Vote dan komen jangan lupa guys!
Makasih :)
.
.
"Mas mau ke percetakan Sya, jangan di gelendotin gini dong.." kata Arbi sambil menatap Sya yang kini sedang memeluk erat tubuhnya.
Sya menggeleng. "Gak boleh, nanti kalo Mas ke percetakan pasti si janda pirang dateng lagi. Aku gak mau dia godain Mas." kata gadis itu.
Arbi menghela nafas, Sya masih saja sangat sensitif jika berhubungan dengan Ela si janda pirang. "Nanti mas sembunyi deh kalo dia dateng. Mas gak akan nemuin dia deh, ya? Tapi izinin mas ke percetakan, lagi rame sayang. Banyak hajatan sekarang, pesenan undangan lagi banyak. Kasian anak-anak di percetakan kerepotan. Mas sebagai pemilik tempat harus bantuin mereka bukannya malah diem di rumah gini, izinin mas ke sana ya?" kata pemuda itu terus berusaha membujuk Sya agar mengizinkannya untuk pergi ke percetakan.
Arbi mengusap-usap punggung Sya dan mengecup puncak kepala istrinya itu beberapa kali. Dia takut salah bicara dan membuat Sya menangis lagi seperti waktu itu.
"Sayang? Boleh ya? Izinin mas ke percetakan.." kata Arbi melirik ke bawah, kepada Sya.
Sya mengerucutkan bibirnya, tangannya meremas kuat baju yang Arbi pakai. "Aku ikut." ucapnya.
Arbi mengerutkan keningnya. "Apa?"
Sya berdecak, gadis itu melepas pelukannya dan menatap Arbi. "Aku ikut ke percetakan, aku mau ngawasin Mas. Aku gak mau si janda pirang nyari kesempatan deketin Mas pokoknya." jawab gadis itu sambil menyilangkan tangan di depan dada.
Arbi menatap Sya, pemuda itu meremas pelan paha gadis itu. "Kamu di rumah aja ya? Nanti kecapekan lagi loh kalo ikut ke percetakan, nanti sakit lagi kaki kamu. Mas gak mau kamu tidur gak nyenyak lagi gara-gara kaki kamu sakit kayak waktu itu.." kata pemuda itu khawatir.
Memang beberapa hari lalu Sya juga ikut ke percetakan dan membantu melayani orang-orang yang datang, gadis itu terus bergerak ke sana ke mari, dan pada malam harinya Sya jadi tidak nyenyak tidur karena kakinya yang terasa sakit. Arbi tidak ingin itu terjadi lagi, dia tidak mau Sya sampai kelelahan dan merasakan sakit seperti waktu itu lagi.
Sya menggeleng. "Enggak kok Mas, nanti aku gak banyak gerak deh. Aku duduk aja liatin Mas. Tapi boleh ya ikut ke percetakan.." kata gadis itu terus membujuk Arbi agar memperbolehkannya ikut ke percetakan.
Arbi menghela nafas. Tangan pemuda itu menuju ke perut Sya dan mengusapnya pelan. "Kasian anak-anak kalo Bundanya sakit.."
Sya menggeleng. "Enggak Mas, aku gak bakalan sakit kok. Beneran deh nanti aku cuma duduk aja liatin Mas. Aku cuma mau ngawasin si janda pirang supaya gak gangguin Mas. Beneran Mas, ya please. Aku mau ikut ke percetakan Mas.." kata gadis itu sambil menatap Arbi memohon.
Sya benar-benar tidak mau si janda pirang itu terus mencari kesempatan mendekati Arbi. Dia sebagai istri yang baik dan waspada harus selalu mengawasi Arbi agar tidak diganggu oleh pelakor seperti Ela itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Arbi | END
RomantizmMas Yang Itu Season 2! Kisah kehidupan Arbi dan Sya setelah mereka dinyatakan akan menjadi orangtua. Kisah mereka sebagai calon orangtua muda yang tentu saja semakin menarik dan seru untuk di ikuti. "Mas, aku pengen liat rambut Mas jadi warna blond...