Chapter 32

188 10 0
                                        

Luna datang dan melihat semua teman-temannya. Dia mengulurkan tangan, mencengkram tanpa memegangnya. Cengkraman itu semakin kuat di leher keempat temannya.

"Hm, aku seharusnya tidak perlu sembunyi dengan kalian, Apa teman kalian sudah mati? Jarang ada manusia yang hidup jika sudah terkena itu. Kalau dia masih hidup berarti aku benarkan, dia hanya sok rapuh untuk mendapatkan perhatian dari kalian. Hahaha, membunuh seseorang itu sangat menyenangkan. Satria, aku punya pilihan untukmu! Jika kamu ikut denganku teman-temanmu akan selamat. Tapi jika tidak, Hm, kamu tau apa yang akan terjadi kan."

Dia melepaskan cengkeramannya di leher satria. Satria harus memilih dengan pilihan yang sulit. Dia tidak ingin teman-temannya lebih masuk dan berhadapan dengan Luna. Tetapi, di sisi lainnya dia juga tidak ingin melanjutkan rencanannya.

Ketika Satria mulai membuka mulutnya dan akan menjawab pertanyaan Luna. Tiba-tiba Maya bangun dan tertunduk. Dengan cepatnya dia menggenggam tangan Luna sambil berkata, "Sudah aku katakan berulang kali, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti teman-temanku."

Maya mendorong Luna dengan kencang. Teman-temannya terselamatkan atas tindakan itu.

"Bagaimana bisa kamu bertahan hingga sekarang dengan apa yang aku lemparkan?" Luna merasa heran.

"Ini terasa sakit, bukan berarti aku bangkit dari kematianku. Jika harus tiada aku siap untuk hidup kembali dan membawamu pergi dari dunia ini." Perkataan Maya tidak seperti biasanya. Suaranya pun seperti bukan dirinya.

"Cih, sok kuat! Sekarang bukan cuma kamu yang punya kekuatan!" ucap Luna sombong.

"Hati-hati dengan kesombongan mu, itu akan menjerumuskan mu ke neraka yang paling dalam." Suara Maya semakin berat.

Luna terdiam dia pergi meninggalkan teman-temannya. Maya yang masih merasa sakit yang luar biasa pun terjatuh dan tersungkur di lantai. Mereka semua panik disela kebahagiaan yang sempat mereka rasakan.

Irsyad mulai menelepon keluarganya, tetapi keluarga Maya tidak menjawab panggilan itu. Irsyad masih tetap berusaha untuk menghubungi. Semenjak pulangnya Maya dan kembali ke rumah Pak Burhan, sejak itu Keluarga Maya tidak dapat di hubungi.

***

"Kenapa sih, kenapa? Kenapa? Aku selalu kalah dari dia. Dia juga selalu hidup setiap aku ingin memusnahkannya. Kenapa? Aku sudah kuatkan,  tapi kenapa, dia, dia, dia, selalu dia yang nomer satu." Luna mengamuk dengan ketidakpuasan dirinya menghancurkan Maya.

"Hem, semua di kehidupannya sudah aku musnahkan. Keluarga, teman walaupun hanya satu yang aku habiskan. Tapi aku sudah buat dia hancur. Kenapa? Dia selalu di kelilingi orang-orang baik yang membuat aku semakin membenci dirinya." Luna mondar-mandir sambil meremas tangannya yang beriringan dengan kekesalan, amarah, kecewa, kecemburan bertambah semakin hal yang menyakitkan.

Perasaannya kian bercampur menjadi satu. Setelah beberapa kali dia lakukan. Tidak ada kepuasan di hatinya. Semakin lama rasa itu semakin menggerogoti jiwa dan hatinya. Auranya semakin gelap dan hitam. Terbalut dari keras kepala dan keinginan melebihi apa yang dimiliki orang lain.

Hingga dia harus mengorbankan nyawa untuk memenuhi persyaratan dari perjanjiannya.

***

"Saya akan bawa Maya untuk berobat di sana!"

Itu perkataan Tante Maya ketika dia sedang dalam masa yang sangat menghawatirkan. Mereka membawa Maya dan menjalankan pengobatan yang intens. Pemasangan alat-alat untuk mengecek organ tubuh Maya dan luka-luka yang Maya dapatkan.

Dokter tidak menemukan stempel darah yang menunjukkan suatu virus atau hal lainnya. Tubuh Maya tampak normal dan tidak perlu mendapat penanganan yang rumit.

Tetapi sebagian Dokter melihat di kulit Maya terdapat sebuah tulisan. Tulisan itu seperti bahasa Jawa yang artinya kamu sudah di takdirkan untuk menyaksikan kehidupan seseorang. Tulisan itu ada di tubuh Maya dan di lengannya.

Dokter meminta untuk sekali lagi memeriksa bahkan ronsen tubuh Maya untuk kedua kalinya. Hasilnya tetap sama tidak ad benda bahkan hal apapun di tubuh Maya.

Polisi ikut serta dalam penanganan Maya. Tetapi kegiatan itu di hentikan. Ketika Maya melukai pihak berwajib dalam ketidaksadarannya. Tidak beberapa lama Maya menghilang.

Dan di situlah Luna berperan menjadi penghancur kembali. Dia membuat kedua orang tuanya menemukan ajalnya.

Tante Maya sudah merasa bahwa yang di alami Maya adalah hal yang aneh. Mereka menyambangi seorang Paranormal yang pernah menolong Maya ketika masih kecil. Paranormal itu bertatapan langsung dengan Luna yang pada saat itu sedang melakukan meditasi. Mereka sedikit melakukan pertempuran dan paranormal itu kembali sadar dan memberitahu Tantenya. Luna sadar bahwa dirinya telah ketangkap basah oleh keluarga Maya.

Disitu Luna mengirim mereka semua ke akhirat. Tante, Paman dan Paranormal itu meninggal di tangan Luna. Tetapi kejadian itu tidak diketahui Maya dan Temannya.

***

"May, apa yang sakit?" tanya Irsyad.

"Sudah enggak apa-apa, bisakah jaga aku sebentar saja. Jangan sampai ada yang mengganggu konsentrasi ku!" Maya mulai bersila dan dikelilingi teman-temannya.

Dia mengambil napas panjang dan mulai meditasi membuat pelindung di sekitar teman-temannya. Tiba-tiba jendela terbuka dan tertutup bahkan terbanting lalu, angin masuk dengan kencang. Meniup segala yang ada di rumah, membuat semua berantakan.

Benda-benda tajam berterbangan, salah satunya mengenai Oca. Pelindung itu semakin Maya kokoh kan. Maya membuka energi lebih besar. Dia berharap dapat menemukan Naura, Pak Burhan dan istrinya, bahkan lebih utama adalah Luna.

Tetapi belum mendapatkan aura mereka. Tiba-tiba terjadi sesuatu, Satria berbalik arah mendekati Maya dan menusukan benda tajam ke bahu kirinya. Pelindung itu langsung melemah hingga teman-temannya terkena hempasan barang-barang yang porak poranda di dalam rumah. 

Maya berdiri dan mencekik Satria yang di kendalikan.

"Ma-maaf May! Aku enggak bisa menahan tanganku!"

"Diam!" Maya melihat sesosok wanita di belakang Satria. Maya langsung meraih tangan makhluk itu dan mencekiknya.

Makhluk itu terbakar di tangan Maya. Dia menjerit dan mengucapkan sesuatu. Tetapi Maya yang begitu lemah tidak dapat menembus ucapannya. Setalah makhluk itu terbakar, tubuh Maya lunglai dan terjatuh. Satria sempat mengambil kepala Maya agar tidak terbentur meja.

Mereka membawa Maya ke kamar dan membaringkannya di ranjang. Bahu Maya semakin mengkhawatirkan, ia tidak dapat mengangkat tangannya lebih tinggi. Seakan bahu itu akan patah. Pisau masih tertancap di bahunya. Lalu Maya mengambil sehelai kain dan menutupi mulutnya. Maya mulai memegang pisau itu dan perlahan mencabutnya.

"Argh!" Teriak Maya yang tersumpal sehelai kain. Teman-temannya menutup mata dan ada yang merasa ngeri dengan tindakan Maya.

Perlahan-lahan pisau itu tercabut. Maya langsung mengikat bahunya dengan kain itu. Pendarahan yang semakin mengkhawatirkan. Gibran dan Irsyad berencana pergi ke apotek terdekat untuk membeli obat antibiotik. Tetapi rencana itu dilarang oleh Maya.

"Kamu harus segera di obati May! Saat-saat begini jangan egois, May! Kita khawatir sama kamu. Kalau terjadi apa-apa sama kamu kita bagaimana? Kita bertahan hingga sekarang karena kamu, May! Kalau enggak ada kamu, aku enggak tau kita akan seperti apa? Please untuk saat ini aja dengarkan aku, May!" kata Gibran yang sangat mencemaskan Maya.

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang