Chapter 9

249 21 0
                                        

"Aku melihat sosok di atas kepala Oca!"

"Tolong, May! Aku takut!" kata Oca yang gemetar.

Maya perlahan mendekat dan ingin meraih tangan Oca. Tiba-tiba muncul sosok kembali di samping Luna. Maya pun mengodekan kepada Luna, namun Luna tidak mengerti kode yang diberikan Maya. Ia berhasil meraih tangan Oca dan segera menarik tangannya. Namun Oca justru malah tercekik. Kemudian Maya melepaskan genggamannya. Semua panik ingin menolong, namun mereka takut. Sosok itu menunjukkan wajah mereka yang sangat seram.

"Aku akan membuka energi yang lebih besar," ucap Maya. "Kalian jangan takut aku akan menjaga kalian semua. Jangan teriak jika kalian melihat mereka." Maya mulai membuka energi yang lebih besar.

"Aaaaaa!" Tentu Mereka berteriak histeris.

"Lihat hatiku, aku akan memberi semua energi baik, kalau kalian begini kalian tidak akan menemukan cahaya terakhir seperti ini. Tunjukkan aku jalan menuju tuan kalian. Aku akan sempurnakan tubuh kalian. Aku akan doakan kalian walau itu sulit." Maya berkata demikian.

Sosok itu pun hilang, keadaan Oca kini sudah lebih aman dan mereka melanjutkan perjalanan. Perjalanan mereka kali ini aman dari segala sesuatu karena Maya masih membuka energi itu untuk menjaga semua temannya.

"Astaga kasus kali ini sangat mengerikan sekali! Apa benar aku melihat itu!" ucap Irsyad.

"Iya, kaki ku masih bergetar!" sahut Satria.

Tak beberapa lama, Maya dan teman-temannya, sampai di rumah Pak Sugeng. Suasana malam itu cukup biasa, dengan rumah yang terang benderang seperti rumah-rumah pada umumnya di lingkungan itu. Ketika mereka melangkah, tiba-tiba seorang wanita keluar dari rumah tersebut. Maya langsung mendekatinya dan bertanya, "Permisi, ada Pak Sugeng di rumah ini?"

Wanita itu sedikit terkejut dan menatap mereka dengan curiga, "Kalian siapa? Kenapa mencari suami saya malam-malam begini? Mau berobat?"

"Kita di sini!" ucap Satria terpotong, mencoba untuk memberikan alasan.

Maya segera menutup mulut Satria dengan cepat sambil berkata pelan, "Ssstt, iya, kita di sini mau berobat. Teman saya sedang sakit." Sambil berusaha menarik Irsyad yang tampak cemas.

"Eh, eh, aku?" Irsyad mencoba bicara, namun Maya segera menyuruhnya diam dengan cepat.

"Baiklah, sebentar!" jawab wanita itu dengan sedikit keraguan, tetapi Maya bisa merasakan bahwa mereka mungkin perlu mencari alasan yang lebih baik jika ingin tetap berada di situasi yang aman.

Wanita itu masuk dan terdengar memanggil suaminya. Tidak beberapa lama keluarlah Pak Sugeng.
"Ada apa ramai-ramai ke sini?" tanyanya.

"Saya, ke sini mau mengantar teman saya berobat!" jawab Maya.

"Tapi kenapa pakai bawa kamera dan lain-lainnya!" tanyanya kembali.

"Saya mau merekam kegiatan pengobatannya, sekalian promosikan pengobatan itu." Maya mulai menyusun rencana.

"Tidak bisa, saya tidak bisa melakukannya. Kalau mau berobat hanya satu orang saja yang boleh masuk ke ruangan saya!" Dia mulai mencurigai.

"Kalau begitu saya dulu!" balas Maya.

"May, kamu gila? Kalau terjadi sesuatu sama kamu gimana?" ujar Gibran berbisik.

"Sudah tenang saja, baik saya akan menyuruh mereka semua untuk di sini dulu! Satria aku pinjam kamera kecilmu!" Maya berbisik.

Maya masuk ke dalam rumah, istrinya di suruh pergi beberapa jam. Pandangan istrinya ke Maya seperti aneh. Ia seakan tidak suka dengan Maya yang akan berobat dengan suaminya. Mata  Maya mulai melihat-lihat sekitar rumah. Banyak barang-barang antik yang ia miliki.

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang