24. Enak

661 42 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

"Gantengnya anak ayah, udah siap ya mau disuntik?" kata Arbi sambil menggendong Nathan yang sudah siap untuk pergi imunisasi.

Pemuda itu menunggu Sya dan Lula yang masih ada di dalam rumah.

"Maaf ya nunggu lama, yuk berangkat sekarang.." kata Sya yang baru saja keluar dari rumah sambil menggendong Lula.

Arbi tersenyum melihat Sya dan Lula, cantik sekali mereka berdua. "Enggak kok, yuk berangkat."

Sya mengunci pintu dan mengangguk. "Yuk.."

"Beneran gak mau naik mobil atau motor aja? Yakin mau jalan kaki?" tanya Arbi sebelum mereka berangkat.

Sya menggeleng. "Enggak Mas, kita jalan kaki aja. Lagian kan posyandunya gak jauh, anak-anak juga suka kalo kita jalan kaki.." jawab wanita itu.

Arbi menghela nafas dan akhirnya mengangguk. Pemuda itu mendekat dan menggandeng tangan Sya. "Yaudah kalo gitu, kita berangkat.." ucapnya.

"Iya."

Mereka berdua pun berjalan berdampingan menuju ke posyandu. Karena masih pagi Arbi dan Sya tidak membuka payung yang mereka bawa. Mungkin nanti saat pulang baru mereka akan menggunakan payungnya.

Dalam perjalanan ada saja beberapa tetangga yang menyapa, merasa gemas melihat si kembar yang sudah bertambah besar. Pipi keduanya yang bulat tentu saja membuat siapapun yang melihatnya merasa gemas.

"Mau kemana Bi? Sya?"

Sya dan Arbi menoleh, Niko berjalan ke arah mereka sambil membawa kamera. "Eh Nik.."

"Lo berdua mau kemana? Hai Nathan, Lula, udah lama ya  kita nggak ketemu. Masih inget nggak sama om?" tanya Niko menyapa Nathan dan Lula, tersenyum ke arah kedua bayi itu.

Nathan dan Lula mengedipkan matanya menatap Niko, asing pada pemuda itu.

"Kita mau imunisasi Nik. Kayaknya mereka agak lupa sama lo, kan udah dua bulanan gak ketemu.." jawab Arbi sambil mengusap pipi Nathan.

"Iya Bang, kayaknya mereka lupa sama Abang. Coba ajak salaman.." kata Sya mengulurkan tangan kecil Lula ke arah Niko.

Niko langsung menggenggam tangan kecil Lula dan kembali tersenyum ramah. "Halo cantik, ini om Niko. Udah lupa ya sama om?"

Lula mengedipkan matanya beberapa kali, namun beberapa saat kemudian bibir bayi kecil itu langsung menekuk ke bawah dan matanya mulai berkaca-kaca.

Lula menarik tangannya yang digenggam oleh Niko dan menyembunyikan wajahnya di dada Sya. Isakan pelan terdengar.

"Loh, kok nangis sih Sayang? Ini Om Niko, waktu itu dia ngasih kamu mainan loh. Kok sekarang malah nangis sih? Lula.." Sya menunduk menatap kepala Lula yang sudah ada di dadanya, bayi kecilnya itu menggeleng dan tetap menyembunyikan wajahnya di sana.

Mas Arbi | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang