PENYAKIT HATI

312 4 0
                                    

      "Sekarang, kamu istirahat saja. Jangan terlalu banyak berpikir di luar kesehatanmu." ucap Rei meminta dengan suara yang semakin lembut.

    "Iya, Rei! Aku janji akan lebih tenang menghadapi situasi apapun yang terjadi mulai sekarang." ucap Zenira tersenyum manis, berusaha menunjukkan pada Rei ia tidak lemah.

    Tyra yang melihat Rei dan Zenira semakin mesra saja kembali berpikir tentang cara membuat kakaknya ini kembali terkena masalah.

     "Aku harus merencanakan, sesuatu membuat kekacauan untuk mereka." gumam Tyra tersenyum menyeringai.

      Jika membuat masalah kini sudah tidak mempan berarti kini saatnya ia membuat masalah untuk Zenira saja, pikir Tyra.

     Tyra menghubungi Albert, teman Rei untuk menyusun rencana jahatnya melalui pesan singkat WA.

       [Hai, Albert. Aku punya kerjaan bagus untukmu] Tyra.

      [Maksudmu?] Albert.

     [Kamu bisa pesankan untukku, sebuah karangan bunga atas nama Zenira. Namun, pengirimnya aku mau atas nama teman pria Zenira] Tyra.

    [Baiklah, aku menyetujuinya] Albert.

   Tyra mengakhiri pesan singkatnya, yang sudah di balas oleh Albert.

      Tyra berharap tentu Rei akan cemburu setengah mati mendapatkan karangan bunga itu, terlebih selama ini ia selalu tahu Rei terlalu percaya pada istrinya itu.

    Rencana jahat ini segera dilakukan oleh Albert yang memang sudah lama mencari Rei untuk membalas perbuatan Rei padanya, Rei sebenarnya masih punya hutang uang padanya yang belum juga sempat di bayar sampai sekarang.

     Segera saja Albert memenuhi permintaan Tyra. dan siang hari sebelum waktu makan siang, karangan bunga itu sudah tiba di rumah Rei.

    "Mas Rei, ada yang mengirim bunga untuk, kak Zenira!" bisik Bi Emi di telinga Rei sambil menunjukkan sebuah karangan bunga berukuran besar yang di terimanya.

    "Dari siapa?" tanya Rei memandang ke arah bunga itu.

   "Tidak tahu, mas Rei." jawab Bi Emi singkat bergegas meninggalkan Rei yang masih berdiri mematung di depan teras.

   Rei terdiam, ia kemudian mulai curiga siapa sebenarnya yang mengirim bunga itu.

    "Abram?" gumam Rei tangannya membaca secarik kertas kecil yang menyertai karangan bunga itu.

    Melihat Rei hanya terdiam menerima karangan bunga itu. Tyra menghampiri kakaknya berniat memulai rencanannya membuat Rei bertengkar dengan Zenira.

    "Bunga dari siapa?" tanya Tyra penasaran.

    "Abram, entahlah." jawab Rei sambil meletakkan karangan bunga itu di atas meja marmer di depannya.

     "Itu nama teman, Zenira?" tanya Tyra mulai memanasi kakaknya.

    Tyra tahu benar kakaknya ini adalah pria sumbu pendek yang akan segera meledak jika ada yang memanasinya.

    Awalnya Rei terlihat tidak peduli sampai Tyra mengulang perkataannya tadi.

    "Istrimu masih berhubungan dengan teman prianya?" tanya Tyra yang tidak puas melihat Rei tidak bergeming.

    Rei langsung marah dan membanting bunga yang ada di depannya itu. Tyra merasa menang dan kemudian mulai memberikan perumpamaan yang tidak di sangka oleh Rei.

    "Bisa saja bukan ia main belakang, kamu mana tahu?" hasut Tyra semakin membuat Rei marah.

     "Sudah jangan kamu teruskan. Tidak mungkin Zenira seperti itu, kamu pasti salah sangka!" ucap Rei meninggalkan Tyra di ruang tamu utama, ia bergegas berjalan menuju kamar istrinya.

    Tyra yang melihat amarah di wajah Rei bergegas menghubungi Albert dan mengabarkan hasil dari karangan bunga yang mereka kirim hari ini.

    "Halo." sapa Albert langsung mengangkat panggilan telponnya.

     "Albert, kerjamu sangat bagus. aku puas dengan hasil kerjamu hari ini." balas Tyra dengan senyum menyeringai.

      "Baguslah, besok kita ulang lagi." kata Albert seperti berbisik dengan senyum puas dari seberang panggilan telponnya.

     "Baiklah, kita lihat saja. Aku mau melihat bagaimana reaksi Rei selanjutnya." kata Tyra dari balik ponselnya dan mematikan sambungan telponnya.

     Melihat Tyra senyum-senyum sendiri, Bi Emi jadi penasaran. Dia menghampiri Tyra mencoba menghilangkan rasa penasarannya.

    "Ada apa, Non Tyra? Bi Emi lihat dari tadi non Tyra senyum-senyum?" tanya Bi Emi sambil memunguti pecahan pot bunga yang tadi di buang Rei.

     Tyra tidak berani menjawab pertanyaan Bi Emi, ia khawatir pelayan itu akan memberitahu rencana-rencananya pada Maminya.

    Maklum saja, Bi Emi ini karyawan yang bermuka dua dan bisa saja karena bujukan Maminya ia justru jadi masalah bagi Tyra.

    "Sudah, ah. kamu mau tahu saja!" jawab Tyra sambil berbalik badan menuju kamarnya dan segera berkemas untuk kembali ke rumah Maminya.

    Memang semenjak Zenira mengalami keguguran, Maminya melarangnya tinggal di rumah Rei. Maminya takut kelakuan Tyra akan membuat hubungan rumah tangga, Rei dengan Zenira berantakan.

     Tyra yang penurut mengikuti perintah Maminya itu. Tapi ia tetap datang sesekali ke rumah Rei hanya untuk memastikan hubungan kakaknya itu tidak seindah yang ia harapkan.

    "Aku mau pulang ke rumah Mami. Aku nggak pamit ke Rei, ya? sampaikan saja padanya seperti itu. Karena sepertinya Rei masih marah sama aku." pamit Tyra pada Bi Emi yang masih penasaran akan rencana jahat yang ada di kepala Tyra.

     "Tyra, tunggu!" panggil Rei yang melihat adiknya membuka pintu utama rumahnya.

    "Ada apa lagi?" tanya Tyra sambil membalikkan badannya.

   Rei kemudian menarik tangan Tyra menuju pojok ruang tamu, tarikan tangan Rei ini sangat kencang hingga tubuh Tyra menabrak dinding dengan keras.

    "Aduh, sakit. Kamu mau bicara apa sih?" tanya Tyra sambil mengusap dahinya yang menabrak dinding.

    "Ini pasti rencanamu, bukan?" tanya Rei yang mulai bisa membaca rencana jahat adiknya.

    "Hei, jangan menuduhku yang bukan-bukan ya! Mana buktinya kalau aku yang memesan karangan bunga ini?" ucap Tyra membela diri.

    Rei terdiam dan tidak bisa berkata-kata, tapi tangannya masih menggenggam erat bahu adiknya itu yang dituduhnya begitu kejam.

        Dret..drett..drettt..

      Tiba-tiba ponsel Tyra berbunyi terlihat di layar ponselnya, Albert menghubunginya. Entah untuk apa, Rei yang berdiri di samping Tyra melirik ke layar ponselnya mulai curiga.

    "Untuk apa Albert menghubungimu?" tanya Rei yang mengetahui panggilan telpon itu dari Albert.

      Tyra tidak menjawab, ia segera memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya. dan bergegas pulang ke rumah Maminya meninggalkan Rei sendirian.

    Tyra!" teriak Rei mencoba mencegatnya namun tidak bisa.

    Tyra terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan Rei, hingga masuk ke dalam taksi online yang sudah menunggunya tanpa terganggu oleh Rei yang masih saja penasaran dengan panggilan telpon Albert.

TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang