"Kenapa aku tidak bisa mengingat sama sekali, tapi perasaan apa ini kenapa seperti mengenal nama itu." Bergumam dalam hatinya.
"Kamu bukan Ambar yang aku kenal. Ambar tidak akan berani melawanku bahkan berkata dengan nada seperti itu. Siapa kau?" tanyanya penuh curiga.
"Kenapa, apa kamu takut?" balas Ambar alias Maya.
"Aku yakin kau bukanlah Ambar, dari nada bicaramu sudah menunjukkan bahwa kau bukan dia!" Perasaan Adipramana semakin mencurigai.
"Aku adalah Ambar yang kau cintai, namun kau juga yang ingin aku melakukan ini!" ucap Maya yang semakin kehilangan jati dirinya, seakan mulutnya ingin berkata seperti itu.
"Ambar, kamu sudah tahukan bahwa ini untuk keselamatan desa. Apa kamu tidak mau membantu warga desa yang kekurangan ini?" jawab Adipramana.
Ambar alias Maya berusaha untuk berdiri dengan keterbatasan tenaga itu. Ia menunjuk wajah Adipramana dan mengatakan bahwa dia akan mencari cara untuk kemakmuran desa dan tidak harus mengorbankan sebuah nyawa. Adipramana terteguh mendengar ucapan Ambar. Namun tetap dia ingin mengorbankan Ambar untuk kemakmuran.
Lalu Adipramana membuka pasungnya. Menyuruh Ambar untuk masuk ke rumahnya. Tidak beberapa lama, ketika Ambar membersihkan dirinya, datang seorang berkulit putih. Dengan bahasa yang agak sulit untuk dimengerti.
"Waar is die vrouw ( Mana perempuan itu)?" Dia mulai berbicara.
"Waarom? hij hoort bij ons dorp, niet bij jullie blanken ( kenapa? dia milik desa kami, bukan untuk kalian kulit putih)." jawab Adipramana dengan nada tegas.
"Kamu bisa bahasa kami!" Dia terkejut ketika Adipramana membalas dengan bahasa Belanda.
"Tidak butuh waktu yang lama untuk aku mengerti bahasa kalian." Dengan gagah dan berani Adipramana menyodorkan kerisnya pada mereka.
Ambar mendengar adu mulut itu di dalam rumah. Ia keluar dengan cara polosnya bahkan tidak tahu bahwa mereka menginginkannya. Walaupun Ambar masih berusia muda ia adalah wanita yang sangat pemberani. Walau itu hanya memanipulasi kehidupan aslinya.
"Ambar, kenapa kamu keluar? Cepat masuk!" Perintah Adipramana.
"Siapa mereka? Kenapa mereka terlalu banyak ke sini? Kenapa mereka membawa senapan? Siapa wanita itu?" Banyak pertanyaan yang Maya keluarkan.
"Hai, hai, Ambar! Wanita yang sangat cantik dan masih muda! Ikut denganku, aku terpesona dengan dirimu!" ucapnya.
"Honey, dia lucu sekali! Wajahnya sangat cantik, dia cocok untuk jadi anak kita, bukan begitu!" sahut Wanita yang bersamanya.
"Tidak! Aku bukan milik siapapun! Siapa kalian beraninya ingin menjadikan ku anak kalian!" ucap Maya.
Karena marah mereka menghancurkan rumah yang di huni Maya dengan brutal. Beberapa dari warga pun ada yang mengalami luka yang serius. Mereka pergi membawa beberapa orang untuk di jadikan tawanan. Adipramana memerintahkan untuk mengevakuasi yang terluka.
Adipramana adalah orang yang sakti pada zaman itu. Usianya sudah masuk kepala tiga, namun dia belum beristri. Dia dapat menyembuhkan seseorang bahkan dengan mudah mengabulkan permintaan warganya. Namun permintaan yang mereka ajukan bukanlah hal yang mudah. Mereka terkadang harus membayar dengan nyawa mereka untuk mendapatkan sesuatu. Tetapi dengan kemunculan Ambar di desa itu membuat semua orang beralih meminta bantuan kepada Ambar bukan kepadanya.
Sedangkan Ambar gadis berusia tujuh belas tahun, berparas cantik selalu menguraikan rambutnya yang panjang dan indah. Suaranya halus dan merdu. Dia terlahir dengan keistimewaan, tangannya bagai malaikat yang dapat menyembuhkan siapa pun. Ambar di juluki sebagai kembang desa oleh semua warga. Harum tubuhnya pun tidak pernah pudar walau dia bekerja di bawah sinar matahari.
"Ambar tetap di dalam, jangan pernah keluar dan tampakkan wajahmu di luar." Perintahnya.
"Siapa kamu yang menyuruhku untuk itu?" Maya masih sangat benci dengannya.
"Aku tidak ada waktu untuk bertengkar denganmu! Semenjak kamu melakukan ritual itu sikapmu aneh!" jawabnya.
Maya pun terhentak dan dia langsung berkata dalam hatinya, "Tentu saja aku berubah, sebab aku bukan Ambar bodoh!"
Maya duduk di bangku rumah. Datang salah satu warga yang mengalami luka di lengannya. Ia mengajukan pertanyaan kepada Maya, "Apa kamu benar Ambar yang aku kenal?" ucapnya sangat halus dan lembut.
"Kenapa?" jawab Maya.
"Tidak! Aku hanya ragu!" sahutnya dengan memelas.
"Menurutmu aku siapa?" tanya Maya.
"Aku lihat dari parasnya ya pasti Ambar, tetapi dengan sikapnya, seperti bukan Ambar!" ujarnya mengamati.
"Ya, sudah kalau kamu merasa begitu! Itu kenapa tanganmu? Sakit!" Maya memperhatikan lengan wanita itu.
"Ini bukan luka berat, apa kamu tidak mengenalku?" tanyanya lagi.
"Ssst, kamu terlalu berisik! Sini lukamu biar aku lihat! Aku tidak mengenalmu, bahkan semua orang di sini juga tidak ku kenal." Maya seperti frustasi.
"Apa? Kamu tidak mengenalku?" balasnya terkejut sambil terus memandang Maya.
Maya memegang luka itu, tanpa ia sadar luka tersebut sembuh dengan sendirinya. Wanita itu terkejut dengan perihal itu. Dia yakin Ambar bukanlah Ambar yang sebenarnya. Namun ketika luka itu sembuh dia sedikit merasa bahwa Ambar adalah Ambar yang dia kenal.
Wanita itu terus memandang Maya dengan penuh harapan. Dia berharap orang yang di hadapannya adalah Ambar yang penuh lemah lembut. Maya pun merasa bahkan mendengar suara hati wanita itu. Maya hanya menunduk sambil berkata dalam hatinya, "Jika aku bisa menjelaskannya pasti aku akan jelaskan yang sebenarnya. Aku pun tidak yakin soal itu, biasanya aku tidak sepanas ini kepada orang lain. Hmm, kenapa aku belum bangun juga di balik mimpi ini? Semoga aku tidak melupakan jati diriku dan mengapa aku kemari? Astaga, ini membuat aku bingung. Bagaimana keadaan mereka di sana? Semoga mereka akan baik-baik saja."
"Ambar, aku adalah Sara! Teman kecilmu, kenapa kamu melupakan aku? Sejak saat itu aku selalu mengkhawatirkan mu. Aku selalu berdoa dan meminta kau baik-baik saja. Kenapa kamu lakukan itu untuk semua warga desa? Padahal mereka sudah jahat denganmu beberapa hari yang lalu. Aku tahu kamu selalu bilang kepadaku bahwa tidak perlu mengharapkan balas budi dari orang lain ketika kamu ikhlas membantu. Tapi semua itu tidak adil untukmu, semua musibah yang ada di desa bukanlah karena mu. Semua itu pasti karena ulah orang yang tidak suka kepadamu contohnya Tuan Adipramana. Dia selalu bersikap keji kepadamu!" Dia ungkapkan keluh dan kesahnya di hadapan Maya.
"Apa kamu tidak takut berbicara seperti ini kepadaku? Aku bukanlah Ambar yang kau kenal. Bisa saja aku akan menyerangmu suatu hari nanti. Jika kamu teman Ambar seharusnya kamu tahu siapa yang berniat mencelakakan dan ingin memfitnah! Kamu sadar akan hal itu? Jika Ambar adalah temanmu mengapa kamu tidak membantunya untuk keluar dari zona itu." Maya balik menginterogasi wanita yang bernama Sara.
"Aku tahu dan menaruh curiga dengan Tuan Adipramana tapi di sisi lain dia sangat mencintaimu! Itu hal yang mustahil untuk dia berbuat jahat kepadamu," ujar Sara.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horor"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...