Chapter 35

139 7 0
                                    

Ketika Ku masuk ke dunia itu, separuh memori di kehidupan nyata ku hilang. Bahkan namaku sendiri sudah susah untuk aku ingat. Hingga Sara mulai ritual, mengambil darahku sebagai persembahan. Aku sudah di ambang antara hidup dan mati, yang aku pikirkan adalah ku teriak di dalam hati ini memanggil nama Irsyad untuk memberikan kalung permata ku. Entah, bagaimana kalung itu berada melingkar di leherku. Setelah itu aku kembali ke dunia nyata dan melihat kalian.

***
Cerita Maya kepada teman-temannya ketika dirinya berada di dunia lain memakai tubuh Ambar sebagai tokoh utama dalam penumbalan pada zaman itu. Saat cerita itu dibagikan, Irsyad menyadari ketika Maya tidak sadarkan diri, dia merasa bahwa sesuatu meminta dirinya untuk mengalungkan permata itu kepada Maya yang terbaring.

"Ketika itu aku merasa kalau hati ini ingin banget mengalungkan ini sama kamu, entah perasaan apa itu?" jawab Irsyad.

"Kenapa mereka ingin menumbalkan Ambar untuk kemakmuran desa itu hal yang aneh!" tanya Gibran.

"Itu, karena!"

Tiba-tiba angin kencang datang, membuat pohon-pohon bergoyang ke kanan dan ke kiri. Tanpa mereka sadari Oca sudah tidak bersama dengan mereka. Oca menghilang entah kemana. Makhluk-makhluk yang pernah Maya lihat ketika itu hadir dan menampakan keseraman mereka. Sosok hitam yang melukai perutnya juga hadir malam itu. Maya mulai membentengi teman-temannya. Dia membuka energi lebih banyak.

Makhluk-makhluk itu seperti marah dengan kedatangan mereka. Maya yang kesal, membentak mereka. Hantu itu seperti tidak punya harga diri mereka lagi. Kuntilanak, pocong, tuyul, sosok besar penjaga hitam semua hadir.

"Jangan, sentuh teman-teman ku jika kalian tidak ingin merasakan ini."

Mereka merasakan panas dan ada yang sempat terbakar di depan Maya. Terdengar di telinga Maya suara mereka seperti mohon ampun. Maya berhenti mengeluarkan energinya. Satu persatu mereka pergi, tinggallah makhluk yang pernah merobek tubuh Ambar. Maya mendekati makhluk itu dan berkata,"Maaf, tapi sebaiknya kamu pergi ke tuanmu aja, jangan ganggu kami yang ada di sini, kalau aku sudah selesai aku pasti lepaskan kamu,"

Makhluk itu pergi merangkak menjauh dari Maya. Tiba-tiba Oca terjatuh dari atas pohon. Semua panik, tetapi dia tidak ada luka hanya kaki yang terkilir. Ketika semua kembali aman, Maya berusaha untuk mengendalikan dirinya untuk tidak takut. Maya meminta teman-temannya segera mendobrak pintu rumah tersebut.

Maya mendengar suara-suara manusia yang sangat banyak. Bergemuruh di telinga Maya seakan aktivitas mereka masih ada di rumah tersebut.

"Bagaimana kita ini?"

"Semua harus berjalan dengan lancar?"

"Usir dia dari desa kita!"

"Tarik, tarik dia ke sini!

"Aaaaa, ampun! Tolong! Tolong!"

"Gantung, pasang tali!"

Begitulah yang terdengar di telinga Maya. Kebisingan itu membuat Maya tidak fokus. Dia berharap ada sesuatu yang bisa menutup telinganya untuk tidak mendengar kebisingan itu. Tetapi semakin Maya menutup telinganya, semakin pula suara-suara itu terdengar lebih banyak.

"Apa ini tampak rumah itu? Aku enggak bisa membayangkan ketika zaman itu masih beroperasi. Pasti masih banyak pemberontakan-pemberontakan," ujar Gibran.

"Iya, pasti akan lebih seram dari sekarang!" sahut Oca.

"Naura, Naura." Maya berteriak memanggil nama Naura.

Terdengar rintihan di balik ruang tersebut. Rintihan itu bukan hanya Maya yang mendengarnya. Mereka semua mendengar rintihan yang sangat menyakitkan. Maya baru ingat bahwa di dekat rumah itu ada sebuah gudang. Maya langsung menuju gudang tersebut. Benar saja, Naura terikat bahkan lebih tepatnya terpasung di dalam gudang itu. Mereka syok dengan keadaan Naura. Tubuhnya banyak luka sama seperti Maya ketika berada di tubuh Ambar. Oca menangis histeris, sambil berusaha membuka pasung yang melingkar di kaki dan tangan Naura.

Dada Maya terasa sakit yang luar biasa. Dia mengalami syok yang begitu hebat sehingga membuat nafasnya sesak. Maya terduduk di hadapan Naura, dia berusaha untuk menenangkan dirinya. Menarik napas yang masih tersengal. Ketika pernapasannya telah teratur, barulah dia mendekati Naura dan melihat wajahnya.

Banyak sayatan di wajah Naura. Matanya lebam seperti habis kena pukulan. Pergelangan tangannya seperti patah. Pakaiannya yang putih sudah bercampur kemerah-merahan. Maya melihat perut Naura yang ternyata sama dengannya. Kondisi seluruh tubuh Naura sangat mengkhawatirkan.

Dia mendongakkan kepala dan melihat teman-temannya. Ketika Naura melihat kearah Satria, dia sangat marah. Naura mengamuk bagaikan seorang yang kerasukan. Matanya mulai memerah, amarah itu tidak terbendung lagi.

Begitu  Maya memegang pundak Naura dan berkata, "Tenangkan dirimu dulu, aku sudah tau semua, dia sudah mengakui kesalahannya, biar dia menjadi urusanku."

Naura langsung menenangkan dirinya. Mereka melepaskan Naura dan menuntunnya untuk pergi. Tetapi ketika mereka keluar dari gudang Maya tertarik ke dalam kembali dan pintu tertutup dengan kencang. Semua panik mendobrak pintu yang tidak bisa terbuka. Maya juga membuka pintu itu dengan benda-benda yang ada di ruangan tetapi tetap tidak bisa.

Semua teman-temannya juga berusaha membuka pintu itu. Tiba-tiba Luna datang dengan penampilan berbeda, ekspresinya yang tidak biasa membuat semua teman-temannya ketakutan.

"Ngapain kamu ke sini?" ucap Oca.

"Seharusnya, kalian sudah aku habisi sejak awal. Kalian sudah membuat aku merasa sakit yang tidak bisa di hilangkan." Luna berkata dengan sangat marah.

Maya yang mendengar suara Luna, terus berusaha untuk membuka pintu itu. Dia yakin bahwa Luna akan menyakiti teman-temannya.

"Lun, sudah hentikan ini semua. Kamu akan lebih jauh masuk ke dalam kegelapan. Sudah hentikan ini, kita yang salah melakukan ini, bukan mereka. Kamu bisa memutuskan untuk tidak melakukan itu. Walau ini sudah garis keturunanmu. Aku yakin kamu paham apa yang aku katakan? Aku mohon Lun, berhenti sekarang!" Satria memohon kepada Luna untuk tidak menyakiti teman-temannya.

Tetapi Luna justru menyerang Satria. Melemparnya hingga menghantam pohon. Maya yang berusaha membuka pintu pada akhirnya membuahkan hasil. Dia bisa membuka pintu dengan sekuat tenaga.

"Luna! Hentikan, sudah cukup kamu melakukan hal ini! Aku tau kamu orang yang baik. Aku percaya sama kamu, kita tidak bisa begini Lun! Apa yang sudah kamu lakukan itu adalah kesalahan!" Maya berusaha menyadarkan Luna.

"Kesalahan? Kesalahan kamu bilang? Kesalahan itu ada pada kalian semua, kalian selalu melihat kearah Maya, Maya dan Maya! Tanpa kalian sadari kalian sudah membuat seorang tersakiti. Apa hebatnya Maya daripada aku? Apa istimewanya Maya daripada aku? Jawab, kalian enggak bisakan? Setiap ideku, kalian mentahkan begitu aja, tanpa kalian dengar lebih dan lebih  di cermati. Tapi ketika Maya memberi masukan, kalian selalu stand by dengan gaya yang sok jadi teman sehatinya. Gua begini karena kalian! Apa-apa Maya, Maya dan selalu Maya? Di dunia ini bukan cuma Maya yang punya otak! Hahaha, hahaha, gua bego banget ngomong sama parasit kaya kalian. Tapi Luna yang sekarang bukan Luna yang seperti dulu. Aku antar kalian menuju ajal di sini."

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang