"Ya, benar banget aku cuma butuh perhatian kalian aja!" Maya langsung berbicara depan mereka.
"Eh, May! Bu- bukan begitu!" ujar Luna.
"Oh, enggak apa-apa! Memang aku cuma butuh perhatian, secara aku hanya anak yatim piatu bukan? Oca tolong bilangin semuanya aku tidak ikut untuk penelusuran nanti malam! Buat apa saya ikut, saya hanya orang lebai yang butuh perhatian." Maya begitu marah dan sakit hati.
Ia memutuskan untuk tidak ikut membuat konten. Hingga Oca melaporkan kepada teman yang lainnya. Luna pun mendapat omelan dari semua temannya.
"Ya, sudah sih, biasa aja! Gua tahu kalau salah tapi biasa aja lah! Emang benarkan Maya itu cuma butuh perhatian bukan benar-benar bisa!" Luna semakin mencaci Maya.
"Gila lu ya? Lu, enggak ingat berapa bulan yang lalu hilang di danau? Kita semua pun enggak tahu kamu hilang di mana dan berada di dekat apa? Tapi Maya dengan kemampuannya bisa menemukan kamu hingga sampai sekarang ini kamu masih bernapaskan, pikir bego!" Sahut Satria.
Luna pun terdiam sambil berpikir jawaban selanjutnya.
"Terus kamu hampir di bunuh orang siapa yang tolong kamu duluan, Maya kan? Coba berpikir kalau mau bicara, dasar cewek murahan!" Ujar Irsyad."Diam kalian semua, bangsat! Kalian malah bela cewek begitu dari pada saya?" balas Luna.
"Ya, jelaslah bego, pantas aja kamu di bilang kaya sampah sama Maya! Eh, bener mulutnya macam sampah!" Naura pun ikut emosi.
Mereka pun bertengkar dengan saling melontarkan kata-kata kasar. Gibran yang mendengarkan itu lalu pergi ke rumah Maya. Sesampainya di sana Gibran dipersilahkan masuk oleh Tantenya dan segera memanggil Maya untuk turun. Ketika Maya melihat Gibran menunggunya di ruang tamu, ia langsung membalikkan badannya dan mulai melangkah untuk pergi.
"Tunggu, May!" Gibran menghentikan langkah itu."Aku minta maaf atas perkataan Luna barusan!" Kata Gibran melanjutkan ucapannya.
"Buat apa?" balas Maya.
"Haa, apanya buat apa?" Gibran merasa heran.
"Buat apa kamu yang minta maaf?" Jawab Maya.
"Ya, karena aku enggak mau semua berlarut panjang!" ujarnya.
"Di situ ada pintu kamu tahu cara keluar sendiri kan?" balas Maya yang masih marah.
Ia pun pergi menuju ke kamar dan menutup telinganya dengan bantal.
"Maya... enggak boleh bicara begitu, Maya!" kata Tante memanggil."Sudah, Tante saya mengerti mungkin perlu waktu dia bisa memaafkan teman saya. Saya permisi dulu selamat sore!" Kata Gibran berpamitan.
Ia melangkah keluar rumah dibalik mobilnya Gibran melihat kearah jendela kamar Maya. Terlihat Maya yang melihat ke arahnya kemudian menutup jendela tersebut.
Ia berbaring di kasur empuknya, memikirkan semua hal yang Luna ucapkan tentang dirinya. Dalam hatinya berkata sambil memandang langit-langit kamar, "Kenapa sih... Kenapa?"
Tiba hantu siswi datang dan mulai berbicara, "Kamu, lupa sama janjimu?" tanya Siswi hantu.
"Aku tidak pernah berjanji sama hantu!" ujar Maya.
"Kamu tidak mau membantuku!" ucap siswi hantu.
"Dari awal aku enggak bicara ingin membantu!" Maya menjawab dengan ketus.
Siswi tersebut marah ia memperlihatkan wajahnya yang seram. Maya hanya diam tanpa ada ekspresi yang takut. Semua barang yang ada di kamar Maya, berhamburan dan berantakan. Maya tetap diam melihat tingkahnya yang mengobrak-abrik kan barang. Begitu ia ingin memegang tubuh Maya. Maya langsung memegang tangannya. Genggaman Maya kian keras hingga siswi tersebut kepanasan dan meminta ampun padanya.
"Aku tidak pernah berkata ingin menolongmu. Aku tidak pernah berjanji akan menemukan bayimu. Aku tidak pernah menyuruhmu untuk mengikutiku." Begitu Maya ucapkan padanya.
"Aku mohon tolong aku! Setelah ini aku akan pergi selamanya!" katanya memohon.
"Lihat nanti jika hatiku mulai tenang," balas Maya.
***
Tiba waktu mereka penelusuran tanpa Maya. Mereka berkumpul di depan klinik terbengkalai itu. Masing-masing memiliki perannya, memegang lampu dan kamera. Di depan gedung itu tertulis di larang masuk. Namun mereka tetap masuk ke dalamnya. Mereka menelusuri setiap ruang yang ada di gedung tersebut.
Beberapa jam kemudian Maya datang. Ia memandang suasana, aura gedung tersebut dari luar. Setelah itu dia masuk dengan pelan, lalu dia teringat akan gambaran yang pernah ia lihat.
"Oh, ini yang dimaksud gambaran itu, aku yakin mereka sudah ada di dalam." ujar Maya yang melihat sekeliling ruang itu.Maya menelusuri ruangan demi ruangan. Tiba-tiba Maya mendengar suara yang sangat jelas di telinganya. Suara itu seakan familiar di telinganya. Maya yakin bahwa itu adalah suara dari Teman-temannya dan terdengar teriakkan meminta tolong.
"Gibran... tolong buka kan!"
"Aku enggak bisa buka... tunggu sebentar!"
Maya menghampiri suara tersebut dan tidak sengaja bertabrakan dengan Gibran yang sedang berlari mencari pertolongan.
"Maya!" Gibran terkejut dengan keberadaan Maya di waktu yang tepat.
"Aduh, sakit!" Maya kesakitan sambil memegang sikunya.
"Kamu datang!" tanya Gibran.
"Aku bukan datang untuk kalian!" ucap Maya.
"Tolong aku buruan, mereka terjebak di ruang mayat!" Gibran terlihat panik.
"Kamar mayat? Bukannya itu tempat?" ujar Maya yang kian mendapat jawabannya.
Maya pun langsung pergi ke kamar jenazah. Mereka terkunci di dalam dengan ruang yang gelap. Di sisi lain Maya sangat senang mereka dapat ganjarannya telah bersikap tidak baik padanya. Namun di sisi lain juga dia merasa kasihan pada mereka.
"Aku harus cepat buka ruang ini!" Gumam Maya yang mendorong ruang tersebut.
Gibran dan hantu siswi juga ikut membantunya. Dengan kekuatan penuh pintu itu terbuka dan mereka melihat Maya yang menolongnya.
"May, Terima kasih!" ucap Oca memeluk.
Namun Maya terfokus dengan tempat penyimpanan jenazah. Ia melihat sekeliling dengan memperhatikan sisi tempat itu. Tiba-tiba Maya melihat ada cela yang masih sedikit terbuka. Ketika ia buka, bau busuk menyebar ke seluruh ruang. Satria tidak ketinggalan langsung menyalakan kameranya.
"Sisil, nama mu Sisil, ini apa? Haaa, ini fotomu sama pacarmu?" ujar Maya.
lalu seketika Maya terjatuh dan mendapatkan bayangan atau adegan ketika mereka melakukan aborsi. Sisil dipaksa oleh pacarnya yang bernama Indra untuk melakukan aborsi. Semua terlihat dengan jelas, setelah itu Maya kembali ke tempat semula.
"Aku tahu dia menguburkan bayimu di mana!" kata Maya pada Sisil.
Teman-temannya merasa heran dengan Maya yang berbicara sendiri dan bertingkah aneh. Ia pergi dari ruangan tersebut menuju ke belakang klinik. Maya menyuruh Gibran dan Irsyad untuk menggali tanah yang ia tunjuk.
Benar saja mereka menemukan sehelai kain putih yang berbau busuk. Setelah itu ia langsung menelepon polisi dan tempat tersebut dipasang garis kuning.
"Permisi adik-adik siapa di antara kalian bernama Maya?" tanya Polisi."Saya." jawab Maya.
"Mari ikut saya, kamu harus memberi sebuah keterangan di kantor polisi!" ucap Polisi.
"Baik!" Maya menjawab dengan tegas dan berani.
Beberapa jam kemudian tempat itu di usut kembali. Sedangkan mereka pulang dan berkumpul di rumah Gibran. Mendiskusikan tentang apa yang terjadi pada mereka. Hingga pertanyaan demi pertanyaan mengenai Maya yang mengetahui semua yang ada di situ. Mereka terdiam sejenak, memikirkan apa yang sedang mereka lakukan.
"Itu beneran terjadi?" tanya Irsyad.
"Iya... semoga saja ini mimpi!" Satria tampak syok.
"Itu bukan mimpi, itu benar-benar mayat yang sudah membusuk!" balas Naura dengan ekspresi darat.
"Sepertinya aku tadi salah makan, ya!" ujar Oca konyol.
"Itu beneran mayat orang?" Luka juga sedikit bengong.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horror"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...