Sepiring nasi goreng dan telur mata sapi ternyata tidak cukup bagi perut Zenira, karena ia masih merasa lapar. kemudian keluar dari kamarnya dan menyelinap menuju dapur yang terletak tidak jauh dari kamarnya.
"Kak Zenira!" pekik Bi Emi yang ternyata sedang mengawasinya.
"Ma-Maaf, aku masih lapar. Apa masih ada nasi untukku?" ucap Zenira meminta, ia menunjuk piring kosong yang di bawanya sambil menunjukkan cengiran kudanya.
Bi Emi kemudian mengantar Zenira menuju dapur dan kemudian mengambilkan lagi satu porsi nasi goreng spesial yang masih tersisa di meja makan, tidak lupa dia menambahkan telur mata sapi di atasnya dan membiarkan Zenira makan dengan lahap duduk di kursi meja makan.
Bi Emi yang melihat, Zenira makan begitu lahap hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum sinis menatap Zenira yang sibuk dengan sarapannya.
"Bi Emi." teriak Rei yang terdengar dari ruang tengah.
"Iya mas, Rei." jawab Bi Emi tergesa, ia bergegas menghampiri Rei yang sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kopi panas di depan televisi.
Rei yang mengira Zenira kabur, kemudian menanyakan keberadaan calon istri dadakannya itu kepada Bi Emi.
Bi Emi memberitahu, Rei. jika Zenira ada di ruang makan yang terletak di dapur dan sedang makan dengan lahap seperti orang yang sudah satu minggu belum makan.
Merasa lega dengan perkataan Bi Emi. Rei bergegas menuju ruang makan yang terletak di dapur utama dan menyusul Zenira.
"Zenira! Aku mohon jangan membuat aku cemas begini." ucap Rei memeluk calon istrinya erat.
Zenira kemudian menjelaskan kepada, Rei jika tadi perutnya sangat lapar dan, Bi Emi berbaik hati memberinya nasi goreng tambahan untuknya.
Rei kemudian tersenyum dan mengajak Zenira menuju taman belakang rumahnya agar bisa berbincang dengan Zenira lebih intim.
Ceklek...Rei membuka pintu kaca yang menuju ke arah taman belakang, di sana terlihat banyak terdapat aneka ragam tanaman bunga warna warni yang bermekaran. yang sengaja di tanam Maminya Rei agar tempat itu terlihat lebih asri, Zenira terlihat sangat senang berada di sana.
Bi Emi pelayan kepercayaan, Rei di rumah mewah dan megah itu menghampiri mereka dan menyajikan secangkir teh hangat serta cemilan dalam toples agar Rei dan Zenira bisa berbincang dengan santai. Tidak lupa Bi Emi menuangkan teh ke dalam cangkir mewah terbuat dari bahan keramik mahal agar, Rei bisa segera menikmati teh buatannya.
"Kamu suka bunga apa?" tanya Rei menjatuhkan bokongnya duduk di sofa yang tersedia di taman.
"Aku paling suka bunga Lily, dan Krisan seperti yang ada di pot itu." ucap Zenira sambil menunjuk ke sebuah pot berisi bunga krisan dan Lily putih.
Rei kemudian bangkit berdiri dari duduknya berjalan melangkah menuju pot bunga krisan dan Lily putih lalu memetikkan satu batang bunga krisan dan Lily untuk calon istrinya yang lugu itu.
"Bunga ini untukmu, cantik sekali seperti kamu." ucap Rei menyerahkan dua batang bunga yang baru saja dia petik pada Zenira.
Rayuan manis ini tampaknya semakin membuat Zenira berbunga-bunga, dia sampai lupa akan permintaan orang tuanya untuk berhati-hati dengan Rei yang baru dikenalnya, dan yang ada di pikiran Zenira hanyalah tentang pernikahan yang indah yang akan menjadi pelabuhan terakhir cinta pertama dan terakhirnya.
Ting...tong...
Terdengar suara bel pintu rumah berbunyi, Bi Emi bergegas membuka pintu.
"Mana Rei." teriak seorang wanita muda berparas cantik yang memaksa masuk ke dalam rumah.
Wanita muda itu terus memaksa masuk dan Rei yang merasa mulai tidak nyaman dengan teriakkan wanita itu kemudian menghampiri Bi Emi.
"Ada apa ini? Kenapa berisik sekali!" teriak Rei kepada Bi Emi yang terlihat masih menghalangi wanita itu masuk.
"Sejak kapan, aku tidak boleh masuk ke rumahku sendiri?" tanya Tyra, adik Rei yang berusaha melepaskan genggaman tangan Bi Emi.
"Biarkan dia masuk, kamu ini kenapa sih?" tanya Rei sambil menghalau tangan Bi Emi yang masih menghalangi Tyra.
Bi Emi kemudian bercerita sebaiknya adik Rei ini menunggu di luar saja, sampai Zenira masuk ke dalam kamarnya. Dia khawatir Zenira akan berpikir bahwa Tyra adalah wanita lain di hidup Rei dan itu akan membuat rencana mereka tentang pernikahan Rei bisa jadi berantakan.
"Zenira? Kalian ini sedang membicarakan siapa sih?" tanya Tyra yang tidak paham tentang Zenira sambil melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.
"Zenira itu calon istriku, kamu tahu bukan orang tua kita memintaku segera menikah." ucap Rei mencoba menjelaskan.
Tyra kemudian memandang wajah kakaknya yang nampak serius, dia kemudian meminta Rei untuk bercerita siapa dan di mana sebenarnya mereka bertemu dengan orang yang sedang mereka bicarakan.
Belum sempat Rei menjelaskan siapa, Zenira yang di maksud dari dalam tiba-tiba Zenira muncul.
"Rei, ada siapa?" teriak Zenira yang berjalan menghampiri Rei di ruang tengah.
"Oh, ini Tyra adikku. Tyra perkenalkan ini Zenira calon istriku." ucap Rei tersenyum ramah memperkenalkan Tyra yang masih nampak kebingungan melihat sosok Zenira.
"Di-dia pakai bajuku." bisik Tyra lirih pada Bi Emi melihat baju yang sedang digunakan oleh Zenira.
Emi membulatkan matanya lebar meminta Tyra tidak mengucapkan kata yang bisa membuat Zenira tersinggung.
Tyra kemudian tersenyum kecut dan berjabat tangan dengan Zenira yang sangat terlihat sederhana itu.
"Aku Tyra, adiknya Rei." ucap Tyra dengan sangat sopan mengulurkan tangannya.
"Namaku Zenira, maaf kalau sudah merepotkan kalian semua." jawab Zenira menerima uluran tangan Tyra dengan ramah.
"Zenira, kembalilah ke kamarmu. Ada yang harus aku bicarakan dengan Tyra." ucap Rei menatap tajam kearah Zenira.
"Bi Emi antarkan dia kembali ke kamarnya." perintah Rei pada Bi Emi yang dari tadi ikut dalam perbincangan mereka.
Zenira kemudian mengangguk, ia hanya bisa menuruti semua keinginan Rei dan mengikuti langkah Bi Emi yang mengantarkannya menuju kamarnya.
Saat Zenira sudah menghilang dari balik pintu kamarnya, Rei mulai menceritakan niat jahatnya kepada Tyra. Tyra yang mendengar ide itu begitu brilian kemudian menyetujuinya.
Tyra sendiri merasa aneh dengan persyaratan yang diberikan kedua orang tuanya, yang mengharuskan Rei menikah dulu sebelum mendapatkan hak atas warisannya.
"Lagi pula mereka juga yang bikin aturan aneh, jadi ya biarin saja. Yang penting itu, sekarang Zenira mau di nikahi dengan kakak." ucap Tyra mencoba membela kakaknya yang pengganguran itu.
Rei tertawa terbahak mendengar pembelaan dari adiknya itu.
"Iya, masalahnya bagaimana caranya agar aku bisa menikah secepatnya." tanya Rei tegas, berjalan membolak-balikkan tubuhnya.
Tyra terdiam sejenak kemudian mencoba mengingat-ingat siapa temannya yang bisa dia membantunya. Begitu dia mengingat nama temannya yang bekerja di catatan sipil, ia menceritakan rencananya pada kakaknya.
"Aku melihat gadis itu sangat lugu, bagaimana kalau kamu bawa dia ke kantor catatan sipil lalu menikah di sana." ucap Tyra mengutarakan usulnya.
"Apa bisa segampang itu?" tanya Rei tidak yakin dengan rencana Tyra.
"Sudah urusan catatan sipil, biar aku yang bereskan. Asalkan kamu bisa menunjukkan E-KTP Zenira sekarang juga." ucap Tyra dengan senyuman menyeringai.
Rei menghela napas lega, akhirnya dia tahu cara yang paling tepat agar bisa segera menikahi Zenira. Tentu saja ini berarti masalah akan hak warisnya akan segera terselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK
RomanceWarning mengandung adegan vulgar dan unsur Dewasa!!! Bukan bacaan untuk anak-anak!! Bijaklah dalam membaca! 21++ 18+ "Menikahlah denganku!" Betapa senangnya hati Zenira ketika pria asing yang baru dia kenal langsung melamarnya. Bay...