55. Will you believe me?

1.3K 82 11
                                    


Bayangan perandaian jika Adri mengikutinya diam-diam di hari itu membuat jantungnya memompa semakin cepat hingga ketakutannya menjadi-jadi. Jika itu benar, artinya pria ini memang mengawasi dan menunggunya keluar selama ini.

Menoleh pada Leah, Adri tersenyum lebar. “Tidak ingin mengundangku masuk?”

Pegangan Leah pada tali tasnya mengerat. Wajahnya tampak tegang dan penuh kewaspadaan. “Aku ... sudah mengirimkan uang kepadamu. Kenapa kau mencariku sampai sini?”

Begitu mendengar suaranya yang bergetar, Leah mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

“Aku kakak iparmu. Apa salahnya jika aku menemuimu?” Kakinya yang terangkat seketika mengambang di udara begitu melihat Leah yang sudah dulu mundur. Dia menarik kakinya kembali dengan kedua alis terangkat kemudian membuang napas kasar. “Astaga .... Leah, jawab aku, bagaimana bisa kamu tinggal di gedung seperti ini? Kamu seorang pengajar sekolah, memangnya berapa penghasilan yang kamu dapatkan?”

Pada pertemuan pertama mereka, Leah masih mengenakan seragam guru tempatnya mengajar, begitu juga sekarang. Tentu saja pria itu mengetahui pekerjaannya.

Leah tidak menjawab menyebabkan Adri berdecak pelan sambil menggelengkan kepalanya. “Apa yang kamu lakukan selama ini, Leah? Apa keluargamu tahu kamu punya pekerjaan lain menjadi ... gadis panggilan?”

Tersentak dengan ucapan Adri, Leah menatapnya nyalang. “Perhatikan ucapanmu!” Hatinya mulai terasa menyakitkan dan bergemuruh hebat.

“Apa aku salah bicara? Lalu bagaimana caranya seorang wanita yang hanya bekerja menjadi guru TK dan mengirimkan uang kepadaku dan ibunya bisa tinggal di tempat seperti ini?” Adri berkacak pinggang sambil tersenyum penuh arti. “Ya ampun, Leah .... Jika aku tahu pekerjaan sambilanmu itu, aku akan berhenti menyuruhmu mengirimku uang.”

Tatapan pria itu yang tidak bisa lepas dari Leah membuat dia bergidik dan ketakutan. Dia hampir saja memeluk tubuhnya sendiri, terlihat sangat lemah dan mudah ditindas. Tapi, untungnya satu tangannya masih mengepalkan tali tas sangat kuat. Membuatnya bisa berdiri tegap, tampak tidak takut walau seluruh tubuhnya gemetar.

Rasanya Leah ingin sekali menangis. Dan tanpa dia minta, dia menginginkan Ben sekarang untuk memeluknya.

Melihat gerakan tidak nyaman wanita itu, Adri mengibaskan tangannya. “Maaf, jika tatapanku sedikit mengganggu. Karena sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, aku benar-benar tidak bisa mengalihkan tatapanku padamu. Benar kata orang, semakin bertambah usia, semakin matang dia. Kamu tampak lebih baik sekarang, Leah. Sangat baik ....”

“To-tolong pergi sekarang. Aku akan mengirimkan uang lagi jika kau melakukannya,” suara Leah cukup kecil semakin membuatnya terlihat lemah.

“Kita sudah lama tidak bertemu, mana mungkin aku pulang dengan tangan kosong. Leah, jangan menghindariku seperti itu. Kakak dan ibumu mengkhawatirkanmu, kau tahu?” Adri berbicara lembut sambil maju menyebabkan Leah menggeleng kaku.

“Jangan mendekat atau aku akan teriak.”

“Aku ingin melihat tempatmu tinggal dulu setelah itu kita pulang walau hanya sebentar. Setidaknya lihat mereka sekali sa—”

Ketika tangan Adri terulur, di waktu yang sangat tepat seseorang menahan pergelangan tangannya. Dengan geram, Adri menoleh ke samping hanya untuk melihat pria  berperawakan jangkung dengan punggung agak membungkuk. Dia mengenakan kacamata dan tatapannya sangat tenang ketika memandanginya.

Kehadiran Ben yang tiba-tiba itu membuat Leah memanggil nama pria itu tanpa suara. Ben .... Ada kelegaan dalam hatinya.

Kembali pada Adri, pria itu tampak berpikir. Dia merasa pernah melihat wajah ini.

“Maaf, sepertinya Anda salah orang.”

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang