7. Rambut Blonde

968 91 25
                                    

Vote dan komen jangan lupa ya guys!

Makasih :)

.

.

"Bwahahahahaha anjir Arbi? Ini beneran Arbi? Hah serius? Biiii anjiiiir!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bwahahahahaha anjir Arbi? Ini beneran Arbi? Hah serius? Biiii anjiiiir!"

"Anjiiir bule nyasar dari mana nih? Hahahaha.."

"Gila loh Bi, ngejreng amat rambut lo. Ngalahin jamet yang biasa di pasar!"

"Astaga Bi, silau amat rambut lo begitu."

"Udah kayak ubanan aja lo Bi!"

"Inimah satu desa gak ada yang nyamain, fix lo jadi orang pertama yang rambutnya begitu Bi di sini."

"Dapet wangsit dari mana lo Bi sampe warnain rambut warna gonjreng begini. Asli deh ini mah auto keliatan kalo pas di pasar Bi, jadi pusat perhatian lo."

"Asli deh, inimah udah kek bukan Arbi anjir. Gue jamin sih ntar kalo lo ke musholla pasti pada kaget Bi. Arbi anjir, seorang Arbi bisa-bisanya rambut blonde gini."

"Udah ngalahin bule inimah."

Arbi yang dari tadi mendengar ejekan dari teman-temannya hanya bisa berdecak. Pemuda itu menunduk dengan wajah ditekuk.

Helaan nafas panjang terdengar dari mulutnya. Semua ini karena permintaan Sya, istrinya itu benar-benar membuatnya tidak bisa berkutik untuk menolak. Ngidamnya Sya sungguh meresahkan dan Arbi tak kuasa untuk menolak.

Ya meskipun awalnya dia berusaha menolak tapi dengan lelehan air mata yang membanjiri pipi istrinya itu akhirnya dia luluh juga. Ya mana bisa dia melihat Sya bersedih dan menangis seperti itu. Dia tidak tega dan tidak kuat melihatnya.

Flashback On

"Maaas?" panggil Sya sambil memainkan tangannya di atas tato Arbi. Menyusuri tulisan itu dengan begitu lembut.

Arbi menyamankan posisinya dan mengusap pelan punggung telanjang Sya. Mereka masih ada di atas kasur setelah selesai dengan kegiatan panas yang cukup menguras tenaga tadi. Baik Arbi maupun Sya masih enggan untuk beranjak dari sana.

"Apa sayang?" sahut Arbi disertai kecupan-kecupan singkat di atas puncak kepala Sya.

Tangan Sya masih berada di atas dada Arbi dan mengusap-usap dada bidang suaminya itu pelan. Pipinya juga ia gesekkan disana. "Mas tadi kan udah janji mau nurutin apapun yang aku mau.." kata gadis itu.

Arbi mengangguk sambil bergumam pelan. Tangannya dengan lembut bergerak mengusap rambut Sya. "Iya.."

Sya menipiskan bibirnya. Dia ragu mengatakan keinginannya pada Arbi.

"Kenapa sayang? Bilang aja, kamu mau apa emang? Kalo bisa mas turutin atau mas kasih pasti mas lakuin. Kamu mau apa?" tanya Arbi sambil menunduk menatap Sya.

Mas Arbi | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang