Tiba-tiba Maya terlelap dan dia kembali melihat Niko mendapatkan sebuah kekejian dari pacar temannya. Peristiwa itu terlihat jelas, wajah dari pelaku pun terlihat dengan jelas. Begitu Maya kembali, dia langsung berkata, "Aku akan bantu."
"Terima kasih!" ucapnya.
Maya langsung bergegas ke kantor polisi. Dia menjelaskan semua tentang pelaku. Tempat tinggal, bahkan nama si pelaku. Tentu hal itu tidak mudah untuk di percaya bagi pihak kepolisian. Tapi Maya dengan tegas untuk segera menangkap pelaku. Menjamin informasi yang dia berikan adalah kebenarannya.
Polisi cepat meringkus pelaku dalam keadaan mabuk bersama teman-temannya. Maya pun menjadi saksi atas persidangan di pihak korban.
Sebelum kesaksian Maya di perlukan. Dia mendatangi temannya Niko yang bernama Rara. Memberitahu bahwa meninggalnya Niko akibat dari pacarnya.
Tujuan Niko adalah memberi sebuah video. Di mana pelaku telah melakukan perselingkuhan, meminum obat-obat terlarang bahkan berencana ingin membunuh temannya di malam ulang tahunnya.
Maya mempersilahkan Niko untuk menggunakan tubuhnya agar dapat berkomunikasi dengan Rara. Setelah mengetahui kebenarannya Rara mulai berkata jujur, "Sebenarnya aku sudah tahu dia akan melakukan ini. Makanya aku secara tidak langsung membuat kamu untuk menjauh dan tidak menolongku. Karena aku takut temanku ... Hmm, maafkan aku Niko! Seharusnya aku bisa jujur ke kamu!" Rara menyesali segalanya.
Sedangkan pelaku di jerat hukuman seumur hidup di dalam penjara.
***
Bermula dari kisah itu, Maya hingga sekarang selalu bisa melakukan Astral Projection, kapan pun dan di mana pun. Kini saatnya dia harus bisa membuka mata hati temannya untuk tidak berjalan di tempat yang salah.
Tiba-tiba tangan Maya tidak dapat di gerakkan. Terasa kaku bahkan menggenggam pun tidak bisa. Pikiran Maya semakin tidak karuan. Maya yakin, Luna akan lebih leluasa mempengaruhi pikirannya. Maya memejamkan mata dan berdoa. Menghela nafas panjang dan mulai membuka energinya.
Maya melihat Luna melakukan pertapaan di bawah pohon besar. Maya berusaha untuk fokus melihat ke satu titik. Dia juga melihat Satria melakukan hal yang sama dengan Luna. Maya masih memperhatikan apa yang mereka lakukan. Menggores lengan mereka dan meneteskan darah ke dalam sajen di depannya.
"Perjanjian apa yang mereka lakukan? Haa, itu keris Adipramana kan, kenapa bisa di pegang Satria? Hm, ternyata benar yang mereka bilang, bahwa Luna dan Satria sudah melakukan kesalahan. Astaga, kenapa aku tidak bisa mencegah mereka melakukan hal sejauh ini! Buat apa mereka lakukan ini? Apa jangan-jangan Naura menjadi tumbal mereka? Astaga, aku harus memastikan apa benar kecurigaanku ini? Lebih baik aku dalam keadaan sekarang ini. Pasti mereka juga tidak akan menyadari itu." ucapnya pelan sambil melihat sekeliling mereka.
Pergerakan Luna yang aneh membuatnya melihat sisi lain dari Luna. Dia tampak seperti Sara, cara berpakaiannya juga sangat mirip. Maya mendengar sedang berbicara hal yang serius.
"Sat, kamu sudah yakin akan melakukan ini?"
"Iya, aku capek harus selalu di sisihkan antara mereka dua laki-laki yang enggak berguna begitu."
"Aku akan buat Maya bisa tertarik sama kamu dan dengan begitu aku bisa sama Irsyad atau Gibran. Jangan lupakan Oca, kamu harus bisa mengambil barang berharganya untuk kelangsungan ini. Selagi aku mempengaruhi pikiran mereka." kata Luna yang mengingatkan Satria akan tugasnya.
"Iya-iya, bangkek! Lu, kaya bos aja, njir!" sahut Satria.
"Iya dong, kan aku yang bisa melakukannya!"
Maya begitu syok mendengar semua dari mulut mereka berdua. Maya mulai bingung rencana apa yang harus dia ambil. Ketika semua itu ada di pikirannya, Luna melemparkan sesuatu ke arah Maya.
"Ada yang memperhatikan kita." Luna menyadari akan kehadiran Maya.
"Siapa?" tanya Satria.
"Dia, wanita yang aku benci!"
Ketika Luna melemparkan sesuatu dan mengenai bahu kirinya, Maya langsung kembali ke tubuhnya dan memegang bahu kirinya yang terasa sakit yang luar biasa. Menahan rasa sakit itu sampai mengeluarkan air mata.
Ketika Maya merintih kesakitan Irsyad datang dan bertanya, "Kenapa May?"
"Enggak apa-apa!"
"Bahumu kenapa itu?" Irsyad mulai khawatir.
"Tadi aku kepeleset kayanya terkilir!" ucap Maya berbohong.
"Ya, ampun, kok bisa sih! Memangnya licin?" tanyanya kembali.
"Iya, tadi sedikit habis minum tumpah lalu kepeleset!" Kebohongan yang tidak masuk dengan logika.
"Kamu mau ikut enggak? Luna tadi chat kita suruh ke cafe." Irsyad mengajak Maya.
"Cafe? Sejak kapan di sini ada cafe?" Maya bingung dengan ucapan Irsyad.
"Sejak, kapan ya? Entahlah, aku ngikut aja!" ucapannya tidak meyakinkan.
"Haa, kalau kamu diajak tidur di kuburan kamu ikut aja gitu? Yang benar aja lah Syad, di sini enggak ada cafe sejak kapan yang ada itu warung. Coba sadarlah!" Maya mulai kesal.
"Sadar kenapa? Dari tadi aku sadar?" Dia mempertanyakan hal itu.
Maya hanya membuang muka tanpa menjelaskannya. Kebimbangan Maya untuk ikut atau tidak membuat Irsyad menunggu lama. Bahunya yang masih sakit pun mustahil dia bawa untuk pergi. Walaupun tidak berpengaruh dengan yang lain rasa sakit setiap Maya bergerak itulah yang menjadi bahan pertimbangan. Namun di sisi lain dia harus menjaga teman-temannya yang dalam pengaruh Luna. Jika hal itu terungkap mereka tidak akan percaya dengan kebenaran itu. Karena mereka melihat Luna adalah wanita yang baik.
"Oke, tunggu aku! Sebentar aku siap-siap dulu!" jawaban yang terpaksa dia lakukan.
"Oke, aku tunggu di sini enggak?" sahut Irsyad nyeleneh.
"Enggak apa-apa sih! Terserah aja kalau mau lihat aku ganti baju. Tapi, pada saat itu juga matamu ku congkel, lehermu ku patah jadi tiga bagian, mau?" ucap Maya menakuti Irsyad.
"Ih, gila, lu! Enggak-enggak aku keluar aja! Yang ada aku langsung ke neraka jahanam!" ujarnya
Maya tertawa terbahak-bahak, dia merasa senang dengan sikapnya yang bisa konyol seperti dia. Irsyad mendengar ucapan itu langsung menghilang dari hadapan Maya. Maya cukup mahir membuat Irsyad ketakutan.
Melihat Irsyad yang terburu-buru keluar kamar Maya. Gibran bertanya, "Irsyad kenapa?"
"Haha, dia habis mendengar orang psikopat bicara." Maya masih tidak bisa berhenti tertawa melihat ekspresi takut Irsyad.
"Memang siapa?" tanyanya kembali.
"Entah, hahaha! Kamu ngapain ke sini! Sudah sono ikut Irsyad sana. Aku mau ganti baju!" ucap Maya yang sedikit bahagia.
"Mau kemana?"
"Irsyad mau ajak aku kencan, hahaha!" Maya mulai sedikit membuat cerita kebohongan.
"Haa, serius! Kok, bisa? Bukannya dia suka sama Luna kenapa yang di ajak kamu?" tanya Gibran.
"Haha, ya enggak tahu! Sudah sana, kamu mau lihat aku ganti baju?" tanya Maya.
"Haa, ya enggaklah!"
Maya kembali tertawa melihat ekspresi Gibran yang tampak seperti orang bodoh. Gibran pun pergi dan Maya mulai mengganti pakaiannya. Setelah selesai dia langsung keluar. Betapa terkejutnya Maya melihat Luna dan Satria berada di ruang tamu. Maya langsung mengalihkan badannya dan berkata, "Bu Ning dan Pak Burhan mana ya?" Berpura-pura mencari orang lain.
"Yang bener aja, May! Mereka berdua sudah lama meninggal." Irsyad menjelaskan.
Maya langsung tersentak dengan ucapan itu. Dia yakin bahwa itu adalah ulah Luna dan Satria. Membuat semua orang berpikir dan berperilaku tidak biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horror"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...