13. Nisa

792 81 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen guys!

Makasih :)

.

.

"Biii! Sini dulu, anterin Bunda ke pasar! Arbiiii!"

Arbi yang sedang duduk bersama Sya di ruang tamu menoleh. Pemuda itu menghentikan usapannya pada perut besar Sya.

"Sana dulu Mas, Bunda manggil tuh.." kata Sya sambil menatap Arbi.

Arbi menghela nafas. "Iya, mas samperin Bunda dulu kalo gitu.." kata pemuda itu sambil berdiri dan menuju ke teras depan untuk menghampiri Bunda.

Sya mengangguk. "Iya Mas.." sahutnya.

"Kak Syaa, ini buatan aku sama Bunda. Kak Sya cobain deh.." kata Nisa membawa toples berisi cookies di tangannya.

Sya menoleh dan tersenyum. "Nisa yang bikin?" tanyanya.

Nisa mengangguk dan duduk di samping Sya. "Heem, kemaren sebelum Kak Sya dateng aku sama Bunda bikin cookies. Aku loh yang ngebentuk cookiesnya.." kata gadis itu pamer.

Sya mengusap kepala Nisa dengan senyuman yang masih setia pada bibirnya. "Wah pinternya, mana coba kakak makan. Kalo enak pasti calon keponakan kamu suka deh.." kata gadis itu.

Nisa tersenyum dan mengangguk. "Aku bukain.." ucapnya dan membuka tutup toples yang dia pegang. Nisa langsung memberikan toples itu pada Sya.

"Makasih ya, kakak cobain dulu.." kata Sya menerima toples itu dan mengambil cookies yang ada di dalamnya.

Nisa menanti reaksi Sya. Gadis itu menatap Sya yang kini tengah mengunyah cookies. "Gimana Kak? Enak nggak?" tanyanya penasaran.

Sya melirik Nisa sebentar, sengaja menggoda gadis itu dengan mengeluarkan ekspresi bingung.

"Kaaak? Gimana? Enak nggak?" tanya Nisa yang sudah penasaran, gadis itu memegang tangan Sya dan menggoyangkannya pelan.

Sya terkekeh melihat reaksi Nisa. Gadis itu tersenyum dan kembali mengambil cookies. "Enak kok, kakak suka. Keponakan kamu juga suka, pegang deh perut kakak.." kata Sya sambil menunjuk perutnya.

Nisa langsung tersenyum senang dan mengangguk. Gadis itu meletakkan tangannya di atas perut Sya. "Uwaaah, gerak-gerak ya Kak?" ucapnya saat merasakan pergerakan pada perut Sya.

Sya mengusap perutnya dan mengangguk. "Iya, mereka seneng makan cookies buatan kamu. Enak soalnya.." jawabnya.

Nisa semakin sumringah, senyuman gadis itu semakin melebar. Dengan tidak sabaran Nisa mendekatkan telinganya hingga menempel pada perut besar Sya.

Sya terkekeh pelan. "Ajak ngobrol coba, mereka pasti seneng kalo diajak ngobrol sama kamu.."

Nisa mengangguk. "Haii adek bayi di perut, aku Nisa aku tante kalian tapi nanti kalian panggil aku Kakak aja ya, aku gak mau dipanggil tante.." kata gadis kecil itu dan disambut tawa oleh Sya.

"Kamu ada-ada aja Nis.." ucap Sya sambil menggeleng pelan.

Nisa ikut tertawa. Gadis itu fokus merasakan gerakan-gerakan kecil pada perut Sya.

"Sya, mas nganter Bunda dulu ya. Kamu sama Nisa.." kata Arbi yang baru saja mengambil kunci motornya.

Sya menatap Arbi dan mencium tangan pemuda itu. "Iya Mas, tiati ya.." pesannya.

Arbi mengangguk dan mengecup kening Sya sebentar. Pemuda itu menunduk dan menatap Nisa yang masih menempelkan telinga pada perut Sya.

"Nis, jagain Kak Sya ya. Kakak mau nganter Bunda ke pasar dulu. Ayah bentar lagi juga pasti pulang.." kata pemuda itu pada sang adik.

Mas Arbi | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang