32. Quality Time

500 39 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

"Mas, subuhan dulu. Mas, bangun." kata Sya sambil menepuk-nepuk pelan lengan Arbi yang tengah melingkari pinggangnya.

Arbi bergumam pelan, pemuda itu malah menggesekkan hidungnya pada tengkuk sang istri dan mengeratkan pelukannya. "Hmm.."

Sya menghela nafas, wanita itu melirik Arbi melalui sudut matanya. Sepertinya Arbi memang masih lelah, kemarin memang suaminya ini menyetir sendiri dari rumah sampai ke rumah Ayah dan Bunda. Dan mereka juga terjebak macet karena ada kecelakaan di jalan. Mereka baru sampai di rumah Bunda saat jam 10 malam.

"Mas, sholat dulu yuk. Nanti Mas lanjut tidur lagi kalo masih ngantuk." kata Sya lembut, tangannya memberikan usapan-usapan pelan pada lengan Arbi.

Arbi dengan berat hati membuka matanya, tubuhnya terasa sangat lelah. Lehernya juga sangat pegal.

"Yuk sholat dulu.." kata Sya mengubah posisinya menjadi duduk dan menoleh pada Arbi.

"Iya.." sahut Arbi sambil mengucek matanya beberapa kali. Pemuda itu turun dari ranjang sambil menguap, dia masih sangat mengantuk.

"Masih ngantuk banget ya Mas?" tanya Sya sambil berjalan menyusul Arbi yang menuju kamar mandi.

"Heem, masih ngantuk." jawab Arbi.

"Kita sholat dulu, nanti Mas bisa lanjut tidur lagi." kata wanita itu sambil mengusap lengan Arbi pelan.

Arbi mengangguk, pemuda itu menyalakan kran dan berwudhu, Sya pun juga melakukan hal yang sama. Selesai wudhu mereka menuju ke sudut ruangan. Arbi menggelar sajadah miliknya dan juga milik Sya. Setelah memakai sarung pemuda itu langsung mengimami Sya yang sudah siap memakai mukenanya.

Selesai sholat Arbi langsung merebahkan kepalanya ke atas pangkuan Sya. Menarik tangan wanitanya itu untuk mengusap-usap kepalanya. Matanya terpejam menikmati setiap usapan Sya di kepalanya.

"Mas capek banget ya?" tanya Sya sambil memijat pelan kepala Arbi yang ada di atas pangkuannya.

Arbi mengangguk. "Iya, kalo gak macet gak akan berasa. Tapi gara-gara kemarin macet jadi berasa pegel banget, berasa perjalanannya lama banget." jawab pemuda itu.

Sya mengerucutkan bibirnya. "Makanya Mas tuh izinin aku belajar nyetir, biar kita bisa gantian nyetirnya. Kalo kayak gini kan kasian Mas, kecapekan." kata wanita itu menarik pelan pipi Arbi.

Arbi berdecak dan membuka matanya, pemuda itu menatap Sya. "Enggak, gak usah. Mas masih bisa nyetir sendiri, lagian Mas gak mau kamu kecapekan juga.."

Sya mendengus. Arbi memang selalu saja begini, tidak memberinya izin untuk belajar menyetir dengan alasan supaya dia tidak kecapekan. Padahal kan Sya juga ingin meringankan beban Arbi, kalau saja mereka menyetir bergantian pasti tidak akan secapek ini.

Mas Arbi | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang