Tiba-tiba Maya melihat sekilas bayangan di memori Sara. Maya bingung apa maksud bayangan tersebut. Ketika bayangan itu hilang Maya merasa ia semakin jauh dari tubuh Ambar.
***
"Haaa." Maya sadar dan kembali ke dunia nyata.
"Maya, kamu sudah sadar?" ucap temannya.
Maya terdiam dia masih tampak linglung setelah kembali ke tubuhnya. Tak di sangka Eyangnya berada di tempat yang sama. Ia hanya melihat sambil tersenyum kepadanya.
"Maya jawab kita, Maya! Kamu kenapa?" tanya Oca yang khawatir.
"Sudah Oca! Jangan buat Maya menjawab banyaknya pertanyaanmu!" sahut Gibran.
"Satria dan Luna mana?" tanya Maya.
"Mereka?" Tampak sedih di wajah teman-temannya.
Tiba-tiba Maya terbatuk dan mengeluarkan darah. Bekas tusukan Sara di zamannya melukai Maya yang ada di dunia nyata. Maya tersentak ketika melihat bayangan itu kembali. Mata Maya semakin lama semakin terasa menghitam.
"Kenapa Mataku! Kenapa pandanganku semakin gelap?" ucapnya dalam hati.
"Maya Matamu!" sahut Irsyad seakan dia melihat perubahan mata Maya.
"Apa aku akan buta?" Gumamnya dalam hati.
Irsyad langsung sigap mengalungkan permata itu di leher Maya. Firasatnya bahwa Maya sedang tidak baik-baik saja. Ketika kalung itu telah melingkar di lehernya. Pandangan mata Maya mulai jernih seperti biasa. Maya yakin permasalahan di zaman dulu telah bangkit dan sedang mengintai dirinya dan teman-temannya.
"Kemana Luna dan Satria?" Maya menanyakan keberadaan Luna dan Satria untuk kedua kalinya.
"Apa kamu yakin mau mendengarkan ini May" kata Gibran.
"Aku sudah siap untuk mendengarkannya." Tegas dengan jawabannya.
"Mungkin, ini adalah salah satu kesalahanku untuk mengajak kalian berlibur kemari." Gibran tampak frustasi.
"Memang ada apa dengan mereka? Berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya Maya yang sangat penasaran.
"Em, kamu tidak sadarkan diri selama lebih dari seminggu," sahut Oca.
"Naura kemana?" Maya kembali bertanya.
"Naura?" Semua tertunduk seakan tidak sanggup untuk menceritakan.
***
"Seharusnya aku bisa lebih tegas ke mereka. Seharusnya semua ini tidak terjadi. Seharusnya aku bisa mencegah itu."
Ucapan itu terdengar oleh Naura ketika Maya marah kepada Luna. Saat itu mereka telah di ambil oleh makhluk dunia lain untuk di jadikan sebuah tahanan di alamnya. Maya lah yang membantu keduanya untuk kembali ke tubuh mereka masing-masing. Naura pada saat itu kesal dengan Luna yang tidak peduli dengan keselamatan Maya.
Naura berusaha memanggil Maya yang sedang berada di kamarnya. Namun teriakan Naura tidak mendapat jawaban apa pun dari Maya. Gibran, Satria dan Irsyad memutuskan untuk mendongkrak pintu karena mengkhawatirkan keadaan Maya yang tidak baik pada saat itu.
Ketika mereka berhasil membuka pintunya. Maya sudah berada di lantai dengan bersimbah darah. Mereka semua terkejut dengan keadaan Maya yang sangat mengkhawatirkan. Di tubuh Maya terdapat luka memar yang sangat serius.
"Kenapa ini bisa terjadi? Sejak kapan tubuhnya seperti ini? Apa dia melukai dirinya sendiri?" Naura penuh dengan pertanyaan.
"Alah, enggak perlu lebai deh! Biarkan aja dia begitu, kan bukan kita yang nyakitin," ujar Luna yang masih ketus dan tidak memiliki perasaan iba.
Naura yang marah menampar Luna hingga mereka bertengkar. Gibran yang sangat kesal berteriak menghentikan pertengkaran itu. Sedangkan Irsyad menghubungi rumah sakit untuk mengirimkan ambulans. Satria dan Oca berusaha membangunkan Maya yang mengeluarkan darah begitu banyak.
"Gibran apa Maya mencoba bunuh diri?" tanya Oca dengan polosnya.
"Enggak mungkin Oca kita tahu Maya orangnya seperti apa kan?" ujar Satria.
"Satria ayo pergi, jangan sampai aku marah!" sahut Luna yang memaksa Satria untuk meninggalkan tempat itu.
"Hentikan Luna!" Teriak Gibran. Lalu dia mendekati Luna dan kembali berbicara, "Gua muak dengan tingkahmu. Lu tahu, apa yang membedakan kamu dengan Maya? Ets, Gua salah lu sangat-sangat jauh dengan Maya. Dengar Lun, Gua enggak suka sama lu bukan karena Gua menaruh hati ke Maya. Tapi karena sikapmu yang tidak pernah berubah. Gua sadar lu bukan wanita yang baik untuk di jadikan teman bahkan pacar. Irsyad sudah pantas mutusin kamu dan aku tidak akan pernah bertanya lagi ke Irsyad kenapa dia bisa begitu membencimu!"
Luna terdiam sambil menahan amarah. Dia tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia cintai berbicara dengan begitu menyakitkan untuknya.
"Semua ini karena wanita brengsek ini! Kebahagian ku sirna karena dia." Luna berkata dalam hatinya sambil mengepalkan tangannya.Tiba-tiba tubuh Maya bergoyang tidak terkendali. Bergetar bahkan ada bekas luka baru di keningnya. Semua merasa begitu aneh tubuh Maya yang penuh dengan luka secara tiba-tiba. Naura begitu mengkhawatirkan keadaan Maya. Air matanya menetes ketika tubuh Maya mulai bergetar tidak karuan. Naura sangat marah dan menyalahkan semua itu kepada Luna.
Luna hanya diam dengan tatapan dinginnya. Seakan dia sudah merencanakan sesuatu kepada mereka. Lama menunggu ambulan datang, segera Maya di bawa ke rumah sakit yang letaknya juga cukup jauh.
Mereka semua ikut mendampingi di dalam ambulan. Bu Ning dan Pak burhan tidak di izinkan untuk ikut karena mereka sudah menghubungi keluarga Maya. Di perjalanan yang begitu berliku-liku. Mobil ambulan tergelincir sehingga menabrak sebuah pembatas jalan. Semua mendapat luka ringan di tubuh mereka. Maya yang tidur di ranjang tandu pun ikut terpental keluar dan hampir tertabrak oleh truk yang melintas.
Jalanan menjadi ramai dengan kejadian tersebut. Mobil ambulan rusak dan tidak dapat berjalan. Sehingga Maya di angkut oleh ambulan yang lainnya. Jarak dari tempat kejadian dengan rumah sakit masih terlampau jauh. Tiba-tiba kecelakan itu terjadi kembali. Kali itu menewaskan sopir ambulan. Semua menjadi penuh dengan luka. Namun Naura merasa sesuatu yang aneh dengan perjalanan mereka.
Pembatas jalan yang menentukan KM 97 membuat Naura yakin bahwa mereka mengalami kecelakaan di tempat yang sama. Akan tetapi KM 97 itu hanya di mata Naura. Mereka semua tidak melihat bahkan memperhatikan bahwa terjadi di KM 97. Maya tiba-tiba berteriak dengan kencang. Lalu berbicara, "Aku tidak akan membiarkan kalian untuk membawanya."
Naura tersentak dia yakin itu adalah suara Luna. Tetapi Luna sedang bersama dengan mereka yang juga merasakan musibah itu. Naura menaruh curiga terhadap Luna. Mereka kembali membawa Maya ke rumah sakit menggunakan ambulan ketiga kalinya. Tiba-tiba Gibran dan Satria merasakan sakit di kepalanya. Di telinga mereka seperti seorang yang membisikkan untuk membunuh Maya.
Dengan pandangan yang kosong Gibran dan Satria bertindak seperti bukan mereka. Naura berusaha untuk menyadarkan mereka berdua. Sedangkan Oca, Irsyad tidak mampu untuk menggerakkan tubuhnya. Naura memukul Gibran dan Satria tepat di wajahnya. Mereka pun sadar dan terkejut ketika tangan mereka sudah memegang benda tajam.
Perawat yang ada di dalam mobil tersebut juga hanya bisa tercengang melihat kejadian yang tidak pernah dia hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horror"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...