Maya semakin hari semakin tidak peduli. Membiarkan mereka bicara tanpa merespon dengan baik.
"Kapan kita mulai kesana?" tanya Irsyad."Malam jum'at saja!" jawab Luna.
"Aku enggak ikut." Maya menolak untuk ikut serta.
"Kenapa, May? Kamu masih marah dengan kita?" tanya Satria.
"Tidak!" Maya menjawab dengan ketus.
"Lantas apa yang membuat kamu enggak mau ikut?" tanya Luna.
"Enggak mau aja!" Jawaban singkatnya.
"May, lupakan semua masalah itu, aku yakin kalau kita berhati-hati pasti tidak akan terjadinya sesuatu!" ucap Naura sambil berbisik.
Maya terdiam lama untuk memikirkan keputusan apa yang ia akan ambil. Namun pada akhirnya ia menyetujui dan ikut serta dalam penelusuran ke klinik kosong.
"Oke, malam jum'at jam berapa dan kumpul di mana?" tanya Gibran."Kita langsung ke lokasi aja, nanti aku akan share lokasinya. Jadi kalian mudah mencari!" Luna memberikan saran.
"Oke deal!" ucap semuanya.
Beberapa saat kemudian, Maya pergi ke toilet meninggalkan teman-temannya yang berseru di halaman sekolah. Sesampai di toilet, Maya mencuci muka dengan air. Berharap menjadi segar dan membuang semua pikiran buruknya. Namun ketika itu, Maya melihat seorang siswi masuk dengan menangis. Ia langsung menempati toilet yang kosong dan menangis sejadi-jadinya. Maya yang merasa bahwa suaranya semakin nyaring terdengar di telinganya pun berkata,"Hai, kamu anak baru di sini, Kenapa? Ada yang ganggu kamu? Kok menangis?" Begitu banyak pertanyaan yang di lontarkan Maya. Siswi itu tetap menangis dengan kencang.
Tiba-tiba terdengar suara Brak! Seperti barang yang terjatuh.
"Astaga, apa itu?" ucapnya kaget.Suara menangis berubah menjadi ketawa kecil yang melengking. Maya langsung mengetahui bahwa itu bukanlah manusia. Ia mendobrak pintu yang siswi itu gunakan. Toilet itu kosong tidak terlihat siswi tersebut berada di dalamnya, kemudian Maya berkata, "Kamu mau nakutin aku atau apa? Kan aku tidak pernah mengganggu kamu di sini?" Begitu yang ia ucapkan pada sosok ini.
Suara tertawa semakin nyaring dan melengking. Lalu terdengar suara di sela-sela ketawa itu. Maya memfokuskan pendengarannya. Ia mendengar bahwa seorang siswi itu meminta tolong padanya. Sedikit lirih yang terdengar ia menceritakan bahwa dirinya telah melakukan aborsi di klinik yang mana akan mereka kunjungi. Ia meminta Maya untuk menemukan jasad bayinya yang di kuburkan oleh seseorang@. Maya hanya mengangkat bahunya seakan jawaban dia tidak tahu soal bayi si siswi tersebut. Maya meninggalkan siswi itu tanpa memberi jawaban yang pasti. Ia kembali kepada teman-temannya yang masih sibuk dengan obrolan konten mereka.
Tiba-tiba Maya merasa tubuhnya lemas, ia terjatuh dan pingsan. Ketika bangun ia sudah berada di gedung terbengkalai. Berdiri sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Lalu berjalan perlahan melihat sekeliling sambil memanggil teman-temannya. Suasana gelap menyelimuti tempat tersebut. Tanpa ia sadari di tangan kirinya sudah ada lilin kecil yang menyala dan itu tidak tahu datang dari mana. Tak beberapa lama Maya mendengar suara yang familiar di telinga, seakan ia mengenal suara itu. Tentu dia mengenali suara tersebut, ia melihat keenam temannya mengunjungi gedung tersebut. Namun ketika ia menyapa dan menyentuh tubuh mereka, tubuhnya seakan menembus. Ia terkejut dan berpikir bahwa dia sudah meninggal.
Namun beberapa saat kemudian muncul tubuh Maya yang sedang melihat ke kanan dan ke kiri. Ia mengikuti dengan perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan gerakan yang membuat mereka takut.
Ketika beberapa langkah maju, Maya di dunia yang kedua melihat sosok siswi yang bertemu di toilet sekolah. Siswi itu menunju ke sesuatu tempat di mana awal berakhir nyawanya. Maya mengikuti beberapa saat lalu tiba-tiba terbangun dan kembali ke dunia nyata.
"May, kamu kenapa?" tanya Gibran.
"Enggak apa-apa cuma sedikit pusing." Maya sambil memegang kepalanya.
"Kita bawa ke rumah sakit, yok!" Saran Oca yang khawatir.
"Eh, eh enggak perlu aku izin pulang aja, mungkin cuma butuh sedikit istirahat," sahut Maya.
"Aku antar, ya!" ujar Gibran.
"Gua aja, May ... yang antar." Satria menyerobot pembicaraan. Mereka pun bertengkar kesekian kalinya.
"Sudah, aku pulang sendiri aja, ribet banget punya teman kaya kalian!" jawab Maya dengan sedikit keras.
Ia meninggalkan teman-temannya yang bertengkar. Selama menuju ke rumah, Maya selalu mendapatkan gambaran yang membingungkan. Dia melihat mereka berada di hutan yang lebat. Bayangan itu berkali-kali muncul yang dia pun tidak mengerti apa arti dan maksudnya dari gambaran tersebut.
Sesampai di rumah, anjing kesayangan Maya menggonggong ke arahnya. Maya berusaha menenangkan anjingnya dengan mengelus dan berkata, "Moli, dia enggak apa-apa tenang ya!".
"Mba Maya sudah pulang, kok cepat mba? Mba sakit? Mbok buatkan sup, ya?" kata Mbok Jah pembantu rumah tangga.
"Enggak apa-apa Mbok, enggak perlu di buatkan, saya hanya pusing sedikit saja! Masih aman kok tenang." Maya sambil mengangkat jempolnya seakan semua baik-baik saja.
"Haduh, saya khawatir Mba, kalau ada apa-apa dengan keadaan Mba, Maya!" jawab Mbok Jah.
"Iya, Mbok terima kasih, ya... saya naik ke atas dulu untuk istirahat. Oh, iya Mbok, kalau nanti melihat sesuatu jangan kaget, ya! Dia enggak apa-apa kok!" ujar Maya memperingati.
"Mba, Maya bawa pulang apa lagi?" tanya Mbok Jah. Seakan ia sudah paham dengan kebiasaan Maya yang sering di ikuti oleh sesuatu.
"Kali ini anak SMA, Mbok ... biasa ada sesuatu yang belum tuntas urusan dunianya. Ya, sudah saya istirahat dulu ya, Mbok!" ujar Maya lalu pergi menaiki anak tangga.
"Mba Maya suka aneh-aneh, kenapa coba harus bawa pulang segala. Rumah jadi penampungan setan kali ya... coba penampungan anak yatim aja Mba, berkah! Tapi ya, bagaimana aku harus maklumi punya majikan yang spesial begini. Lagian mungkin juga Mbak Maya tidak ingin ini terjadi tapi ya, sudah takdir. Hm, extra harus sabar, dah!" gumam Mbok Jah.
Maya yang berada di kamar, langsung merebahkan diri dan memejamkan matanya. Ketika semua yang ia lalu tidak terasa sudah sepuluh tahun menjalankan. Ia hanya bisa menghela nafas panjang di sela-sela rebahannya.
Pikiran hanya sebuah misi yang kian rumit setiap bertambahnya usia.
"Seandainya, orang tuaku masih ada, mungkin aku tidak akan mengalami masa sulit ini hanya seorang diri! Huuff, kadang aku merasa dunia ini kejam kepadaku. Setiap hari dan setiap saat aku harus berusaha untuk beradaptasi dengan semuanya. Tante dan Paman untungnya mengenalku lebih dari diriku sendiri. Mungkin Tuhan juga adil kepadaku, aku kehilangan orang tua tapi aku mendapatkan orang tua baru yang sayangnya tidak pernah kurang kepadaku. Kalau aku bisa meminta aku ingin bertemu dengan mereka. Aku ingin memeluk dan menangis Sekencang-kencangnya. Mama, Papa Manusia itu kejam! Kenapa Tuhan menciptakan manusia yang serakah, sombong, angkuh bahkan suka memanfaatkan seseorang. Why? Aku juga merasa semua temanku hanya ingin kelebihan ku. Aku lelah harus begini! Aku lelah harus menerima semua ini! Entah, sampai kapan aku merasa lelah." Gumamnya dalam hati."Dug!" Bunyi suara benda terjatuh.
Maya langsung duduk dan melihat, ternyata itu adalah siswi yang mengikutinya. Memandang Maya tanpa berkata apa pun. Maya yang merasa risih dengan pandangan kosong itu berkata, "Menurutmu, kalau kamu lihat aku dengan cara begitu aku takut begitu? Setan aneh, kalau kamu enggak mau bicara ya, pergi dari kamarku. Indah, Indah! Suruh dia pergi!" Maya memanggil makhluk tak kasat mata yang lainnya untuk mengusir siswi itu.Ketika dia di usir oleh indah, hantu yang pernah di bantunya ketika terjadi tragedi kebakaran yang menewaskan banyak warga terutama dia, dengan cara di geret seperti anak kucing. Maya tentu tertawa terbahak-bahak hingga tak kuasa menahan air mata yang sedikit menetes ke pipinya. Namun, karena kasihan Maya menghentikan tarikan yang di lakukan Indah dan menyuruhnya melepaskan siswi tersebut. Di tambah lagi dengan ucapan Indah yang berkata,"Hantu bodoh."
Maya semakin tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horror"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...