Braak...
"Pergi kamu, jangan kamu pikir di sini bisa tinggal dengan gratis ya!" teriak Ibu kost sambil membanting dengan sangat keras pintu rumahnya.
Ibu kost terpaksa mengusir Zenira dari rumah ini karena sudah hampir dua bulan Zenira tidak kunjung membayar sewa kamar kost.
Memang Papanya yang tinggal di Bandung mengalami PHK, dan tidak bisa lagi mengirim Zenira sepeser uang pun untuk keperluan putrinya di Jakarta. Tentu Zenira tidak berniat berbuat jahat. namun, bagaimana lagi kondisi ini benar-benar memberatkannya.
Tidak hanya membanting pintu, ibu kost juga melemparkan tas ransel yang berisi semua pakaian milik Zenira ke jalan, dan mendorong tubuhnya untuk pergi meninggalkan rumah kostnya hingga ia terjatuh.
Padahal malam sudah mulai larut dan hujan sedang turun cukup deras. Zenira yang jatuh tersungkur di atas lantai teras depan kamar kostnya, kemudian segera bangkit berdiri dan terpaksa angkat kaki dari rumah kost yang hampir tiga tahun menjadi tempatnya berteduh.
Zenira yang tidak tahu harus pergi kemana kemudian melangkahkan kakinya tanpa tujuan, tidak terasa ia sudah berjalan jauh dari tempat kostnya. sampai dia tiba di sebuah minimarket yang lokasinya tepat di depan pusat kota.
Zenira memutuskan untuk berteduh beberapa saat hingga hujan reda, ia sudah sangat lelah berjalan jauh kemudian ia menghentikan langkah kakinya tepat di depan minimarket.
Zenira kemudian mengelus perutnya yang lapar, sudah sejak tadi siang perutnya belum terisi makanan apapun, tapi dia tidak mempunyai uang untuk membeli makan ataupun sekedar membeli sepotong roti.
Melihat kondisinya yang sekarang, Zenira hanya bisa pasrah. Ia menjatuhkan bokongnya duduk di sebuah kursi kosong yang terpasang di halaman minimarket.
Saat itu sekujur tubuh Zenira basah kuyup karena guyuran hujan yang terus turun sangat deras, dan tidak ada sehelai benang pun di tubuh mungilnya yang luput dari hujan malam ini.
Sungguh hari ini sangat berat untuk Zenira, di kepalanya dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat bagaimana untuk bisa melalui semua cobaan hidupnya yang semakin lama semakin berat untuk Zenira.
Di saat Zenira sedang termenung dan kebingungan harus pulang kemana, tiba-tiba seorang pemuda berparas tampan bernama Reifansyah putra Zavier Zeeshan yang biasa di sapa Rei, menghampirinya.
Pemuda itu nampak sangat tampan dengan kemeja berwarna abu-abu dan celana panjang berbahan kain yang membuatnya terlihat seperti orang kaya.
Reifansyah adalah seorang pria yang tidak memiliki pekerjaan, terlahir dari keluarga kaya raya dan sangat terpandang yang di kenal di Jakarta. Usianya masih terbilang cukup muda 22 tahun yang kebetulan sedang membeli segelas kopi hangat di minimarket tersebut. Dia adalah anak dari Ramon Zavier Zeeshan seorang pengusaha sukses yang sangat terkenal, dan memiliki beberapa perusahaan yang ada di Jakarta dan luar kota Jakarta.
Saat ini Reifansyah yang kebingungan mencari istri untuk dia nikahi secepatnya, tentu melihat penampilan Zenira yang polos sangat menarik hatinya untuk segera berkenalan.
"Wah ada cewek manis nih, sendirian lagi!" gumam Rei sambil berjalan menghampiri Zenira.
Zenira yang lugu dan percaya akan cinta sejati datang pada pandangan pertama, bukannya ketakutan melihat seorang pemuda yang belum ia kenal menghampirinya, justru dia malah tersenyum manis dan terus menatap Rei dengan intens.
Melihat senyuman Zenira itu Rei kemudian yakin Zenira mudah diperdaya. Rei kemudian menyodorkan segelas kopi hangat yang baru saja di belinya tadi dan mulai mengajak Zenira berkenalan.
"Ini untukmu, minum saja kopinya tidak apa-apa. Kebetulan sekali ya, kita bisa bertemu di sini!" ucap Rei merayu membuat Zenira semakin yakin jika Rei adalah cinta sejatinya.
Memang kedua orang tua Rei mengancamnya jika dia tidak segera menikah maka nama Rei akan segera di hapus dari daftar penerima warisan Papinya yang memang sangat terkenal kaya raya di Jakarta.
"Namamu siapa? Kamu tinggal di mana?" tanya Rei menghujani pertanyaan pada Zenira sambil menjatuhkan bokongnya duduk di samping Zenira.
"Namaku Zenira Adista Malvisa Adiaksa, panggil aku Zen saja." ucap Zenira tersenyum manis mengulurkan tangannya.
"Namaku Reifansyah Putra Zavier Zeeshan biasa aku dipanggil Rei." ucap Reifansyah menerima uluran tangan dari Zenira.
"Kenapa kamu basah kuyup? Kamu mau pergi kemana, sudah malam sendirian saja?" tanya Rei perhatian menautkan kedua alisnya.
Zenira kemudian bercerita jika dia diusir dari kamar kostnya malam ini karena sudah menunggak pembayaran hampir dua bulan lamanya.
"A-aku, di usir oleh Ibu kost karena sudah tidak sanggup lagi membayar." ucap Zenira sedih menundukkan kepalanya.
"Kalau begitu ikutlah denganku, aku akan menolongmu memberimu tempat tinggal yang layak dan nyaman." ucap Rei membujuk Zenira yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"kita benar-benar di takdirkan untuk bertemu malam ini, ayo!" ucap Rei mengajak sambil membawakan tas ransel Zenira menuju mobilnya.
Dengan senyum senang Zenira kemudian menerima ajakan dari Rei. Mereka kemudian bergegas menuju mobil Rei yang terparkir di halaman minimarket.
Rei kemudian memasukkan tas ransel Zenira ke dalam bagasi mobil sedan mewahnya itu dan membukakan pintu mobilnya untuk Zenira.
Rei melajukan mobilnya membelah jalanan Jakarta menuju rumah mewahnya yang terletak di kawasan elite Jakarta.
Setiba di rumah Rei yang nampak mewah dan luas dengan dinding rumah di cat berwarna putih cream yang elegan, Zenira mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan rumah mewah dan megah itu, semakin membuatnya kagum. Khayalannya tentang cinta sejati semakin melambung tinggi.
"Masuklah, kamu adalah calon pemilik rumah ini!" bisik Rei lembut di telinga Zenira saat ia mulai menginjakkan kakinya di ruang tamu.
"Zenira, kamu harus tahu aku sangat bahagia bisa berkenalan dan bertemu denganmu." ucap Rei dengan suara baritonnya yang terdengar sangat berat di telinga Zenira.
Zenira hanya tersipu mendengar semua rayuan dari Rei.
Rei berjanji akan segera menikahi Zenira untuk mengabadikan hubungan indah mereka.
"Hah! Menikah." ucap Zenira terkejut, ia membulatkan matanya lebar.
"Iya menikah, cinta sejati harus segera diikat dalam janji suci, sayang." ucap Rei lagi, ia membujuk dan merayu Zenira semakin intens hingga membuat Zenira gadis lugu dan polos itu mempercayainya.
Zenira semakin berbunga-bunga mendengarnya, khayalannya tentang cinta pertama benar-benar terwujud, sungguh gadis itu tidak sedikitpun menaruh rasa curiga apalagi memiliki pikiran buruk tentang pemuda pengangguran yang ada di depannya.
"Pelayan!" ucap Rei memanggil salah satu pelayan yang bekerja di rumahnya.
"Iya mas, Rei!" jawab pelayan itu sambil bergegas menghampiri Rei.
"Antar calon istriku menuju kamarnya. Jangan lupa siapkan air hangat untuk mandinya, dia tadi kehujanan!" perintah Rei pada Emi pelayan di rumahnya.
"Baik mas, Rei! Mari ikut dengan saya." ucap Emi menganggukkan kepalanya tanda mengerti, ia dengan ramah mengajak Zenira berjalan menuju kamar yang di minta Rei.
Zenira semakin senang, ia bergegas mengikuti langkah kaki Emi hingga berhenti di sebuah kamar luas dan mewah di sudut rumah.
Kamar itu hampir lima kali luas kamar kostnya dengan ranjang king zisenya yang empuk dan lampu gantung kristal mahal yang membuat kamar itu semakin mewah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK
RomanceWarning mengandung adegan vulgar dan unsur Dewasa!!! Bukan bacaan untuk anak-anak!! Bijaklah dalam membaca! 21++ 18+ "Menikahlah denganku!" Betapa senangnya hati Zenira ketika pria asing yang baru dia kenal langsung melamarnya. Bay...