"Berkemas? Memangnya Zenira punya baju yang akan di kemas?" tanya Tyra mencibir sambil terus memandang Zenira yang belum sadar sedang di jebak oleh Rei.
Rei yang duduk di samping Tyra hanya tersenyum kecut, ia kemudian mengajak Zenira pulang. karena jika mereka tinggal terlalu lama di rumah orang tuanya, ia khawatir kedua orang tuanya akan membuka semua aib masa lalunya.
"Mi, Pi! Kami pulang dulu, untuk beristirahat. karena besok pagi-pagi sekali kami akan berangkat menuju Bali." pamit Zenira mencium punggung tangan Ramon dan Adelia bergantian.
"Iya, hati-hati kalian besok di jalan. Semoga honeymoon kalian lancar dan cepat memberikan cucu untuk Mami dan Papi." ucap Adelia tersenyum bahagia yang merestui pernikahan anaknya.
"Hemm...Mami bisa saja kalau untuk yang satu itu, Papi juga mau diberi cucu secepatnya oleh Rei." ucap Ramon tidak mau kalah.
"Uhuk...uhuukk...uhuukkk..." Rei yang mendengar perkataan kedua orang tuanya, terkejut membulatkan matanya. Ia terbatuk kecil dengan tenggorokannya yang tidak gatal.
"Rei janji akan memberikan Mami dan Papi cucu. Ya sudah, Rei pulang dulu." pamit Rei bergegas menggenggam tangan Zenira erat berjalan menuju pintu utama.
Selama perjalanan pulang, Rei terus memandang ke arah Zenira yang masih belum sadar akan jebakannya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka. Sampailah mereka di rumah. Zenira mulai terlihat kebingungan baju mana yang akan ia kemas.
"Tidak perlu khawatir, cukup bawa saja beberapa baju yang kamu punya." ucap Rei yang sudah menduga akan kejadian ini. Walau memang Zenira sebenarnya tidak punya baju yang layak untuk di bawa.
"Aku hanya memiliki beberapa baju saja." jawab Zenira tidak yakin dengan perintah Rei.
Rei membuang napas panjangnya, sadar memang tidak ada baju istrinya yang layak untuk di bawa. Rei kemudian mengajak Zenira yang sudah sah menjadi istrinya itu berbelanja keperluan, dan beberapa baju di mall yang tidak jauh dari rumahnya.
Rei bersedia mengajak Zenira pergi berbelanja. Namun, tetap saja Rei yang pengganguran dan pelit memberi syarat kepada istrinya itu.
"Tidak usah membeli baju terlalu banyak. beli yang penting saja, ingat itu!" perintah Rei sambil membukakan pintu mobil untuk Zenira.
Perlahan Zenira mulai tahu karakter suaminya ini, Rei ternyata pria yang arogan, dingin dan sangat pelit. Tidak sedikitpun ia membantu Zenira dalam memilih barang yang akan di beli dan Rei tidak mau membantunya membawakan tas belanjanya.
Tidak mau ribut di tempat umum, Zenira memutuskan membeli hanya dua setelan baju dan sebuah tas koper kecil berwarna pink yang segera di bayar oleh Rei.
Sepulang berbelanja, Zenira bergegas untuk berkemas dan sebelum makan siang semua persiapannya semua sudah tertata dengan rapi di kamarnya.
Bi Emi menghampiri Zenira di kamarnya dan memberitahu jika makan siangnya sudah siap tersedia, Rei memintanya untuk bergegas karena ia sudah sangat lapar.
"Kak Zenira, makan siang sudah siap tersaji. di tunggu Mas Rei di meja makan." ucap Bi Emi menyampaikan pesan majikannya.
"Iya, Bi Emi. aku akan menyusul Rei ke ruang makan bila semuanya sudah selesai, aku merapikan baju untuk di bawa esok pagi." jawab Zenira tersenyum ramah pada pelayan kepercayaan suaminya itu.
Bi Emi masih terlihat sibuk mempersiapkan menu istimewa di hari pernikahan Rei dan Zenira, dia memasak sepiring besar ayam panggang, sepiring besar rendang daging lengkap dengan kentang goreng dan potongan sayuran hijau kesukaan Rei.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK
عاطفيةWarning mengandung adegan vulgar dan unsur Dewasa!!! Bukan bacaan untuk anak-anak!! Bijaklah dalam membaca! 21++ 18+ "Menikahlah denganku!" Betapa senangnya hati Zenira ketika pria asing yang baru dia kenal langsung melamarnya. Bay...