Praduga

18 2 0
                                    

Kecelakaan yang terjadi pada Adit menjadi hot topic sekolah ini. Praduga perkara pun merekah. Banyak spekulasi yang dibuat sendiri oleh Eliams. Praduga Eliams banyak yang tertuju pada The Power. The Power khususnya Elang masih belum bisa menerima kekalahan Pikwa OSIS. Banyak dari Eliams yang mengira bahwa mereka sengaja menyelakai Adit dengan modus balas dendam.

Semua mata tertuju pada Elang dkk saat mereka berjalan. Elang yang tahu bahwa dia dijadikan kambing hitam tentu marah. Dia tidak bersalah –pikirnya– tapi tidak dengan pikiran Eliams. Dengan kekuasaan yang dimiliki Elang, dia pasti bisa melakukan apa yang dia mau. Apalagi hanya memusnahkan Adit yang sepele baginya.

“Woy kalian! Gua tahu apa yang dipikiran kalian. Bukan gua yang nabrak Adit!” gerutu Elang.

“Kalau kalian kayak gini ke gua, gua buat kalian semua enyah dari sekolah ini!”

“Wuuuuu!!!! Mentang-mentang berkuasa terus belagu,” kata salah-satu siswa.

“Untung gua nggak milih lo. Bisa jadi budak beneran kita!” imbuh siswa yang lain.

Wajah Elang memerah. Dia mau meluapkan amarahnya. Brandon dan Reno yang tahu langsung menarik kedua lengannya dan mengajaknya pergi. Sedangkan Isa dan Kenan tetap di kantin untuk membeli makanan.

Di sisi lain kantin, Pink Lowkey duduk. Mereka menikmati spaghetti dan orange juice. Shalom juga kena imbasnya. Padahal dia tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Dia diperlakukan seperti itu karena berstatus pacarnya Elang. Eliams menduga pasti Shalom tahu rencana ini.

“Sudah, Shal. Abaikan mereka. Lo memang nggak salah, kok. Mereka aja yang sok tahu,” hibur Rachel.

“Iya itu menurut lo semua. Nggak dengan mereka. Walaupun mereka nggak ngomong apa-apa, mata mereka itu yang bersuara. Jelas banget tatapan selidik mereka ke gua.”

“Sabar ya, Shal. Yang penting kami percaya sama lo,” imbuh Salsa.

“Daripada bersedih hati, bahas yang happy aja yuk!” ajak Raisa, “Bahas apa ya tapi. Ehmmm…”

“Oh, iya, Bee!” samber Syarla dengan adegan menggebrak meja. Otomatis membuat seisi kantin nguntap. Syarla nyengir melihat orang-orang di sekelilingnya yang marah. Dia mengatupkan tangannya sebagai tanda pemintaan maaf.
 
Syarla memposisikan lagi ke hadapan teman-temannya, “Kan lo mau ulang tahun. Gimana nih konsepnya?” tanya Syarla.

“Nggak ada pesta. Gua malas.”

“Yahhh…. Kan ini sweet 17, lo. Masak nggak ada party. Momen spesial nih,” kata Salsa.

“Ayolah adain,” rayu Rachel.

“Kalau ada pun, cuma kita-kita aja. Nggak ada yang lain.”

“Cuma Pink Lowkey? Nggak ada cowok-cowok juga?” tanya Raisa.

“Yup!” jawab Bella singkat. Dia malas membahas ini.

“Sudah, girls. Kita hargai keputusan Bella. Dia yang punya acara. Kita ikut aja,” jawab Shalom bijak.

Shalom bukan membela sahabatnya, Bella. Tetapi dia juga sedang malas mau ngapa-ngapain apalagi setelah ada polemik bertubi-tubi yang menimpanya. Dia lebih memilih untuk menyendiri. Ulang tahun kali ini akan menjadi ulang tahun kelam. Tidak ada pesta, tidak ada hingar-bingar, tidak ada yang spesial. Tidak ada lagi orang spesial –pikir Bella–.

"L" LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang