan. Lalu, disusul ucapan selanjutnya dari Nolan, “Jika diingat kembali, ini pertama kalinya kita mengobrol. Maaf jika kesan pertamaku sedikit cerewet. Inilah sebabnya aku tidak pernah mengajakmu mengobrol.”

“O-oh .... Tidak masalah,” respon Leah dengan suara kecil. Walau begitu, Leah tetap kaget.

Nolan melihat jam tangannya sebelum kembali berbicara, “Aku harus ke kantor sekarang. Sampaikan pada Esther juga aku berangkat kerja.”

“Hmm.” Leah memperhatikan Nolan yang mulai berjalan menuju kendaraannya. Ketika jarak mereka menjadi lumayan jauh, Leah berlari kecil lalu berseru canggung, “H-hati-hati, Pacar- maksudku, Nolan!”

Nolan hanya mengangkat tangannya sebelum berkendara. Dan Leah tetap berdiri di sana hingga Nolan keluar dari area gedung apartemen.

Mendesah, Leah bergumam kecil, “Aku sungguh berdosa ....”

***

Kembali di dalam unit, Ben sedang mencuci gelasnya.

Esther yang masih makan mulai berceloteh, “Leah itu orang yang mudah dimanfaatkan. Di sekolah, dia bisa lebih sibuk dari ibu negara. Kau tahu, dia mengerjakan laporan bulanan para guru, selain itu dia pun membantu tukang bersih-bersih, belum lagi jika ada acara atau rapat, dia orang paling terdepan yang dicari pegawai di sekolah.”

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang