31. Pasar

581 34 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

"Kok Mama belom nganterin anak-anak ke sini ya Mas?" tanya Sya yang  baru saja dari  dapur membawa dua cangkir teh mint di tangannya.

Arbi yang sedang membersihkan sofa menoleh, pemuda itu sejak tadi membersihkan sofa yang semalam menjadi tempat mereka bercinta menggunakan vacuum cleaner kecil. Dia tentu tidak mau ada bekas-bekas percintaan mereka di sana.

"Mungkin nanti, masih asik main kayaknya mereka. Ada Bang Evan pasti anak-anak seneng banget." sahutnya sambil menyelesaikan kegiatannya membersihkan sofa.

Sya menghela nafas dan mengangguk. Wanita itu duduk di sofa lain yang ada di sana sambil menaruh dua cangkir teh yang dia bawa. Matanya terus menatap Arbi yang kini menaruh vacuum cleaner kecil itu ke dalam lemari kecil di sudut ruangan.

"Kamu bikin teh mint?" tanya Arbi menghampiri Sya duduk di samping wanita itu. Matanya melirik ke arah dua cangkir teh yang ada di atas meja.

Anggukkan pelan Sya berikan. "Iya Mas, aku sengaja bikin teh mint biar pikiran lebih tenang. Minum dulu Mas." sahutnya dan memberikan secangkir teh mint buatannya pada Arbi.

Arbi langsung menerimanya dan meminum teh itu, rasa hangat langsung memenuhi tenggorokannya begitu ia menelan tehnya.

"Ahh, lega banget di tenggorokan." kata Arbi meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja.

Sya tersenyum. Wanita itu mendekat dan memeluk tubuh Arbi. Mencari kenyamanan di atas dada pemuda itu. "Mas wangi banget, aku suka baunya. Seger." kata Sya saat menghirup aroma yang menguar dari tubuh Arbi.

Citrus. Ya itulah aroma sabun yang selalu Arbi pakai, menurut Sya aroma itu sangat segar sekaligus memberi kenyamanan saat dia menghirupnya. Sya merasa sangat tenang saat memeluk Arbi dan menghirup aroma pemuda itu.

Arbi terkekeh dan memeluk erat pinggang Sya. "Mas juga suka bau sabun sama sampo kamu, kayak buah-buah gitu. Seger banget." kata pemuda itu jujur. Hidungnya menghirup puncak kepala Sya.

Sya tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada Arbi, rasanya sejak kehadiran si kembar mereka jarang bisa menghabiskan waktu berdua di pagi hari seperti ini. Jika kedua anak itu ada di rumah pasti sudah ramai sekali.

Meong~

Sya menoleh, di lantai ada Gopi yang sedang memainkan bola mainannya. Kucing berwarna putih dengan corak hitam itu berlarian mengejar bolanya.

"Sendirian ya gak ada yang nemenin kamu main? Anak-anak belum pulang, kamu main sendiri dulu aja." kata Sya.

Biasanya jika Nathan dan Lula di rumah, mereka selalu bermain dengan Gopi, berlarian mengejar kucing itu hingga membuat Sya dan Arbi pusing karena suara berisik yang kedua anak itu hasilkan.

Gopi mengeong dan berlari pergi dari ruang tamu, kucing dengan bulu tebal itu menuju ke halaman belakang.

"Kamu gak masak?" tanya Arbi, bibir pemuda itu sesekali masih memberikan ciuman-ciuman singkat pada kepala Sya.

Mas Arbi | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang