WANITA MASA LALU REI

219 3 0
                                    

       "Mami." teriak Alceo saat tiba di rumah mewah itu.

      "Hai, perkenalkan. Ini Papi Ramon dan Mami Adelia!" sambut Cindy meminta putranya itu menyalami mantan calon mertuanya itu.

     Alceo terlihat sangat senang bisa bertemu Adelia dan Ramon. Saat bersalaman Adelia seperti memperhatikan wajah Alceo yang sangat mirip dengan Rei saat masih seusia itu.

     Adelia terdiam tidak berani mengeluarkan kata-kata, karena ia juga tidak mau Ramon juga memperhatikan kemiripan Alceo dan Rei.

    "Mami, kenapa?" tanya Cindy saat tahu Adelia mulai mengetahui kemiripan putranya itu dengan Rei.

     "Ah, tidak. Putramu sangat tampan, ya?" ucap Adelia bercanda sambil memandang tajam pada Rei.

     Rei hanya tertunduk dan tidak berani menatap ke arah Maminya itu.

    "Rei, bisa kita bicara di dapur?" Ajak Adelia yang menyimpan penasaran yang besar atas kehadiran Alceo.

    Putra keluarga Ramon ini langsung berdiri dan melangkahkan kakinya menuju dapur seperti permintaan Maminya.

    "Mengapa anak ini mirip sekali dengan dirimu, hah?" tanya Adelia sesampainya di dapur.

    Rei tidak berani menjawab, ia hanya tertunduk. Adelia yang kesal kemudian mengangkat dagu putranya itu sambil mengulangi pertanyaannya.

    "Iya, Mami. Cindy bilang Alceo putraku." jawab Rei membuka suaranya.

    "Oh, Tuhan. Dosa apa lagi ini?" teriak Adelia terkejut.

    Baru saja masalah Tyra selesai datang lagi masalah besar ini. Zenira yang mendengar pembicaraan suami dan mertuanya ini berjalan menghampiri dan meminta mereka mengecilkan suaranya agar Ramon tidak sampai tahu berita ini.

     "Jadi kamu sudah tahu masalah ini?" tanya Adelia yang kaget Zenira sudah mengetahui kabar tidak menyenangkan ini.

    "Sudah, tidak apalah mau bagaimana lagi?" jawab Zenira pasrah.

     "Oh, Tuhan. Untung warisan Papimu di berikan pada Zenira. Kalau sampai kamu yang pegang, entah berapa puluh perempuan akan datang kemari untuk minta anaknya di akui oleh kamu, Rei!" ucap Adelia lirih sambil menepuk-nepuk dahinya yang terasa sangat pusing.

    Rei tidak menjawab, ia hanya bisa terdiam tidak berdaya. Zenira yang melihat Rei semakin terpojok meminta Rei dan Adelia kembali ke meja makan sebelum Ramon tahu apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan di dapur.

    "Sudah, baiknya kita kembali ke meja makan. Nanti Papi akan curiga." ucap Zenira mengalihkan pembicaraan.

     "Pokoknya aku tidak mau tahu, ini semua masalah kalian." ucap Adelia tegas sambil berjalan kembali ke tempatnya makan.

     "Jadi bagaimana menurut, Mami?" tanya Cindy mencoba memancing emosi Rei.

     "Bagaimana apanya, Cindy?" tanya Adelia pura-pura tidak paham akan apa yang dikatakan oleh mantan kekasih Rei itu.

    "Apa Rei tidak mengatakan sesuatu yang penting?" tanya Cindy balik.

    "Aku tidak mengerti maksudmu, Cindy." ucap Adelia lagi sambil meneguk air putih yang terletak tidak jauh dari piringnya.

    "Mami Putraku adalah darah daging dari putramu, jadi apa kalian tidak ingin mencatat nama putraku sebagai penerus keluarga ini." ucap Cindy meminta, semakin membuat Rei kesal.

    Tidak tahan dengan perkataan Cindy seperti sedang mengejeknya, Rei kemudian naik pitam.

    CUKUP!" teriak Rei dengan sangat keras hingga suaranya menggema di ruang makan yang mewah itu.

    "Rei, sudah." ucap Zenira sambil menarik tangan suaminya itu menuju kamar.

    "Maaf Cindy, baiknya kamu pulang saja. Kita bicara lagi besok." ucap Adelia meminta yang terlihat sangat kesal dengan tingkah mantan kekasih anaknya ini.

    Cindy yang rencananya sudah berhasil. Ia pun mengajak Alceo pulang, lelaki kecil itu menurut saat Ibunya menarik lembut tangannya menuju ke mobil mereka, yang terlihat sudah siap mengantarkan mereka pulang.

 
   Tiba di kamar Rei melampiaskan kekesalannya.


    "AAH, selalu saja!" teriak Rei sambil membanting pintu kamarnya.

    "Sudah, lebih baik Mami tahu ini semua sekarang." ucap Zenira menenangkan Rei.

    "Lebih baik? Kita baru saja berduka atas kepergian Tyra. Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu?" tanya Rei kesal.

    "Maaf, Rei! Aku salah bicara. Lupakan semua kejadian yang tidak menyenangkan hari ini." ucap Zenira meminta yang sadar kalau sudah salah bicara.

    "Tidak henti-hentinya mereka menganggu hidupku!" teriak Rei menumpahkan kekesalannya di kamar.

    Zenira yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi hanya bisa terdiam dan menyalakan televisi untuk mengalihkan perhatian Rei akan kekesalannya pada Cindy.

    "Kenapa kamu malah nonton televisi?" tegur Rei saat melihat istrinya itu mulai menikmati film yang di putar.

    "Lalu aku harus bagaimana?" tanya Zenira dengan wajah bingung.

    Wajah Zenira ini sangat lucu sehingga Rei tersenyum melihatnya.

     "Kamu benar juga, kenapa aku harus kesal pada Cindy, ya? Ini bukan salahku juga." ucap Rei membela diri.

    "Nah, itu pintar!" ucap Zenira sambil ketawa geli dengan apa yang dikatakan suaminya itu, saat Rei dan Zenira mulai menerima perkataan Cindy saat makan malam tadi, tiba-tiba.

     "Rei, tolong!" teriak Adelia dari dalam kamar tidurnya.

    Rei terperanjat dan kemudian bangkit dari tempat tidurnya untuk bergegas menuju kamar Maminya.

    "Mami ada apa?" tanya Rei saat masuk ke kamar Maminya.

     "Lihat ini, ini apa?" tanya Adelia menunjuk ke arah kotak besar yang baru saja di antarkan Tora ke kamarnya.

     Rei kemudian memperhatikan kotak kayu itu, seperti ada orang yang mengirimkan potongan rambut. Tapi ini potongan rambut siapa, pikir Rei sambil mencari tulisan atau petunjuk dari rambut-rambut itu.

    Setelah beberapa lama mencari akhirnya Rei menemukan sepucuk surat yang tertempel di kotak kayu itu.

    'Semoga rambut Tyra ini bisa jadi kenang-kenangan untuk kalian' begitu isi surat yang tertera di sana.

    "Haah, ini pasti pekerjaan Albert!" gumam Rei mencoba menyimpulkan.

    "Iya tapi kapan ia mengambil rambut, Tyra?" tanya Adelia panik.

     "Tidak, ini pasti rambut orang lain yang diakuinya sebagai rambut, Tyra. Mami tenang saja." ucap Rei mencoba menenangkan Maminya.

    Adelia segera memanggil Tora dan meminta pelayannya itu segera membuang kotak kayu yang ada di hadapannya itu.

    "Benar-benar keterlaluan Albert ini!" gumam Rei saat Tora mulai membersihkan semua sisa rambut yang masih berserakan di karpet kamar Maminya.

     "Sudah, Rei. Mami yakin sekali semua ini ia lakukan agar kamu lepas kendali." ucap Adelia mencoba menenangkan putranya itu.

    Rei menghela napas panjangnya, ia meminta Tora mengecek terlebih dahulu paket yang akan mereka terima beberapa hari  kedepan. Bisa saja Albert mengulangi apa yang akan ia lakukan  hari ini.

    Tora mengangguk dan memastikan akan lebih berhati-hati akan paket yang ia terima.

    Mami kemudian meminta Rei untuk kembali saja ke kamarnya,  Adelia sangat lelah dan ingin sekali beristirahat setelah pemakaman Tyra tadi sore.

TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang