14. Give him a hand

2.7K 100 3
                                    

Leah menoleh dengan cepat dan melihat kedatangan Esther entah sejak kapan. “Kau sudah tiba.”

Esther mengangguk sambil menyusun buku muridnya. “Kau melamun sedari tadi. Memangnya apa yang kau pikirkan, Leah?”

Leah menggeleng otomatis. “Tidak ada.”

Mereka mulai menuju kelas masing-masing karena sudah waktunya mengajar. 

Sambil berjalan beriringan, Esther berbicara, “Leah, aku ingin bertanya. Tapi apa kau bisa menjawabnya dengan jujur?”

Leah memiringkan kepalanya bingung. “Ada apa?”

“Tadi malam, aku menemani Nolan ke apartemen di dekat sini. Lalu aku melihatmu keluar dari mobil yang aku kenal.”

Leah dengan perlahan berhenti berjalan dan Esther berada selangkah di depannya. Esther menoleh ke belakang. “Apa hubunganmu dengan Pak Gabriel?”

Apa hubungannya dengan Pak Gabriel?

Leah tidak tahu kenapa, tapi saat mendengar pertanyaan itu dia secara refleks tertawa menyebabkan Esther menukik bibirnya ke bawah.

“Aku tidak membuat lelucon.”

“Maaf.” Dengan masih memiliki sisa tawa, Leah mulai menjelaskan alasan Gabriel mengantarnya, “Kau tahu, kan aku mengajar anaknya. Dan kemarin Pak Gabriel ingin keluar di jam itu karena ada urusan makanya aku ikut dengannya. Dia bilang sekalian mengantarku.”

“Sungguh?” Esther mendesis sambil memiringkan kepalanya. “Bukankah pria itu terlalu baik? Beruntungnya kau memiliki pekerjaan baru yang nyaman. Ini pasti berkat doa-doamu selama ini.”

“Hmm.” Leah mengangguk antusias.

“Tapi, aku masih tidak rela melihatmu bekerja keras bukan untukmu sendiri. Apa uang yang selama ini kau kirimkan ke keluargamu masih tidak cukup?”

Leah tidak bisa menjawab selain tersenyum menyebabkan Esther berdecak. “Sejujurnya aku ingin sekali berkomentar tentang mereka yang tidak pernah puas dengan pemberianmu. Tapi aku bahkan tidak memiliki keluarga jadi tidak bisa membuat komentar ceroboh.” Esther berhenti melangkah di depan kelasnya. Dia menepuk lembut lengan bagian atas Leah. “Jangan terlalu memaksakan dirimu bekerja terus menerus. Kau bahkan tidak sarapan selain air putih atau satu buah. Pikirkan juga kondisi tubuhmu, Leah. Kau tahu, aku selalu mengkhawatirkanmu.”

Leah mengangguk. “Ya, terima kasih, Esther.”

Esther tersenyum singkat. “Kembali ke pembicaraan sebelumnya, sungguh sangat disayangkan tentang Pak Gabriel. Aku pikir kalian benar-benar menjalin hubungan. Padahal menurutku, kalian berdua akan menjadi pasangan yang unik dan penuh kejutan. Leah, sungguh. Jika itu benar terjadi, aku akan menjadi orang pertama yang memberimu selamat dengan meriah!”

Leah mengerjapkan matanya. Kemudian tertawa canggung. “Tidak ada apa-apa di antara kami. Dan jangan membuat lelucon seperti itu, Esther.”

Sudut bibir Esther hanya menyeringai nakal. Dia masuk ke kelasnya sambil berkata, “Ya sudah. Sampai jumpa jam istirahat nanti.”

“Hm.”

Penuh ... kejutan?

Leah menggeleng kuat dan berjalan menuju kelasnya. Mana mungkin sosok buruk rupa seperti Leah cocok dengan Gabriel yang rupawan. Bisa-bisanya Esther membuat lelucon seperti itu di cuaca panas seperti ini.

Leah menyentuh kedua pipinya. Ternyata memang panas…

Sambil tersenyum, Leah memasuki kelasnya. Sudah waktunya dia mengajar bukannya berkhayal.

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang