Chapter 1

1.1K 36 2
                                    

"Woi, gimana, Nih? Sudah di upload belum cerita itu?" tanya Irsyad.

"Sudah beres lah, Tapi yang nonton cuma sedikit," kata Satria sambil memeriksa laptopnya.

"Wah, ini sih, menurun banget, Biasanya kan yang nonton berapa ribu? Apa yang kurang ya, dari konten kita?" Irsyad mengerutkan dahinya.

"Mungkin kurang menegangkan, karena Orang-orang itu lebih percaya dan yakin kalau cerita itu nyata dan secara langsung." Satria memberikan sebuah ide.

"Bisa, jadi begitu sih, coba deh kita tanya Gibran, siapa tahu dia punya ide yang lebih menarik untuk konten kita selanjutnya," sahut Irsyad.

***
Mereka menuju kelas dengan tingkah mereka yang sedikit tengil dan suka menggoda siswi di sekolahnya, bahkan guru matematika juga sering mendapat gombalan mereka.

"Eh, eh, dengerin gue deh, konten kita yang kemarin di upload itu cuma beberapa ratus aja yang nonton, gimana nih!" ujar Satria dengan heboh.

"Oh May God! Seriusly, Kok bisa?" ucap Naura.

"Ya, bisa aja kalau kita tidak menampilkan yang lebih menarik dari creator lain." Maya memberikan pendapat.

"Kira-kira menurut pandangan mu, gimana? Apa yang harus kita lakukan dan seperti apa konten menarik itu?" tanya Oca.

"Kalau gua baca dan amati sih! Sekarang orang gemar dengan konten horor!" ujar Satria.

"Betul itu, dari berbagai belahan dunia ini, kan sangat kental dengan hal supranatural," sahut Luna.

"Tapi kita mau cari di mana tempat yang banyak mengandung hal mistisnya?" tanya Irsyad.

"Lebih, baik kita cari hal atau konten lain aja lah dari pada konten horor begitu. Lebih baik konten yang menyenangkan aja, enggak harus mengikuti konten orang lain kan?" ujar Maya melarang pendapat mereka.

"Iya, betul lebih baik cari amannya aja." Oca menyetujui pendapat Maya.

"Sudah-sudah lebih baik kita bahas ini di rumah Gua aja, sambil main PS gimana guys?" ucap Gibran.

"Wih, ini seru, Jam berapa?" tanya Irsyad.

"Jam sembilan aja, kalau kalian mau, lebih baik di bicarakan dengan pikiran yang tenang hehe, Atau mau aku pesankan minuman yang lebih menyenangkan?" tanya Gibran.

"Nah, itu lebih seru lagi kan!" balas Luna.

"Oke, nanti malam kumpul di rumah gua jam sembilan, yang terlambat gua kasih hukuman seperti biasa." Gibran berbicara ingin memberi sebuah hukuman kepada mereka jika terlambat datang dalam rapat tidak penting.

Malam harinya mereka berkumpul tepat waktu dikarenakan tidak ingin mendapat hukuman dari Gibran. Sebab, terakhir kali mereka mendapat hukuman di suruh berdiri semalaman di gedung kosong dengan memakai pakaian seadanya dan yang mendapatkan hukuman itu adalah Luna dan Irsyad. Itu menjadi sebuah konten di sosmed mereka dengan penonton paling terbanyak yang pernah mereka buat.

Saat berada di rumah Gibran. Camilan sudah disediakan oleh Maya. Minuman yang tidak memabukkan hingga memabukkan mereka sediakan di atas meja. Sambil bermain PS dan kartu ramalan milik Maya, mereka mulai percakapan untuk ide-ide konten yang mereka inginkan.

"Gimana  kehidupanku May? Apa aku akan mendapat pasangan yang romantis?" ujar Naura mulai bertanya ramalan tentang dirinya.

"Mana tanganmu." Maya memintanya mengulurkan tangan.

Tiba-tiba Irsyad langsung menyerobot danmemegang tangan Naura sambil berkata, "Kalau aku lihat kamu akan berjodoh dengan pria yang tampan dan baik hati yang bernama Irsyad." Irsyad terbahak-bahak sambil memandang Naura yang mengkerutkan dahinya.

"Haha." Semua tertawa mendengar Irsyad yang mulai merayu.

"Apaan sih, lu gila ya? Sudah sana main PS, ikutan aja!" kata Naura yang kesal.

"Sudah sini, Haha ... lama-lama kalian beneran berjodoh, Nih! Ribut terus!" ucap Maya dengan sedikit meledek.

"Maya, kamu ikutan juga ih, Sebel banget." Naura menggerutu dengan mengerutkan dahinya kembali.

Maya mulai membolak-balikkan kartu tarotnya. Tanpa sengaja tiga kartu itu jatuh ke meja dengan memiliki arti. Maya tercengang ketika membaca kartu itu. Oca dan Luna memperhatikan ekspresi Maya yang berubah.

"May, kenapa?" tanya Luna yang sedikit penasaran

"Enggak apa-apa, Ayo kita mulai diskusi nya." Maya mengalihkan pembicaraan dan menutupinya sambil terus memandang kartu yang terjatuh.

"Oke, gimana guys, mau konten seperti apa dan di mana? Sudah ada referensi belum mau seperti apa?" tanya Gibran.

"Kalau gua sih, yang tadi di sekolah itu, konten horor lebih menegangkan. Karena kebanyakan orang, hobinya pasti yang menegangkan dan menantang." Satria tetap pada pendapat sebelumnya.

"Iya tapi di mana?" sahut Irsyad.

"Oh, gua tau, Gua pernah baca artikel tentang gedung kosong di daerah kita ini. Gedung itu bekas tempat aborsi, di tutup karena ya, sudah ketahuan bahwa klinik itu tempat aborsi!" balas Luna memberi sebuah informasi.

"Wah, kok kamu tahu, pasti kamu pernah aborsi ya, Lun?" Irsyad mulai meledek.

"Enak, aja lu! Aborsi anak siapa bego!" balas Luna sambil memukul kepala Irsyad dengan buku.

"Haha, anak Dajjal lah." Irsyad semakin menguras kesabaran.

"Sudah-sudah, kalau begitu, kita mulai buat konten di situ aja dulu, kalau misal viewer banyak berarti memang benar mereka sukanya konten horor!" ucap Gibran.

"Wait ... Wait! Kalau di buat live gimana?" Satria memberi ide kembali.

"Live? Maksud nya, live streaming?" sahut Naura.

"Iya, jadi mereka juga ikut merasakan dan tidak mengira kita itu settingan atau di edit gitu! Gimana, Mau enggak?" Satria menunggu keputusan teman-temannya.

"Boleh, seru juga!" sahut Luna.

"Gua setuju brother!" Irsyad ikut menyetujui.

"Boleh, Gimana kamu May, mau enggak?" tanya Gibran.

"Hmm, tapi aku minta jangan berbuat aneh-aneh ya!" ujar Maya menghawatirkan ide yang teman nya ambil.

Mereka semua setuju dengan konten live streaming yang diajukan oleh Satria. Semua kembali dengan kegiatan nya bermain PS dan kartu. Maya memejamkan mata dan berkata dalam hatinya, "Eyang, apa kami akan aman melakukan hal itu."

Kartu Maya tiba-tiba berhamburan dan berterbangan. Mereka semua terkejut dengan kejadian itu.
"Maya, bangun, kamu kenapa?" tanya Oca.

Kemudian Maya membuka mata dan melihat Eyangnya berada di antara Satria dan Luna. Seakan memberi isyarat kepada Maya. ia membaca setiap kartu yang Eyangnya tunjuk dan itu membuat Maya terkejut.
"May, kamu kenapa?" tanya Gibran.

"Aku ... Aku! Em, enggak apa-apa, mungkin kurang fokus jadi keluar kartunya tidak fokus juga!" Maya berusaha untuk menutupi dan berpikir bahwa dia telah sangat kelelahan sehingga tidak fokus dalam mengeluarkan kartu. Mereka semua melanjutkan aktivitas yang tidak penting. Bermain dan meminum minuman yang memabukkan, hanya Maya, Oca dan Naura yang tidak ikut dalam Party tersebut. Hingga mereka tepar tak berdaya di sofa. Satria yang mabuk berat berkata, "Gua suka sama lu, May! Kenapa lu malah lebih demen sama pria brengsek kaya dia!" sambil menunjuk ke arah Gibran.

Atas ucapan Satria yang setengah sadar itu, membuat Maya hanya menggelengkan kepalanya. Tentu Maya sangat di sukai banyak pria sebayanya. Maya anak yang pandai, cantik, ramah, dan baik. Bahkan di antara mereka Maya lah yang paling peka terhadap hal mistis. Gibran yang menyukainya pun sudah menunggu lama untuk mendengar balasan cinta dari Maya.

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang