37. Restlessness

1.7K 77 1
                                    

Pintu unit berbunyi pelan ketika dibuka dari luar. Leah masuk sambil berkata, “Maaf harus merepotkanmu lagi sampai harus membawanya kemari.”

“Jangan khawatirkan aku.” Gabriel membawa lebih banyak barang di kedua tangannya dibandingkan Leah.

“Letakkan saja di sini. Supaya nanti memudahkanku membawanya ke sekolah.”

“Oke.”

Sebelumnya mereka sudah ke sekolah. Gabriel berpikir ada baiknya mereka menyimpan semua ini di sekolah langsung agar Leah tidak kewalahan membawanya nanti. Akan tetapi sangat disayangkan. Gerbang sekolah sudah dikunci dan tidak ada satpam yang berjaga.

Setelah meletakkan semua belanjaan mereka, Gabriel mengibas tangannya di celana. Membiarkan Leah melihat belanjaannya sekali lagi, Gabriel memperhatikan unit tempat Leah tinggal. Tempat ini sangat bagus dengan gaya minimalis. Tapi jika dipikir lagi harga sewa per tahunnya, bukankah penghasilannya menjadi guru akan banyak dikeluarkan untuk unit saja?

Pantas saja Leah sangat membutuhkan pekerjaan tambahan waktu itu. Pikir Gabriel, untung saja dia segera memberinya pekerjaan.

“Di mana temanmu?” Sambil melihat isi unit tersebut, Gabriel baru menyadari keadaan ruangan yang sunyi dan kosong.

Leah mendongak dan melihat key card di card holder yang kosong, lalu menjawab, “Sepertinya dia berada di luar. Kamu ingin minum dulu atau langsung pulang?”

Gabriel melirik arloji yang ia kenakan. “Aku pikir aku akan menunggumu selesai masak. Jadi, kita bisa pergi ke rumahku bersama.”

Secara naluriah Leah melihat jam dinding. “Benar juga. Sebentar lagi jam mengajar Ara. Kalau begitu, aku akan membuatkan minuman untukmu. Tenang saja, aku tidak akan lama memasak. Apa yang ingin kamu minum?”

“Apa saja.”

Ponsel Gabriel bergetar di dalam saku mantel kulitnya. Melihat itu tentang pekerjaan, kemudian Leah yang berjalan menuju lemari es, dia segera menghentikan aksi Leah, “Tidak perlu repot-repot membuatkanku minuman. Ada panggilan pekerjaan. Aku akan berbicara di lobi saja sambil menunggumu di bawah.”

“Oh ... oke,” gumam Leah. Dia membuntuti Gabriel untuk melihat kepergiannya sebelum menambahkan perkataannya, “Aku tidak akan lama.”

Gabriel mengangguk singkat sebelum berjalan menuju lift. Sedangkan Leah menutup pintu unit dan segera masak.

Benjamin memasuki gedung apartemen dengan kantong plastik penuh jajanan. Tanpa melihat ke kanan dan kiri, dia berjalan mantap menuju lift. Begitu memasuki lift, pandangan Ben tidak sengaja melihat sofa di ruang tunggu lobi.

Dan di sana, ada pria yang tidak asing sedang berbicara dengan ponselnya. Sebelum dia bisa melihatnya lebih lama, pintu lift sudah tertutup.

Bukankah itu pria yang anaknya diajar Leah? Ben membatin. Menghela napas pelan, lagi-lagi dia merasa kesal hanya dengan keberadaan pria itu.

“Apa yang dilakukannya di sini?”

Pintu unit berbunyi pelan sebelum dibuka. Leah yang tengah menggoreng ayam mendengar suara langkah kaki mendekat secara naluriah menoleh sekilas. “Oh kau kembali. Aku hanya bisa memasak tumis sayuran dan ayam goreng karena sebentar lagi jam les.”

Ben dalam diam meletakkan plastik di atas meja makan. Membiarkan Leah terus berbicara, dia mendekati wanita itu dari belakang.

“Tumis sudah ada di atas meja, ayamnya akan matang sebentar la—” ucapan Leah terpotong begitu merasakan pelukan dari belakang.

Wajahnya sedikit memerah ketika merasakan hembusan napas hangat di tengkuknya. Harus mengangkat ayam, dia secara otomatis menghindar dan melepaskan dirinya dari Ben.

Something About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang