Setelah semua siap Rei mulai memasukkan semuanya ke dalam katel dan wajah Rei langsung berubah.
"Aku tak yakin akan rasanya!" Ujar Rei sambil mencicipi rasa kuah seblak dengan sendok makan yang dia pegang lalu di berikannya sendok itu kepada Zenira.
Zenira langsung meniupnya dan mulai mencicipinya.
"Mmm, ini enak!" Seru Zenira kemudian mengambil sendokan keduanya.
Rei tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh istrinya, dia kembali menyendok kuah seblak itu dan mencicipinya sendiri.
Rei kembali bangga pada dirinya dan dia sungguh tak menyangka jika dia bisa memasak seenak ini.
"Mami tak percaya kalau ini enak, ayo mana Mami pingin coba!" Ujar Adelia kemudian mengambil piring dan sendok terlebih dahulu.
Rei mempersilahkan Maminya makan duluan dan benar saja Mami langsung memuji masakan Rei ini.
Ramon yang tak mau ketinggalan kemudian mengambil piring dan ikut mencicipi masakan putranya dan sekali lagi Rei mendapatkan pujian dari Ramon.
Akhirnya makan siang yang kedua ini berlangsung, Rei dan Zenira mengikuti langkah Ramon dan Adelia untuk ikut makan bersama.
"Kenyang!" Ujar Adelia saat piringnya sudah kosong setelah dua kali menambah porsi makannya.
"Rei bagaimana kalau malam ini kamu tidur di sini saja!" Bisik Adelia seperti ingin melakukan sesuatu dengan putranya itu.
Rei bertanya apa yang membuat Maminya itu menahannya tidur bersamanya di rumah itu tapi Mami tak mau memberikan alasannya.
"Kenapa dulu, baru aku mau!" Ujar Rei lagi.
Adelia bercerita beberapa hari ini dia sering kali di datangi oleh Tyra, adik Rei. Wajahnya nampak begitu sedih seakan menyimpan kerinduan yang dalam.
Mendengar cerita Maminya itu Rei langsung mengangguk dan menyetujui permintaan Maminya.
"Tapi jangan cerita ke Papi ya!" Pinta Adelia kepada Rei.
Rei mengangguk dan menyampaikan kepada Zenira permintaan Maminya itu, Zenira tentu menyetujui karena memang sudah lama mereka berdua tak menginap di rumah mertuanya ini.
Malam segera menjelang Zenira masih sangat kenyang saat Adelia menawarinya makan malam.
"Kamu saja, aku sudah kenyang!" Bisik Zenira kepada Rei.
Rei meminta Zenira hanya mengemil saja di meja makan menemaninya makan bersama kedua orang tuanya.
Zenira menurut dan mengikuti Rei menuju ruang makan.
Adelia yang baru saja selesai memasak menu hari ini siomay ayam kesukaan Rei dan Zenira mengambilnya beberapa buah.
"Kenapa cuma sedikit, ambil lagi saja!" Ujar Adelia menawari menantunya.
Zenira menggeleng dia bercerita sebenarnya dia masih sangat kenyang karena tadi dia sudah makan siang dua kali.
Adelia yang mendengar perkataan Zenira itu tertawa kecil, dia juga sebenarnya masih sangat kenyang karena itu dia hanya memasak siomay ayam dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.
"Sudah, kalau Zenira tak mau aku saja yang makan!" Ujar Rei mencoba menghibur hati Maminya.
Zenira mulai menyuap siomay pertamanya, memang rasa masakan ibu mertuanya ini tak bisa di bandingkan dengan masakan siapapun yang pernah dia makan, sangat enak dengan rasa ayam yang gurih dan juga bikin tak bisa berhenti makan.
Saat Zenira sudah kenyang, Rei justru sudah menghabiskan siomay ketiganya, Adelia sangat senang Rei memakan siomaynya yang kesekian kalinya dengan sangat lahap.
"Habis!" Seru Rei saat siomay ayam buatan Maminya sudah habis mereka santap.
"Kamu memang jago makan!" Puji Ramon yang juga nampak kekeyangan.
Rei tertawa terbahak-bahak memang kalau cuma makan siomay seperti ini tak akan membuatnya berhenti makan.
Meski begitu Rei tetap saja kekeyangan, karena perutnya kini terisi penuh Rei pun bergegas pergi ke kamar untuk tidur.
Zenira ikut menemani suaminya masuk kamar dan mereka berdua tidur dengan lelap.
*****
Keesokan harinya.
Rei masih saja kekenyangan.
"Kita ke cafe?" Tanya Zenira dengan mata sangat mengantuk.
Rei tak menjawab matanya masih sangat lengket dan otaknya tak bisa bekerja dengan baik walaupun hanya untuk menjawab pertanyaan istrinya yang mudah itu.
Zenira yang tau Rei masih mengantuk kemudian melanjutkan tidurnya hingga siang hari.
"Wah, kamu tak membangunkanku!" Teriak Rei saat sadar sekarang sudah hampir waktu makan siang.
"Ih, aku tadi sudah membangunkanmu!" Ujar Zenira membela diri.
"Kapan? aku tak mendengar!" Seru Rei lalu tertawa.
Zenira yang tau Rei sedang menggodanya kemudian memukul Rei dengan bantal.
"Jangan kesal begitu, aku hanya bercanda!" Seru Rei kemudian memeluk Zenira dengan lembut.
"Jantungku hampir copot saat kamu berkata begitu!" Ujar Zenira kesal.
Rei kembali berbaring dan membiarkan Zenira terlelap dalam pelukannya.
Rasanya semakin hari mereka semakin mesra saja, tentu dengan kedekatan ini Rei berharap Zenira bisa mengandung anaknya.
Tapi entahlah, nampaknya istrinya ini belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan.
"Zenira apakah kita harus ke dokter kandungan?" Tanya Rei yang mulai ingin merencanakan kehamilan di rahim istrinya ini.
Zenira tak menjawab, dia lebih suka berbaring di lengan Rei.
"Kamu ini, giliran di tanya serius malah diam!" Bisik Rei kesal.
Zenira tertawa lepas seperti yang tadi Rei lakukan kepadanya.
"Kamu kesalkan dijailin, makanya jangan jailin aku!" Bisik Zenira sambil melotot.
Rei kembali menarik Zenira ke pelukannya dan kembali menanyakan pertanyaan yang sama.
"Ya sudah ayo kita pergi ke dokter kandungan, aku juga tak tau apa salahku sampai aku belum hamil sampai sekarang!" Rengek Zenira kemudian memeluk suaminya lebih erat.
"Ya sudah kita jadwalkan saja besok untuk pergi memeriksa kandunganmu, ya!" Ajak Rei begitu bersemangat.
Zenira mengangguk setuju, sebenarnya dia sangat tegang karena khawatir ada yang salah dengannya namun tentu khawatir saja tak akan menyelesaikan masalah-masalahnya.
*****
Keesokan harinya.
Zenira dan Rei akhirnya menemui dokter untuk memeriksakan kandungan Zenira.
Zenira di periksa dokter wanita karena dia risih jika, daerah istimewanya itu di periksa oleh dokter pria.
Setelah pemeriksaan yang cukup panjang tibalah mereka pada waktu yang cukup mendebarkan untuk mengetahui hasil dari pemeriksaan Zenira dan Rei.
Happy Reading📒📘
TBC😘😘
Don't forget for like, vote, comment and subscribe 🌟🥰 thank you ❤️🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
TERJEBAK PERNIKAHAN KONTRAK
عاطفيةWarning mengandung adegan vulgar dan unsur Dewasa!!! Bukan bacaan untuk anak-anak!! Bijaklah dalam membaca! 21++ 18+ "Menikahlah denganku!" Betapa senangnya hati Zenira ketika pria asing yang baru dia kenal langsung melamarnya. Bay...