Pelantikan

17 1 0
                                    

Hari pelantikan ketua dan wakil ketua OSIS segera dimulai. Semua siswa berkumpul di gedung pertunjukan. Dewa dan Adit berdiri di tengah panggung. Pak Aji dan dewan guru berbaris di pinggir panggung. Lisa dan beberapa panitia berbaris di seberang barisan dewan guru.

MC membuka acara.

“Selamat pagi Eliams! Senang sekali saya di sini dan dipercaya lagi menjadi MC dalam acara Pelantikan Ketua dan Wakil Ketua OSIS Eliam High School.”

MC menepuk tangannya. Audiens bersorak dan bertepuk tangan juga.

“Baik, saya akan membacakan susunan acara pada pagi hari ini. Pertama, pembukaan. Kedua, sambutan-sambutan, yaitu dari ketua panitia, sambutan ketua OSIS periode lama, dan sambutan kepala sekolah. Ketiga, serah terima jabatan kepada pemimpin OSIS yang baru. Keempat, sekapur sirih dari ketua dan wakil ketua OSIS yang baru, dan terakhir penutup.”

“Acara pertama yaitu pembukaan oleh saya selaku pembawa acara. Tidak perlu buang-buang waktu. Langsung saja saya lanjutkan acara yang kedua, yaitu sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama adalah sambutan dari ketua panitia serangkaian acara Pikwa OSIS. Kepada saudari Lalisa Aurora Santiawan, dipersilakan.”

“Terima kasih atas waktunya. Yang terhormat kepala Eliam High School. Yang saya hormati dewan guru beserta jajarannya. Yang saya hormati pula Eliams. Saya, selaku ketua panitia serangkaian acara Pikwa OSIS mengucapkan terima kasih atas waktu dan tenaga dari panitia. Tanpa kalian, acara ini tidak akan bisa berjalan dengan baik. Meskipun, kami sempat menyerah karena cobaan dan huru-hara yang terjadi. Tetapi, kami bersyukur masih bisa menjalaninya. Hal ini juga berkat bantuan OSIS lama dan dewan guru. Selain itu, saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada partisipasi Eliams yang juga sangat antusias terhadap Pikwa OSIS ini. Semoga apa yang menjadi pilihan kalian, ada pilihan terbaik untuk kemajuan Eliam High School. Last but not least, selamat untuk kandidat yang terpilih, Kak Dewa dan Kak Adit. Pemecah sejarah OSIS sepanjang masa di mana baru pertama kali society yang menjadi pemimpin OSIS. Selamat mengemban tugas. Wujudkan apa yang kalian orasikan kepada kami. Tepati janji. Karena janji seorang laki-laki adalah janji. Saya mewakili teman-teman meminta maaf apabila dalam menjalankan Pikwa OSIS hingga saat ini banyak kekurangan. Terima kasih banyak kesempatannya. Salam,” Lisa membungkukkan badannya lalu kembali ke barisannya.

“Sambutan kedua oleh ketua OSIS periode lama, yaitu Bagas. Waktu dan tempat dipersilakan,” MC memberi kesempatan sambutan kepada Bagas yang didampingi Cintya.

“Assalamualaikum. Salam sejahtera, Syalom, Oom Swastiasu, Namo Buddhaya, Wei Dong Tian, dan Salam Kebajikan untuk kita semua. Yang terhormat Pak Aji kepala sekolah Eliam High School. Yang saya hormati para dewan guru. Serta yang saya sayangi Eliams. Saya, bersama wakil ketua OSIS periode lama, Cintya berdiri di sini untuk menyampaikan sepatah dua patah kata khususnya untuk Dewa dan Adit. Bro, selamat datang dan menjadi bagian di OSIS Eliam High School. Kita semua tidak menyangka bahwa untuk pertama kali OSIS dipegang oleh anak seberang kami menyebutnya. Karena berbeda dengan kami. Selamat bekerja keras untuk kalian. Pesan saya dan Cintya, buatlah kami semua menjadi orang yang sama tanpa perbedaan. Juga buatlah jerih payah kami selama ini tidak sia-sia,” ucap Bagas Panjang lebar.

“Saya, Cintya, dan OSIS yang sudah berada di kelas XII mohon pamit. Terima kasih atas kerja samanya. Kami memohon maaf apabila dalam mengemban tugas selama ini ada banyak salah. Sekali lagi terima kasih.”

Cintya menyikut lengan Bagas. Bagas tersadar. Hampir saja dia lupa. Bagas mengambil barang yang ada disaku celananya,” Oh, iya maaf. Ada sedikit yang harus sampaikan. Saya menerima surat ini,” Bagas menunjukkan sebuah kertas yang dilipat rapi.

“Kalian tahu pasti ini apa dan ulah siapa. Saya menerima surat ini yang lagi dan lagi berada di ruang Pak Landung, satpam kita. Saya sudah membacanya. Dan saya rasa isi surat ini perlu saya bacakan kepada kalian.”

Bagas menghadap ke barisan dewan guru, “Pak Aji dan dewan guru, mohon izin saya membacakan surat ini.”
Pak Aji dan dewan guru menyetujuinya.

Kepada Yth. Kepala Sekolah beserta jajarannya
Dan yang gua sayangi, –kayaknya– yaitu Eliams.
Surat ini gua tulis dengan sepenuh hati bahwa gua turut bahagia. Akhirnya, OSIS bisa dipegang kaum urakan.

“Apa, tuh maksudnya?” Dewa emosi mendengar isi surat itu. Adit memegang pundak Dewa agar tenang. Bagas mengulurkan tangannya. Dia meminta Dewa tidak tersulut emosi.

Keren, kok! Selamat untuk Dewa dan Adit. Semoga apa yang kalian janjikan bisa terelasisasi. Kalau nggak? Gua jamin kalian dibakar hidup-hidup. Hehehe. Becanda!
Untuk Elang dan Asta jangan bersedih hati. Kalian bisa coba lagi. Masih ada tahun depan. Eh! Nggak bisa! Kan tahun depan kalian kelas XII. Ya sudahlah. Konsen belajar saja, ya. Fokus ujian. Sabar, ya. Belum rezeki. Gua kasihan sih sebenarnya. Hahaha!
Kepala sekolah dan dewan guru. Mohon izin menyampaikan pesan. Terpilihnya pemimpin yang baru, kalian harus siap menerima perubahan 180°. Seperti motto yang disuarakan, sekolah ini tidak akan jadi penjara. Tetapi akan berubah menjadi kebun binatang yang liar. Hati-hati dan buktikan saja perkataan gua!
Sudah, ya. Itu doang mau gua sampaikan.
Terima kasih sudah mencari gua selama ini walaupun, ehmmm… nggak ketemu. Hahaha!
Nggak usah repot-repot. Fokus saja pada apa yang ada di depan kalian. Thanks.
See you when I see you!

“L”

Riuh. Semua audiens mulai bergeming. Mereka takut apa yang dikatakan surat itu benar akan terjadi. Bagas dan Cintya tidak mengucapkan apa-apa lagi. Mereka mematung. Pak Aji mengambil alih. Beliau meminta Bagas dan Cintya mundur.

“Tenang! Semuanya tenang!” suara yang tadinya seru berubah menjadi hening.

“Dengarkan saya. Tenanglah anak-anak. Kita hanya diadu domba sama orang yang tidak jelas ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Saya berpesan, kita jalani saja. Kita percayakan kepada Dewa dan Adit. Yang kalian percaya juga karena mereka adalah pilihan kalian. Tidak perlu panjang lebar, kepada Dewa dan Adit silakan maju ke depan. Bagas dan Cintya juga. Kita lakukan serah terima jabatan dari pemimpin OSIS lama ke pemimpin OSIS yang baru.”

Lisa membawakan berkas untuk ditandatangani kedua belah pihak. Dewa, Adit, Bagas, Cintya, dan Pak Aji foto bersama. Tanda sahnya pengambilalihan kepemimpinan OSIS yang baru. Tidak ada tampang sumringah dari mereka. "L" Letter dengan apik mengguncang emosi semuanya.

“Ehmmmm, Dewa dan Adit. Silakan untuk menyampaikan sekapur sirih,” dengan pelan MC meminta Dewa dan Adit berpidato. Dia tidak berani. Karena wajah kedua anak itu sangat tegang.

“Kepada kepala sekolah, dewan guru, dan Eliams. Kami akan buktikan apa yang dikatakan surat sialan itu tidak benar. Tunggu saja. Terima kasih.” Dewa dan Adit mundur. Tangan Dewa tergenggam erat. Dia murka. Ada yang meremehkannya.

“Baik, saya rasa cukup acara hari ini. Saya sebagai pembawa acara minta maaf apabila banyak salah kata. Saya akhiri. Salam.”

Semua bubar dengan sendirinya. Bubar dengan langkah gusar. Bubar dengan mulut yang bergeming membicarakan "L" Letter. Bubar dengan hati yang kacau.

"L" LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang