Putri itu menuntun Maya untuk menemukan Naura. Masuk kedalam dunia lain adalah hal yang biasa bagi Maya. Namun, mengajak temannya untuk ikut serta dalam rencananya adalah hal ternekat yang pernah dia lakukan.
Di dunia ini masih sangat banyak manusia-manusia memiliki sebuah ilmu. Ilmu yang di dapat dari leluhur ada yang bersifat putih dan hitam.
Ilmu hitam atau tenung secara umum biasanya merujuk pada penggunaan kekuatan gaib atau sihir untuk tujuan kejahatan. Ilmu Hitam bisa dibilang aliran kiri, yang bertentangan dengan ilmu putih yang memanfaatkan ilmu gaib dengan kebajikan.
Perjanjian kepada setan adalah dimana perjanjian di tanda tangani oleh manusia dengan iblis untuk mendapat timbal balik yang di inginkan oleh orang yang melakukannya. Kekuasaan, awet muda, kekayaan, dan lain-lain. Semua itu sudah di gariskan untuk saling menjaga agar keinginan itu tercapai.
Perjalanan mereka masih panjang untuk bertemu Naura. Putri berkebaya selalu berada di samping Maya dan menuntunnya. Jalan Maya agak tidak teratur karena separuh dari tubuhnya adalah putri itu. Teman-temannya menyadari akan hal itu, mereka hanya bersikap baik dan mengikuti arahannya.
"May, apa kita masih jauh?" tanya Oca.
"Iya, sabar!"
"Maya seperti tersiksa enggak sih begitu ya? Hm, beruntung banget bisa memiliki kemampuan begitu!" Gumam Irsyad dalam hatinya.
Maya langsung mengarah ke Irsyad dan berkata, "puniku sedaya sampun takdir saking ingkang maha kuwaos. sanes gadhah artos gampil ngendalikaken kekiyatan ingkang kados puniki. maya kedah saged nglampahaken kalih manah ingkang resik lan ikhlas."
Irsyad yang menyadari bahwa itu bukan Maya, dia langsung nunduk dan menjawab,"nggih, kula ngertos sedaya amargi takdir ingkang kuwaos. pangapunten, kula namung kagum kalih piyambakipun amargi saged nglampahaken sedaya ngantos sapunika."
"Ssst, Syad! Kamu ngomong apa sih?" tanya Gibran.
"Enggak apa-apa! Cuma dia bilang Maya sudah di takdirkan untuk menghadapi ini. Mempunyai kelebihan itu juga sudah di gariskan untuk Maya, begitulah intinya!" jawab Irsyad menjelaskan.
Begitu lah percakapan mereka yang tidak di sadari bahwa mereka telah hampir mendekati rumah tua, tempat Naura di sekap oleh makhluk halus. Putri berpamit setelah sampai depan rumah itu. Maya menyarankan teman-temannya untuk tidak melepaskan doa di dalam diri mereka.
Rumah tua itu terbuat dari kayu yang sudah rapuh. Agak sedikit miring seperti ingin roboh. Di depan rumahnya terdapat pohon yang sangat besar. Maya langsung tersentak dengan rumah tersebut. Ia menyadari sesuatu hal, rumah tua itu adalah rumah di mana dirinya di sekap dan di buat bahan pemujaan.
Maya mundur beberapa langkah sedikit menjauh dari rumah tersebut. Lalu, temannya heran dengan sikap Maya yang seakan syok dengan rumah tersebut.
"May, kamu kenapa? Kok jadi keringat dingin?" tanya Oca.
"A-aku, enggak bisa masuk." Maya menolak untuk masuk.
"Loh kenapa? Kita sudah sampai sejauh ini, May! Kita harus selamatkan Naura yang ada di dalam!" kata Gibran.
"Diam, kalau kalian ingin masuk, kalian aja yang ke sana!" Teriak Maya.
Temannya heran dengan sikap Maya yang tiba-tiba berubah. Wajah Maya pucat dan keringat dingin. Perasaannya campur aduk dengan situasi yang dia alami pada zaman itu. Di jadikan persembahan, di pasung, di tusuk berulang kali, hampir terbunuh dengan makhluk di tempat itu. Semua menjadi satu pikiran di kepalanya. Pohon besar itu, menjadi saksi dirinya di sembahkan untuk kemakmuran desa. Walaupun dia tau bahwa dia menggunakan tubuh Ambar, tetapi rasa sakit yang Ambar rasakan, dia ikut merasakan.
"Ayo, May! Buruan kita masuk!" Ajak Gibran.
Maya pun menampar Gibran untuk pertama kalinya.
"Aku sudah bilang aku tetap di sini! Kalian aja yang masuk." Maya mulai marah.
"Apa-apaan sih, May? Kamu mau membantu temanmu kan? Kenapa sekarang kamu malah begini? Aku bingung dengan sikapmu? Kamu terlihat tidak dewasa?" kata Gibran.
"Sudah, Gib! Maya pasti punya alasan kenapa dia begini?" sahut Irsyad.
"Anj*** , aku tau kamu suka sama Maya! Tapi jangan bela dia dalam kondisi seperti ini!" ujar Gibran yang kian emosi.
"Loh, kok bawa-bawa hal pribadi sih! Di sini kita mau tolong Naura bukan bahas hal pribadi!" balas Irsyad.
"Sudah-sudah, lebih baik gua aja yang masuk! Kalian kebanyakan bacot tanpa bertindak! Gib, gua setuju sama Irsyad, mungkin Maya punya alasan kenapa dia enggak bisa masuk. Tapi juga aku setuju dengan kamu, kita kesini buat tolong Naura. Tapi asal kalian tau, Luna bisa saja membuat perpecahan di antara kita lewat hal apapun. Jadi gua mohon fokus dan pakai kepala dingin, paham!" ujar Satria dengan bijaksana.
"Maaf, aku seharusnya tidak bertindak begini! Entah kenapa aku trauma dengan rumah ini! Aku pernah melihat rumah ini di bawah alam sadar ku. Pohon besar yang ada di situ adalah tempat pertama kalinya aku masuk dan mengalami hal seperti itu. Rasa sakit itu masih terasa hingga sekarang." Maya berusaha untuk menjelaskan.
"Maksudmu? Kamu pernah kerumah ini?" tanya Gibran.
"Iya, aku pernah ke sini berada di dalam tubuh Ambar?" ujar Maya.
"Ambar?" Gibran masih merasa heran.
"Ambar adalah Eyangku!" jawab Maya dan mengejutkan mereka.
***
Waktu itu aku lagi merebahkan tubuh di kamar karena kesal dengan Luna. Tetapi aku mendengar seseorang yang mengetuk, mengeratkan kuku di pintu. Aku penasaran dengan suara itu, aku mulai menempelkan telingaku untuk mendengarkan lebih jelas lagi. Tetapi, aku malah mendengar jeritan yang sangat keras.
Jeritan itu membuat aku pusing dan sakit di telinga. Entah, bagaimana bisa aku langsung berada di zaman dulu. Saat tubuhku di tubuh Ambar, aku tidak bisa melihat begitu jelas orang-orang yang ada di hadapan ku.
Seorang pria berbadan tegap juga tidak terlihat dengan jelas. Mereka seakan ingin melakukan ritual yang aneh. Tetapi, tubuhku tidak bisa memberontak apa yang mereka lakukan. Ritual itu telah selesai, aku di letakan di bawah pohon besar hingga larut malam. Penerangan hanya beberapa lilin dan ada juga seperti sesajen.
Makhluk berdatangan tepat di depan wajahku. Satu makhluk yang terkuat menempelkan kukunya di perutku dan merobek kecil. Aku tidak bisa melakukan apapun pada saat itu. Aku berusaha agar tubuh yang aku gunakan bisa merespon dengan gerakan tubuhku yang sekarang dan itu berhasil. Makhluk itu pergi setelah aku membuka energi di dunia itu.
Aku terus berusaha untuk tidak mati di dunia tersebut. Hingga pagi tiba, mereka melihat ku di hutan dengan kondisi yang masih hidup dan terluka. Aku di bawa ke rumah ini dan mereka berniat untuk melakukan ritual kembali. Tetapi aku selalu mencegah hal itu terjadi, karena aku tau bahwa tubuh yang sedang aku gunakan itu di jadikan untuk tumbal.
Pemberontakan Ku menjadi masalah kembali, aku di pasung dan di kurung di dalam gudang. Aku berusaha melawan mereka yang akan menyakiti tubuh itu. Setelah merek tau aku bukanlah Ambar yang mereka kenal aku di lepas kan dan di bawa kembali ke rumah itu. Berharap semua akan baik-baik saja. Hingga aku tau bahwa musibah yang desa alami adalah ulah dari Sara Darmastuti. Aku pun baru menyadari bahwa Ambar itu adalah Eyangku. Sara berusaha untuk mengorbankan aku untuk menambah ilmu dan pengakuan kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horor"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...