Luna memanggil semua temannya untuk mempermalukan Maya. Dengan hasutan-hasutan yang di lontarkan Luna membuat Gibran menjadi panas akan kecemburuan.
"Kurang ajar lu, ya Syad! Gua aja enggak pernah ngapa-ngapain Maya. Elu, berani-beraninya mau begitu ke dia." Gibran hampir memukul Irsyad, namun di hadang oleh Maya hingga ia terkena pukul oleh tangan Gibran."May! Maaf gua enggak sengaja!" ujarnya.
"Sudah puas Lun, memang aku semurah itu kah di hadapan kalian. Apa yang kalian liat saat ini? Apa aku enggak pakai baju? Apa aku sedang tidur dengan Irsyad? Apa Irsyad membuka bajunya? Apa...?hmm, Lun! Aku tidak pernah tahu mulutmu semurah dan sesampah itu!" Maya pun pergi dari kamar.
Irsyad pun ikut keluar dari kamar menuju ruang tamu. Sedangkan Gibran menyesal dengan perbuatannya. Ia terus berpikir mengapa ia langsung semarah itu, tanpa tahu kejelasannya. Semua menjadi kacau dengan di tambah Luna yang terus menghasut semua teman-temannya. Gibran pun langsung pergi ke kamar dan di ikutin oleh Luna.
"Sudahlah Gibran! Sebenarnya aku sudah mau bicara dari kita di kapal, cuma aku enggak enak aja." Luna mulai berkata bohong dan semakin memanaskan suasana."Bicara apa?" tanyanya.
"Waktu di kapal mereka sudah dekat malah berciuman. Aku kasihan sama kamu yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Masih banyak kok yang suka sama kamu. Buat apa kamu mengejar wanita yang tidak ada kejelasan seperti itu." Luna mulai merayu Gibran dengan mengelus badan Gibran.
Mereka semakin lama semakin dekat hingga sesuatu terjadi dengan keduanya. Kejadian tersebut terlihat di depan mata Naura dan Oca yang tidak sengaja melihat mereka di kamar. Mereka berdua lari mencari Maya untuk memberitahu semuanya.
"May, May! Tarik napas dulu! Hembuskan perlahan, kamu siap akan terkejut dengan berita ini. It's real! Aku dan Oca melihat semuanya." Naura berbicara dengan heboh.
"Ada apa?"
Naura memberi sebuah cuplikan video yang baru saja ia rekam. Maya langsung berdiri dan pergi menuju kamar Gibran. Betapa terkejutnya mereka ketika Maya membuka pintu. Hanya Maya, Oca dan Naura yang menyaksikan itu. Mereka langsung terburu-buru berpakaian dan menarik Maya yang keluar kamar.
"May, tunggu! Maaf aku enggak tahu apa yang terjadi!"
"Enak, aja lu! Orang sama-sama suka kok malah bilang enggak tahu!" Luna protes dengan ucapan Gibran.Karena suara Luna yang begitu keras, membuat semua orang di dalam rumah berdatangan dan melihat sekaligus heran.
"Ada apa May?" tanya Irsyad."Itu, mereka!" Maya menunjuk ke arah Luna dan Gibran.
"Ssssttt, diam sudah aku tidak ingin membicarakan ini!" Gibran membentak Luna yang terus mengoceh.
"Ada apa May? Kamu nangis?" tanya Satria.
"Enggak apa-apa! Permisi aku harus pergi!" Maya pun pergi ke kamar dan merapikan baju-bajunya ke koper.
"May, ada apa sih? Kenapa kamu mau pergi dari sini!" tanya Irsyad.
"Iya enggak apa-apa, semangat untuk konten kalian, ya!" ujar Maya.
"May,(Datang Gibran yang tergesa-gesa) jangan pergi, aku enggak tahu apa yang aku lakukan tadi, aku tidak ingat sama sekali, tolong percaya sama aku! Aku enggak bohong, bisakah kamu mendengarkan aku sekali ini aja!" ucap Gibran.
"Ya, sudah bicara!" Dengan nada datar Maya mempersilahkan untuk Gibran berbicara.
"Aku tadi kesal dengan sikapmu dengan Irsyad, aku masuk ke kamar untuk memenangkan diri. Aku enggak tahu kalau Luna ikut juga. Habis itu aku enggak ingat apa pun!" penjelasan Gibran.
"Sudah!" jawabnya singkat.
"Iya sudah!" balas Gibran.
"Ya, sudah permisi aku harus pergi!" Maya langsung berdiri dan menggeret kopernya.
"May, kamu kenapa sih! Masa kamu bisa begitu ke Irsyad sedangkan aku enggak boleh, jangan egois May!" kata Gibran kesal.
"Gibran sudah berapa kali gua bilang, gua enggak ada apa-apain Maya!" ujar Irsyad.
"Syad, sudah enggak perlu di jelaskan (Maya memandang Irsyad dengan mata yang berkaca-kaca). Yang pertama aku tidak berbuat apa pun, yang kedua aku tidak peduli dengan urusan asmaramu dengan Luna, yang ketiga aku enggak mau tertipu dengan ocehan kalian, yang keempat aku bukan orang yang egois dan memikirkan kesenanganku sendiri, yang kelima dari awal aku tidak ingin kemari, yang keenam aku enggak pernah mengenal kamu lebih dari apa yang orang tuamu ucapkan kepadaku, yang ketujuh aku sudah cukup sabar untuk memaklumi kalian. Paham! Jadi jangan menghalangi aku untuk pergi dari sini. Karena kamu bukan siapa-siapaku jadi jangan pernah menghalangiku." Maya begitu mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia simpan dengan rapat agar tidak ada yang tersakiti.
Maya pun melangkah untuk pergi malam itu. Ia sudah menghubungi tantenya untuk memesankan tiket pesawat. Irsyad pun mengantarnya menggunakan mobil sewaan yang di daerah kota. Selama perjalanan ke kota, Irsyad dan Maya berjalan kaki. Maya tidak ingin di antar menggunakan motor karena suasana hati yang tidak begitu baik.
"May, Ini jauh loh ke kota itu, apa kita enggak sebaiknya pinjam motor untuk ke kota?" tanya Irsyad."Aku enggak tahu syad, aku lelah dengan semua ini, ingin rasanya aku seperti kalian, yang tidak memiliki semua ini. Aku lelah, ketika semuanya jahat kepadaku!" Ungkapan perasaannya.
"Ya, Aku memang enggak tahu sih, rasanya kalau kaya kamu itu, tapi pasti Tuhan punya tujuannya kan yang kamu enggak tahu?" ucap Irsyad.
"Aku cuma mau jadi wanita normal yang di cintai tanpa melihat dari kelebihanku!" ucap Maya.
"Mau tanya tadi ketika acara malam suro itu kamu kenapa? Kalau kamu enggak mau cerita juga tidak apa-apa!" tanya Irsyad.
"Luna dan satria sudah melakukan hal besar yang tidak akan pernah mereka maafkan!" jawab Maya.
"Apa itu?" Irsyad mulai penasaran.
"Aku tidak tahu pasti tapi, aku yakin mereka telah melakukan kesalahan!"
Tibalah mereka di kota dan sudah di tunggu travel untuk di bawanya. Irsyad mengemudi dengan pelan di dalam mobil mereka sambil bercerita. Cerita tentang semua yang Maya lihat dan alami. Di sela-sela itu Irsyad mulai mengatakan, "May, mungkin ini adalah hal yang tidak tepat untuk aku ucapkan. Tapi menurut aku, perasaan ini tidak bisa aku tutupi. Mungkin juga aku bingung kenapa aku punya perasaan ini sama kamu. May, gua sayang sama lu! Gua sudah lama suka sama lu, May! Cuma gua ragu apa gua bisa jadi cowok yang terbaik buat lu! Ettss, tapi jangan jawab apa-apa, gua cuma mau ungkapkan ini karena gua enggak bisa simpan lagi. Tapi gua enggak minta lu jawab sekarang. Kita mengalir aja gua enggak mau jadi menambah beban di hidup lu!"
"Oke!" Maya sedikit terkejut.
"Haaa, Oke! Baiklah!" Irsyad mulai ragu dengan ucapannya yang tidak seharusnya ia katakan."Lah, katanya enggak usah jawab apa-apa!" ujar Maya sambil tersenyum kecil.
"Oh, iya bener juga!"
Mereka pun sampai di bandara, penerbangan terakhir. Irsyad menebar senyuman indah di wajahnya. Berharap perasaan itu terbalaskan. Akan tetapi dia masih berpikir bahwa dari sekian banyak laki-laki yang bilang jatuh cinta dengannya pun hingga sekarang belum mendapatkan jawaban.
"Bye, Syad, gua pergi ya? Jagain yang lain, pegang ini untuk berjaga-jaga! Thanks, bye!" Maya pun pergi dengan senyum merekah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horor"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...