Chapter 4

409 28 0
                                        

"Kenapa aku dibeginikan?" Hantu siswi mulai protes.

"Ya, makanya kalau ada perlu itu bicara, aku tahu kamu bisa bicara. Aku pun pasti akan mengerti dengan perkataanmu walau kadang terdengar seperti lebah!" sahut Maya.

"Kemana orang tuamu?" tanya siswi.

"Meninggal!" jawab Maya dengan singkat.

"Kenapa bisa mati!" tanyanya kembali.

"Takdir!" Ungkap Maya.

Siswi itu mulai tertawa dengan caranya yang semakin menyeramkan. Mbok Jah yang kebetulan masuk ke kamar Maya sembari memberikan teh hangat pun mendengar suara tertawa itu. Dengan gaya yang kocak Mbok Jah justru ikut tertawa seperti siswi tersebut. Ketika dia sadar akan tingkahnya, Mbok Jah langsung memeluk Maya dan berkata, "Mbak  Maya, Itu apa Mbak?"

"Itu suara saya Mbok!" ujar Maya agar tidak membuatnya takut.

"Yang bener Mbak?" Raut wajahnya yang ketakutan.

"Iya benar... sudah Mbok, saya mau tidur dulu ya?" kata Maya.

Mbok Jah pun keluar dengan memandang seluruh kamar Maya. Setelah pembantunya keluar, Maya marah dengan siswi itu yang sudah mengeluarkan suara menyeramkan.

"Maaf, ya! Habis aneh saja kenapa kamu mengharapkan bisa memeluk orang tuamu padahal mereka sudah mati!" ucap Siswi.

"Ya, itu hanya ungkapan kosong saja, lagian kamu pasti dulu sama sepertiku yang menginginkan sesuatu hal yang mustahil kamu raih selama kamu menjadi manusia!" Mata Maya sedikit berkaca-kaca.

"Justru memori ku hilang, Aku tidak pernah mengingat masa laluku yang kamu bilang menjadi manusia, aku hanya ingat ketika aku di paksa kekasihku untuk melakukan aborsi!" ujarnya.

"Haha, iya benar juga!" balas Maya.

"Terus bagaimana bisa orang tua mu mati?" tanyanya kembali.

***
Sepuluh tahun yang lalu ketika Maya berusia tujuh tahun mereka sekeluarga mengalami musibah kecelakaan pesawat yang menewaskan 20 orang. Salah satu korban tersebut adalah kedua orang tuanya dan adik kecilnya yang masih berusia dua tahun. Lima penumpang lainnya termasuk Maya dinyatakan selamat namun dalam keadaan kritis. Maya koma selama tiga bulan. Selama itu Maya hanya melihat pemandangan yang indah dan bertemu dengan semua keluarganya. Namun mereka hanya memakai pakaian serba putih, menurut yang dilihatnya. Maya yang saat itu masih berusia tujuh tahun, tidak mengerti dengan apa yang ia lihat dan alami. Dalam sebuah mimpi indahnya, kedua orang tuanya berpesan dan berkata, "May, lebih baik kamu pulang, Papa sama mama dan ade masih ada keperluan di sini, Kamu jangan ikut, masih banyak yang membutuhkan mu di sana!"

"May, jangan lupa kamu harus bisa menjalani semuanya, ya! Kita di sini akan selalu menemani kamu jika itu sulit!"

"Ma, Pa! Jangan tinggalin aku di sini! Maya takut!" Perlahan-lahan mereka menjauh  dan Maya sadar dari koma.

Hal pertama yang ia cari adalah orang tua dan adiknya. Namun kembalinya Maya ke dunia nyata membuatnya bingung dengan hal baru yang ia temukan.

"Tante mereka siapa?" tanya Maya kecil.

"Siapa, May?" Tante kembali bertanya.

"Itu, Tante! Siapa mereka, Maya kok enggak pernah melihat mereka di sini?" Maya kecil merasa heran.

Tantenya ikut merasa heran dengan apa yang Maya kecil bicarakan. Ketika waktu sudah menunjukan malam hari. Tiba-tiba Maya menjerit histeris di kamarnya. Jeritan itu terdengar oleh Tante dan Pamannya yang langsung melihat keadaan Maya.

"Paman, Tante! Itu... Itu.... Mereka semakin banyak dan wajah mereka seram!" ucap Maya kecil sambil menangis.

Paman dan Tantenya saling memandang dan mereka memutuskan untuk membawanya ke seorang yang ahli dalam hal itu.
"Tante, Kita mau kemana?" tanya Maya kecil.

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang