BEST PARTNER

177 2 0
                                    

     Happy Reading 😘😘😘

   Biasakan Like sebelum baca ya😊 Dan jangan lupa vote dan bunga mawarnya🌹



    "Baiklah kalau begitu aku pulang dulu agar besok pagi aku bisa menjemput Papi dan Mami!" Pamit Rei dan di jawab Adelia dengan senyuman.

    Rei bergegas pulang dan segera tidur karena tidak mau sampai kesiangan untuk menjemput kedua orang tuanya esok hari.

    Zenira yang mengetahui rencana kedua orang tua dari suaminya akan pulang ke rumah itu membiarkan suaminya tidur cepat dan berjanji akan membangunkan Rei agar tidak kesiangan.

     ****

   
      Keesokan harinya.


      Tepat jam tujuh pagi, Zenira membangunkan Rei. Rei pun bergegas bangun dan bersiap.
  
   Setelah menikmati sarapan buatan Bi Emi. Rei dan Tora bergegas menuju rumah sakit menjemput Papinya yang sudah sembuh untuk diantar pulang ke rumah.

    Mami nampak sangat sumringah karena kini Papi bisa berjalan tanpa bantuan siapapun, sesekali Papi memamerkan kakinya yang bisa kembali berjalan semenjak jatuh kemarin siang.

    "Ayo, Papi kita pulang sekarang!" Ucap Rei tersenyum senang.

    Papi berjalan mengikuti langkah Rei dan Adelia menuju parkiran mobil dan memasuki mobil mewah yang dikendarai Rei.

    Setiba di rumah, petugas jaga pintu segera membuka pintu pagar agar mobil Rei bisa segera masuk ke dalam halaman rumah kediaman orang tuanya.

    Setelah masuk ke halaman Rei memapah Ramon untuk segera masuk dan beristirahat ke dalam rumah.

    Bi Emi dengan sigap menyiapkan makan siang Ramon yang memang datang tepat di jam makan siang.

    Seperti biasa Bi Emi menyajikan sop ayam lengkap yang membuat menu siang ini nampak sangat bervariasi.

    "Ayo segera makan." Ucap Adelia sambil menyajikan semangkok besar berisi sop ayam lengkap dengan sayuran, jamur dan potongan ayam.

    Dengan lahap Ramon menikmati makan siangnya dan menghabiskan semua isi makanannya hingga tak tersisa.

     "Syukurlah, makan Papi sangat lahap. Papi pasti cepat sembuh!" Ucap Zenira memberikan semangat.

     Papi tersenyum dan berterima kasih kepada semua yang telah mencemaskannya saat sakit kemarin.

     "Papi harap ini yang terakhir kalinya Papi membuat kalian khawatir!" Ucap Ramon sambil mengambil potongan buah segar yang di sajikan untuknya.

    Semangat Papi ingin sembuh sangat membuat Mami senang meski memang untuk sembuh Papi harus rajin memeriksakan diri ke rumah sakit.

    "Baiklah, karena Papi sudah pulang dan aku sangat lelah, aku pamit dulu untuk beristirahat di kamar ya!" Pamit Rei meraih tangan Zenira dan menggandengnya.

     Zenira melemparkan senyum ke arahnya dan mereka pun melangkah berjalan menuju kamar.

    Rei dan Zenira kini bisa bernapas lega setelah kemarin sempat sangat panik akan kabar tentang Papinya.

    "Zen, pijitin aku dong!" Ucap Rei menggerakkan bahunya memberi tanda bahunya sangat pegal.

    Zenira tak menolak, dia memijit bahu Rei yang nampak sangat tegang.

    "Apa perlu aku oles minyak urut?" Tanya Zenira memberikan perhatiannya.

    Rei menggeleng baginya tangan Zenira saja sudah cukup untuk menghilangkan pegal di bahunya.

    "Rei!" Panggil Adelia saat Rei baru saja merasakan tangan hangat istrinya.

     "Mmmm!" Rei membuang napas panjang dan bangkit berdiri dari duduknya.

    "Ada apa, Mami?" Tanya Rei sambil membuka pintu kamarnya.

    "Ini karyawan cafe kopimu menghubungi, Mami. Dia memintamu ke cafe sekarang juga!" Ucap Adelia tatapan matanya fokus membaca pesan dari karyawan cafe di ponselnya.

    "Ada apa? Kok mereka mengapa tak menghubungiku saja." Rei nampak mulai panik.

    "Mami, yang bilang jangan ganggu kamu dulu, coba kamu tanya sendiri!"

    Rei segera menghubungi cafe kopi miliknya untuk tau apa sebenarnya yang membuat karyawannya memintanya untuk segera pergi ke sana.

     Namun karyawannya meminta datang saja langsung agar Rei bisa langsung melihat masalah yang terjadi di cafenya.

    Karena tak mau semakin penasaran, Rei segera menuju cafenya itu.

     Setiba di cafenya Cleo, salah satu karyawannya menghampiri Rei dan mengatakan jika ada seseorang yang datang untuk menagih hutang.

    "Hutang apa? Aku tak mengerti?" Ucap Rei sembari masuk ke ruang kerjanya tempat biasa dia menerima tamu di cafe.

     "Hai, Rei. Kamu masih ingat dengan aku!" Ucap Bima yang membuat Rei menghela napas lega.

     "Kamu ini, aku kira siapa yang datang!" Ucap Rei tersenyum mempersilahkan teman bisnisnya ini untuk duduk.

    "Aku dengar kamu sudah menikah, karena itukah Kamu tak mau menghubungiku lagi!" Keluh Bima sembari duduk di sebuah sofa berukuran cukup besar yang ada di ruang kantor Rei.

    "Kenapa kamu tak beritahu aku dulu kalau mau datang! Malah bilang mau nagih hutang, dasar!" Keluh Rei kecewa.

     Bima tertawa terbahak melihat ekspresi Rei yang nampak sangat kebingungan itu.

     "Aku mau kasih kejutan saja untukmu, tapi tak mau datang ke rumah Papimu karena aku tau mereka pasti tau tujuanku!" Lanjut Bima sambil mengeluarkan sebatang rokok dari saku jasnya.

     "Kamu nampak berbeda sekarang, bagaimana kabar bisnismu?" Tanya Rei dengan wajah bangga pada teman ini.

     "Itulah kenapa aku datang kemari, setelah kabar Albert tak akan mengganggu bisnis kita lagi aku rasa ini saatnya kita bersatu membangun bisnis bersama!" Ucap Bima memulai lobi bisnisnya.

     "Memangnya kamu punya rencana bisnis apa?" Rei mulai di bikin penasaran oleh Bima.

     Bima mengajak Rei pergi bersamanya ke sebuah tempat di bilangan Sudirman Jakarta, mereka naik mobil Bima yang terparkir manja di depan cafe milik Rei itu.

     Tujuan mereka ke sebuah tempat kopi ekslusive dengan target orang kaya raya Jakarta yang juga teman-teman mereka.

    Beberapa tamu yang duduk terlihat ada yang masih mengenali Rei dengan baik meski sebagian lagi sudah ingat-ingat lupa pada putra keluarga Ramon ini.

     "Alex, lihat siapa yang datang!" Ucap Bima sambil menepuk bahu Alex yang sudah lama tak jumpa dengan Rei.

    Alex langsung menyalami Rei dan ikut berbincang bersama Bima.

    "Jadi begini rencanaku, Rei. Aku akan siapkan meja kopi di sebelah sana. Nah nanti kopinya kamu yang stok.

     "Tenang saja, aku akan bayar di depan. Tapi syaratnya aku mau kopinya yang terbaik!"

    Mendengar perkataan Bima itu Rei langsung saja setuju, dia memang sedang banyak supplier yang memerlukan pasar untuk menjual produk mereka.

   "Nah Alex, di sini adalah baristanya. Jadi nanti dia yang akan  mengecek kopi yang akan kita beli darimu!" Lanjut Bima sambil tersenyum ke arah Alex.

    Alex mengangguk, memang semenjak beberapa tahun ini dia sudah menjadi pria profesional di bidang kopi.

     Namanya mulai dikenal saat, Alex bekerjasama dengan Bima untuk membuka beberapa restoran dan cafe di Jakarta.

TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang