19. Rumah Sakit

952 61 3
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

"Masya Allah gemesnya.." kata Bunda menatap kedua cucunya yang ada di dalam inkubator.

"Iya Buk, Masya Allah cantik sama ganteng banget." sahut Mama Sinta yang ada di samping Bunda.

Para nenek baru itu sedari tadi terus saja menatap cucu kembar mereka yang masih ada di dalam inkubator. Mereka berdua benar-benar bahagia dan terharu sekali.

"Bunda mereka keponakan aku kan Bun? Iya kan Bun?" tanya Nisa menarik-narik lengan baju Bunda.

Bunda menoleh dan mengangguk, wanita itu mengusap pelan kepala Nisa. Gadis kecilnya itu terlihat begitu antusias sejak pertama kali mereka masuk ke dalam ruang rawat Sya dan melihat kedua sosok bayi mungil yang ada di dalam inkubator.

"Iya Sayang, mereka keponakan kamu. Cantik sama ganteng banget ya?" kata Bunda.

Nisa kembali menatap ke dalam inkubator, gadis itu beberapa kali melihat tangan kedua keponakannya  itu bergerak pelan, mereka terlihat begitu kecil.

"Mereka kecil banget ya Bun.." kata Nisa dengan mata yang masih menatap kedua bayi itu.

Bunda terkekeh pelan. "Ya kan baru lahir Sayang, nanti mereka juga bakal tambah gede. Kamu dulu pas lahir juga kecil tapi sekarang udah segede ini." ucapnya sambil mengusap kepala putrinya itu.

"Masya Allah, bener-bener cantik ganteng mereka." kata Ayah ikut melihat ke dalam inkubator.

"Iya Pak, alhamdulillah ya semua lancar sampe mereka lahir.." sahut Papa Hadi.

Evan dan Dika yang sedari tadi juga berdiri di sana hanya diam memandang dua sosok kecil yang ada di dalam  inkubator. Mereka masih terpesona pada kedua bayi  mungil itu.

"Rame banget ya di sini.." kata Dokter Alma yang baru saja masuk ke dalam  ruangan rawat Sya. Wanita itu terkekeh meelihat anggota keluarga Sya dan Arbi yang ada di dalam ruangan itu.

Sya menoleh pada Dokter Alma. "Ini belum semua Dok, masih ada banyak lagi sebenernya." kata wanita itu.

Dokter Alma tertawa pelan, wanita itu memberi instruksi pada perawat yang ada di belakangnya untuk memeriksa keadaan kedua bayi kembar Sya yang ada di dalam inkubator.

Dokter Alma sendiri mendekati Sya dan mulai mengecek keadaan wanita itu. Arbi yang sedari tadi duduk mendampingi Sya dan mengusap kening wanita itu lembut.

"Gimana Dok? Aman semua kan?" tanya Arbi sambil menatap  Dokter Alma.

Dokter Alma melepas stetoskopnya dan tersenyum. "Aman semua kok Mas, Mbak  Sya kan hebat." jawabnya menoleh pada Arbi.

Arbi yang mendengarnya ikut tersenyum dan menghela nafas lega. Pemuda itu menggenggam erat tangan Sya dan mengusap-usapnya pelan.

"Dok saya laper, boleh makan sop  nggak?" tanya Sya  menatap  Dokter Alma.

Mas Arbi | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang