Pertandingan basket dimulai. ELITE (Eleven IPA Two Expresion), yaitu Asta sebagai tim pertama akan bertanding dengan kelas Dewa dan Defga yang disebut ELSOFOUR (Eleven Social Four). Meskipun Asta tadi gusar karena surat sialan itu, tapi saat sudah berada di arena basket dia bisa bersikap tenang karena olahraga ini adalah salah satu olahraga favoritnya. Asta menjadi bagian starting five dalam kelompoknya. Sedangkan tim lawan yang menjadi starting five adalah Punggawa.
Antusiasme battle class kali ini berlipat ganda. Kenapa? Ini pertama kalinya Defga ikut karena dia tidak pernah berminat menjadi pusat perhatian seperti sekarang. Apalagi semenjak dia di society. Semakin menjadi objek mata karena dia tidak berpenampilan cupu –tidak memakai kacamata yang rusak dibanting Elang–, kemudian sikap misterius dan dinginnya yang masih mandarah daging, juga kecerdasan yang tetap terpancar dari gerak-geriknya. Defga menjadi cowok paling berkarismatik se-Eliam. Dewa yang tahun lalu ikut battle class karena diwajibkan sekolah. Dia yang tahun lalu berpikir ikut saja dengan lunglai biar dapat duit karena tim yang ikut battle class baik menang atau kalah tetap dapat uang binaan dari sekolah. Lumayan bisa buat jajan sekelas. Untuk sekarang berbanding terbalik. Dia tampil membara. Seperti ada niatan balas dendam kepada para scientist.
Komentator bercuap-cuap memperkenalkan 5 pemain masing-masing tim. Starting five tiap tim masuk ke arena basket. Referee berdiri ditengah. Bersiap melambungkan bola ke udara. Asta dan Dewa yang menjadi kapten saling berhadapan untuk memperebutkan bola pertama. Dewa sedikit berbisik ke Asta. Entah apa yang dia bisikkan, seketika mata Asta memerah dan tangannya sedikit maju seperti akan memukul Dewa. Dewa tertawa kecil. Referee melerai dan memberi aba-aba. Peluit ditiupkan. Pertandingan dimulai. Asta menjadi pemegang bola pertama.
ELITE sangat sigap dalam menggiring bola dan mengoper ke masing-masing pemain. Defense yang dilakukan mereka sangat rapat sehingga mempersulit ESOFOUR untuk merebut bola. Tembakan demi tembakan berhasil mereka tuntaskan dengan apik. Pertandingan di quarter pertama ini dimenangkan ELITE dengan skor 22 – 12. Masing-masing tim kembali ke base untuk istirahat.
“Katanya bakal menang. Selisih kok jauh,” ucap Asta yang sedikit anggak. Dewa yang berjalan tak jauh dari Asta hanya tersenyum sinis.
“Baru cek ombak aja kami. Lihat di quarter selanjutnya. Jangan kaget tapi!” Dewa tertawa puas saat melihat Asta yang kembali tersulut emosinya. Dia takut apa yang tertulis dalam surat itu nyata.
Quarter kedua pergantian formasi. Putra digantikan oleh Defga. Hiruk pikuk audiens bersuara memenuhi arena karena sang hot issues menjadi pengoper bola. Bola diterima Dewa lalu dioper ke Angga. Angga hendak mengoper kembali ke Dewa tetapi pertahanan ELITE sangat rapat. Angga yang melihat Defga senggang, berhasil overhead pass dengan mulus walaupun posisi Defga sangat jauh. Defga mencoba shooting ke ring padahal jaraknya hampir mendekati half court garis tengah lapangan. Asta mencoba menahan tembakan Defga, tetapi bola sudah terlanjur melesat keudara.
Prittt!!!!
Referee meniupkan peluitnya. Defga terpental ke luar lapangan. Referee melihat tangan Asta mendorong badan Defga. Dan….
“Three point and one!”
“Yeay!!!!” deru suara komentator dan penonton menggelegar. Semua terkejut karena Defga berhasil melakukan long shoot dengan mulus dan berbuah free throw 3 kali karena ulah Asta yang mendorong Defga.
Defga yang terpental tadi merebahkan badannya karena dia lega tembakannya masuk dengan sempurna. Teknik yang sangat susah dilakukan apalagi dalam kondisi gusar. ELSOFOUR berlari mendekati Defga dan menindih badannya. Sedangkan Asta yang merasa tidak mendorong, melakukan protes kepada wasit. ELITE meminta ulang Referee melihat replay dari monitor. Akhirnya Referee memenuhi kemauan mereka.
Wuuu!!!! Penonton menyoraki Asta yang tidak fair karena dimata penonton, Asta memang mendorong Defga. Komentator meminta penonton mengamati reka ulang permainan dari layar. By the way, pertandingan ini disediakan layar besar di atas lapangan guna membantu penonton di tribun atas agar tetap bisa melihat jalannya pertandingan.
Referee mulai masuk lapangan. Prit! Wasit menghadap ke pencatat skor dan memberi kode gerakan tangan angka 7 yang berarti pemain bernomor 7, kemudian gerakan tangan kedepan yang berarti ada dorongan, lalu tangannya mengarah ke ring, dan tangan wasit mengacungkan angka tiga. Artinya, Asta bernomor punggung 7 benar melakukan dorongan sehingga menggiring tim lawan untuk menuju arena ring dan melakukan free throw 3 kali karena Asta mencegah lawan melakukan tembakan tiga angka.
“Yeay!!!” suara oenonton bergema lagi menyambut Def.
Defga berdiri dibelakang garis tembakan bebas. Dia mulai men-dribble. Saat akan melakukan tembakan, Defga sempat melihat ke arah kamera yang ada di sisi kanan ring. Dia tersenyum tipis. Cewek-cewek di sana teriak histeris. Defga yang cupu kelihatan ganteng sekali hari ini. Keren. Teriakan mereka semakin keras karena Defga berhasil melesatkan tiga tembakan dengan mulus. Tetttt!!! Tim ELITE meminta time out agar mereka bisa mengatur strategi yang lain.
Dewa dan lain-lain merangkul Defga dengan bangga. Mereka berhasil memperoleh enam poin sehingga skor mereka berubah menjadi 18 – 22. Kurang empat poin saja mereka bisa menyusul tim lawan. Bukan hanya ELITE yang mengubah strategi, ELSOFOUR pun begitu. Strategi kali ini out of the box. Usut punya usut, sebelum Dewa dan kawan-kawan mengikuti pertandingan ini, mereka melihat video tahun lalu di mana Asta dan Elang memperebutkan posisi pertama. Mereka pelajari trik masing-masing tim.
Time out habis. Mereka kembali ke arena basket. Pertengahan quarter dua dimulai. Tim ELITE mencoba menahan pergerakan ELSOFOUR, tetapi gagal. Mereka berhasil saling oper dengan gaya jump pass, fast break, maupun behind the back pass ke pemain lain. Mereka berhasil menghasilkan poin dari short shoot, medium shoot, dan jump shoot. Pertahanan ELITE semakin runtuh saat Defga selalu berhasil steal bola dan mengecoh lawan dengan cara pura-pura menembak padahal Defga mengopernya ke pemain lain. Alhasil pemain yang menerima operan bisa menembak dengan bebas tanpa penjagaan. Defga berhasil melakukan assist sempurna. Tak hanya itu, hujan three point, lay-up, dan alley-oop Defga berikan untuk timnya. Skor ELSOFOUR mengungguli ELITE.
Teriakan penonton kian heboh karena ELSOFOUR berhasil memberikan atraksi dan hiburan ciamik. Di mana mereka menyuguhkan aksi blok kepada lawan tiada henti, rebound, good defense yang membuat lawan selalu melakukan bad pass sehingga bola keluar lapangan, serta slam dunk. ELITE yang gusar ditambah emosi membuat mereka selalu melakukan foul sehingga membuat ELSOFOUR mendapatkan tembakan bebas. Hal ini terjadi sampai quarter empat berakhir dengan skor ELSOFOUR 76 – 35 ELITE. Pertama dalam sejarah Battle Class dimenangkan non-scientist. ELITE dinyatakan kalah karena pertandingan ini memakai sistem gugur.
Gemuruh tepuk tangan dan teriakan penonton menggiring pemain yang sudah bermain apik pada hari ini. Para pemian mulai meninggalkan arena. Dewa melambaikan tangan ke Asta yang tidak hentinya marah-marah kepada timnya. Asta mengacungkan tangannya ke Dewa dan berkata, “Jangan bangga kalian! Elang bakal ngalahin kalian! Lihat saja pertandingan besok lusa!”
Dewa memasang ekspresi sok terkejut. Lalu dia tertawa. Dewa menggelengkan kepala dan memanyunkan mulutnya. Dia menggoda Asta biar Asta semakin marah. Benar saja. Asta hendak maju mengejar Dewa, tetapi dihalau oleh timnya. Asta melihat ke arah Defga yang juga memperhatikannya dengan tajam. Asta membalas tatapan tajam Defga. Asta dendam. Karena Def, timnya kalah. Sial! Benar kata Pak Aji. Defga memang tak terkendali. Bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"L" Letter
Teen FictionSurat yang ditulis oleh inisial "L" menggemparkan Eliams -penghuni Eliam High School-. Surat yang berisi teror, tuduhan, dan adu domba menyerang antarsiswa super power. Surat singkat yang berhasil mencobak-cabik seluruh sekolah. Terutama, saat Defg...