Chapter 30

136 9 0
                                    

Maya semakin kesakitan tapi dia berusaha untuk santai. Lalu, Maya berdiri menghampiri Luna yang masih menatap dirinya.

Maya duduk tepat di hadapannya, berusaha untuk tidak terbawa emosi. Maya memegang tangan Luna dan berkata, "Kamu enggak harus melakukan ini. Aku sudah pernah bilang kalau kamu ingin aku mati di hadapanmu, aku siap. Walaupun aku harus menggunakan tangan ini."

Luna hanya diam sambil mengekspresikan marah. Sedangkan teman-temannya tidak memperhatikan karena Luna duduk berjauhan dari mereka.

"Tapi kalau kamu ingin menyakiti teman-temanku. Aku akan gunakan tangan ini untuk menggagalkan semua itu. Ingat Lun, hidup itu hanya sekali. Jika kamu mati Tuhan tidak akan pernah menghidupkan kamu kembali, jadi disisa hidupmu gunakan hal yang baik. Begitu juga diriku, aku akan gunakan sisa hidupku untuk membuat temanku sadar akan kesalahannya dan kembali seperti manusia yang sepatutnya bersikap baik. Aku tau kamu kemari bukan hanya semata-mata untuk menghibur mereka. Tetapi karena niatmu. Semoga kamu pikirkan ucapanku ini, kalau menurutmu aku salah. Mau kapan pun aku siap aku hilang dari dunia." Maya berusaha untuk menyadarkan temannya untuk kembali bersikap sewajarnya.

Tetapi dengan sifat keras kepala yang dimiliki Luna tidak mudah untuk diubah dalam hitungan detik. Luna masih mengelak bahwa dia merencanakan sesuatu. Sedangkan Maya tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Dia akan terus berusaha untuk tidak dalam kondisi dan situasi seperti ini dan kembali di kehidupan biasa sebagai seorang murid SMA. Mungkin langkah yang telah diambil adalah kesalahan terbesar mereka saat ini.

Keinginan populer di kalangan anak muda, membuat mereka harus mengambil hal yang sangat berbahaya. Mengandalkan kemampuan salah satu temannya, juga membuat mereka menggampangkan segala hal.

***

"Weh, Gua pulang duluan ya?" ucap Luna.

"Kenapa?" tanya Oca.

"Lagi ada kesibukan," katanya sambil membawa tas selempang.

"Ya, kalau begitu kita pulang juga lah Ayo, May!" Gibran mengajaknya.

"Kalian di sini aja! Semua aku sudah bayar kok tinggal kalian happy-happy di sini aja oke!" ucapnya mencurigakan.

Luna pun pergi tanpa Satria. Maya melihat pergerakan Luna yang mencurigakan. Tangannya melakukan hal aneh yang Maya yakin ini kejutan selanjutnya. Makanan dan minuman sudah ada di hadapan mereka. Ketiga temannya asik menyantap makan itu dengan lahap. Hanya Maya dan Satria yang tidak mengambil makanan itu.

Makanan itu terlihat tidak seperti selayaknya makanan dimata Maya. Dia menggebrak meja dan membuat makanan itu tumpah dan berserakan di lantai. Maya melihat sekelilingnya, cafe itu tampak sepi tidak seperti cafe pada umumnya.

"May, kenapa? Makanannya tumpah semua!" ucap Gibran.

Maya tidak merespon ucapan Gibran, dia masih melihat sekeliling cafe. Pelayan, kasir, dekor seakan berubah sedikit demi sedikit dimata Maya.

"Maya, kamu kenapa? Ada yang aneh kah dengan tempat ini?" tanya Oca dengan lembut.

Maya tetap tidak merespon sedikit pun. Maya fokus pada perubahan situasi dan suasana di cafe. Satria yang mengetahui bahwa Maya telah menyadarinya, ia menepuk pundak Maya. Maya langsung memegang tangan Satria dan melintir. Satria menatap mata Maya dan mereka langsung seakan berpindah ke dunia Kedua.

"Au, sakit May!" ujarnya.

"Aku sudah bilang sama kamu kan, aku enggak akan membiarkan siapa pun melakukan kejahatan."

"Apa? Maksudnya apa?"

"Kamu tau maksudku apa, jangan sampai kesabaranku habis. Aku minta kamu jujur satu hal, perjanjian apa yang kalian lakukan?"

"Perjanjian apa sih May? Aku enggak ngerti kamu ngomong apa?"

"Aku tanya sekali lagi, perjanjian apa yang sedang kalian lakukan?"

"Apa, enggak ada! Please deh, kamu kenapa sih?"

Maya melintir tangannya lebih dalam. Itu membuat Satria sangat kesakitan. Maya berharap dia dapat jawaban dari semuanya, namun itu tidak mudah, Satria tidak berterus terang dan menutupi semuanya.

"Maaf, tapi aku enggak bisa kasih tau!"

Maya melepaskan genggamannya dan melanjutkan percakapan mereka, "Kalau begitu aku akan tinggal kamu di sini!"

"Jangan-jangan, please! Aku enggak bisa kasih tau apa itu? Karena kalau itu terjadi aku akan tiada?" jawab Satria yang tertekan.

"Oke, kamu sudah dewasa, seharusnya kamu bisa berpikir jernih! Perilaku yang tidak baik harusnya kamu juga bisa menilai."

Tak beberapa lama tubuh mereka kembali ke dunia nyata. Maya melepaskan genggaman itu dan menunjukan ke teman-temannya. Betapa terkejutnya ketika Maya membuka batin mereka. Mereka melihat makanan dan minuman itu bukan lah makan yang lezat melainkan belatung dan darah yang sangat amis. Bau ruangan pun semakin menusuk hidung. Semua terheran-heran melihat tempat tersebut berubah dengan sedemikian cepatnya.

Mereka bertiga memuntahkan makanan yang telah tertelan ke perut mereka. Ketidakpercayaan mereka dengan apa yang telah terjadi. Mereka bertiga memastikan bahwa dia tidak salah melihat. Gibran berjalan ke depan terus melihat ke titik itu. Tiba-tiba Maya menarik Gibran hingga terjatuh, dia langsung menampar Gibran dan berkata, "Pakai matamu dan lihat ke sana?"

Terlihat di depan mereka jurang yang sangat terjal. Gibran langsung lemas dan jantungnya seakan terhenti sejenak. Membayangkan apa yang akan terjadi jika Maya tidak menarik dirinya.

"Makasih ya, May! Ini tempat apa sebenarnya?" kata Gibran.

"Sebaiknya kita pulang, mungkin seseorang akan jelaskan semua!" ucap Maya sambil melirik tajam ke arah Satria.

Sesampainya di rumah, Maya langsung duduk di kursi ruang tamu. Memulai dengan perkataannya yang membuat Satria berhenti melangkah dan duduk di sampingnya. Satria mulai mengungkapkan. Dia bercerita dari awal mulai mereka ingin ke tempat ini.

***

Selepas mereka berkunjung ke gedung terbengkalai bekas rumah sakit aborsi. Luna memberitahu Satria bahwa dia telah menemukan tempat yang akan di jadikan lokasi horor selanjutnya. Luna selalu membaca artikel-artikel yang menceritakan tempat tersebut hingga peristiwa-peristiwa yang belum terpecahkan. Luna dengan sengaja berita yang beredar dan viral di sebar. Luaskan olehnya memakai akun yang lain. Hingga berita itu dengan sengaja juga di tag melalui instagram dan twitter pribadi Gibran.

Luna tau bahwa Gibran sedang mencari-cari lokasi untuk membuat konten dan itu kesempatannya untuk memberitahu lokasi tersebut. Di tambah lagi dengan rumor yang terapik di daerah itu adalah banyak orng yang melakukan sebuah pemujaan, kekayaan, kecantikan, pelet, gendam bahkan ilmu Hitam seperti santet, teluh dan lain sebagainya.

Itu juga salah satu alasan Luna bersemangat untuk ke tempat itu. Di sisi lain ada rasa kecemburuan yang tidak bisa dia ungkapkan. Perhatian teman-temannya untuk Maya selalu membuatnya kesal dan marah. Beberapa kali dirinya mencoba untuk melakukan hal yang membuat Maya sakit. Tetapi tidak berjalan dengan lancar.

Pergi ke dukun untuk membuat Maya seperti orang gila pun tidak berjalan dengan lancar. Dia hanya mengeluarkan uang tanpa pasti keberhasilannya. Hingga mereka melakukan perjalanan itu melalui jalur laut. Menggunakan kapal untuk berlayar menuju ke lokasi adalah salah satu rencana Luna.

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang