Ruang sepi dan hampa yang begitu gelap. Maya terbangun di ruang itu. Nafas yang sesak tidak lagi dia rasakan. Dia sendiri terduduk di lantai pandangan yang tidak bisa melihat seberapa luas ruang itu.
"Apa aku meninggal?" Gumamnya dalam hati.
Dia berdiri perlahan dan itu lebih mudah dari tubuhnya yang penuh luka. Mata yang terus melihat ke sana kemari berharap sedikit cahaya namun itu hanya harapan palsu. Langkah pertama dia lakukan dan tiba-tiba seorang memegang pundaknya. Dia hanya melirik sedikit kebelakang. Tampak jelas itu adalah seorang wanita. Genggamannya semakin erat di pundak Maya.
"May!"
Maya terkejut dengan suara itu. Dia mengetahui dan yakin itu adalah suara Ibunya. Maya langsung membalikkan badannya. Wanita itu tersenyum bahagia bisa melihatnya. Begitu juga dirinya yang sangat bahagia bertemu dengan Ibu yang selama ini di rindukan.
"Mama," ucap Maya sambil berlinang air mata.
"Maya, kenapa kamu ada di sini?" katanya.
"Entah, Mama! Apa bisa aku ikut aja sama Mama!" Maya mulai frustrasi kembali.
"Ada apa sayang?"
"Aku tidak bisa membantu mereka." Keluhnya yang semakin tidak karuan.
"Sayang, Mama yakin kamu bisa! Eyang juga yakin bahwa kamu bisa! Dulu eyang juga sama kaya kamu. Bersemangat, kegigihannya membantu orang sangatlah besar." ujarnya.
"Tapi!" Tiba-tiba Maya kembali lagi ke tubuhnya. Darah yang terus keluar juga membuat semua orang panik. Menutupi mulutnya dengan kain adalah pertolongan yang sia-sia. Bu Ning membuat ramuan yang belum Maya minum. Ramuan itu ia habiskan dengan sekali tegukan.
Darah mulai berkurang keluar dari mulutnya. Dada juga sudah tidak terasa sesakit seperti pertama kali. Oca memeluk erat dan berkata, "Jangan tinggalin aku lagi!"
Maya hanya tersenyum mendengar ucapan Oca yang seperti tidak ingin dirinya mati. Tiba-tiba Gibran merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuh dan pikirannya. Dia terdiam dan di dalam hatinya berkeinginan membunuh Maya yang masih dalam masa pemulihan. Gibran menahan tangan dan pikirannya untuk tidak melakukan hal tersebut. Lalu Irsyad juga merasa ada keanehan di dalam dirinya. Dia merasa akan mencari Luna sendiri. Seakan pikiran dan hatinya tidak sejalan.
Sedangkan Oca juga seperti mendengar suara hati Maya yang mengatakan akan membunuh semua teman-temannya. Oca yang tadinya memeluk erat Maya langsung melepaskan dan mulai melangkah mundur.
"Ada apa?" kata Maya yang curiga dengan sikap temannya.
"Enggak," sahut Oca berusaha menutupi perasaannya.
"Kalian yakin enggak kenapa-kenapa?" Maya bertanya kembali.
"Iya," jawab mereka ragu.
Tetapi Maya tetap curiga dengan mereka. Tatapan sekilas yang mereka buat menandakan bahwa sedang ada hal yang mereka ingin lakukan. Tetapi Maya hanya membalas dengan senyuman tanpa mengeluarkan kecurigaannya.
"Em, bisa enggak kalian biarkan aku sendiri dulu. Aku ingin istirahat, semua ini membuat aku lelah!" kata Maya.
"Iya, Neng! Tidur yang nyenyak ya! Kalau ada apa-apa bisa panggil Ibu!" sahut Bu Ning.
"Terima kasih."
Semua teman-temannya juga ikut pergi dari kamar Maya. Sedangkan Maya merebahkan dirinya kembali di tempat tidur. Menarik napas dan mulai memejamkan mata.
"Maya, Maya!"
Maya mendengar ada seseorang yang memanggil namanya dengan nyaring. Maya tidak bisa membuka matanya. Dia hanya mendengar suara itu yang semakin lama semakin mendekat.
"Maya, Maya! Tolong aku!"
Suara itu semakin mengganggu telinganya. Semakin memaksa matanya untuk terbuka semakin sulit untuk dilakukan. Maya yakin ada hal yang tidak beres. Maya mengepalkan tangannya menandakan bahwa dia sudah muak dengan astral projection. Hidupnya semakin tidak tenang ketika matanya mulai terpejam.
"Argh, hentikan semua ini!" Teriak Maya dengan kencang.
Tiba-tiba Maya seperti tercekik, cekikan itu sangat erat dan susah untuk dia lepas. Dia tau bahwa dirinya sedang di alam bawah sadarnya dan mungkin kini tubuhnya sedang ingin di ambil alih oleh makhluk yang berada di dunia lain.
Suara itu berubah bertambah berat dan menyeramkan. Suara lirih yang juga semakin menggangunya untuk keluar dari dunia itu. Suara-suara yang semakin bercampur menjadi satu.
"Ikut aku, ikut aku!"
Tarikan mereka juga membuat tubuh Maya tidak dapat bergerak bahkan susah untuk bernapas. Maya terus berusaha memberontak bahkan mengeluarkan sedikit energinya untuk keluar dari zona itu. Pada akhirnya Maya berhasil keluar dari dunia mereka dan kembali ke tubuhnya.
"Aku enggak boleh begini terus, saat aku tertidur mereka berusaha untuk menguasai tubuhku."
Maya memutuskan untuk tidak sedetikpun memejamkan matanya. Hingga matahari mulai muncul mata Maya masih belum terpejam dan itu membuat kondisinya semakin memburuk.
"May, kamu kenapa?" tanya Oca.
"Enggak apa-apa!" ucapnya pelan.
Oca menyadari bahwa Maya tidak tidur semalaman. Tetapi justru pikirannya berasumsi hal lain.
"Hm, apa Maya benar-benar akan bunuh teman-temannya. Makanya dia tidak tidur untuk merencanakan strateginya. Ah, benar kemarin dia mengatakan hal itu! Aku punya rencana? Apa ini maksud hatinya? Kenapa tiba-tiba aku bisa mendengar suara hati Maya? Aku yakin pasti akan ada sesuatu yang di perbuat! Tapi kenapa dia seperti biasa aja? Apa mungkin dia berusaha menutupi dari kita?" Gejolak di hati Oca.Tidak beberapa lama Gibran datang. Seperti biasa dia menanyakan dan melihat kondisi Maya. Tetapi dia terganggu dengan pikirannya.
"Semua ini karena Maya yang memiliki kemampuan ini. Coba kalau dia enggak jadi manusia aneh, enggak mungkin akan terjadi seperti ini. Entah, kenapa orang tuaku suka sama Maya. Sedangkan dia aja ungkapan perasaanku tidak pernah dia jawab. Apa mungkin aku sudah kena pelet? Aku harus membuktikannya sendiri." Gumamnya dalam hati."Kalian kenapa? Ada yang salah? Atau ada yang ingin kalian bicarakan?" tanya Maya.
"Em, enggak May! Kita cuma senang kamu kembali." Mereka menjawab dengan maksud yang sama.
"Hem, ( Maya tersenyum kecil) mana Irsyad?" tanya Maya.
"Sepertinya dia masih di kamar, mau aku panggilkan?" jawab Gibran.
"Enggak perlu, mungkin dia perlu menjernihkan pikirannya. Kalian juga mungkin bisa menjernihkan pikiran kalian. Beberapa minggu ini kalian sudah mengalami hal yang tidak lazim. Ku enggak mau kalian sakit!" ujar Maya menyarankan mereka untuk istirahat.
"Tapi kamu enggak apa-apa di tinggal?" tanya Oca.
"Enggak, aku sudah jauh lebih baik!"
Mereka pun meninggalkan Maya sendiri di kamarnya. Maya hanya bisa tersenyum dengan sikap temannya yang seakan mulai menjauhinya.
"Tunggu waktu yang tepat, terima kasih kalian sudah banyak membantu aku. Rasa sakit kalian, tangisan, amarah, kehilangan akan aku tampung di dalam diriku. Mungkin kemarin aku tidak bisa menghalangi perbuatan tidak baik dari kalian. Tapi sekarang aku harus melakukannya, walau itu akan merubah segalanya. Pertemanan yang mungkin akan menjadi kenangan di sini. " Begitulah ucapan Maya di hatinya.
Maya hanya menunggu waktu yang tepat untuk membereskan semua kekacauan itu. Tentunya dia harus lebih tenang menghadapi semua yang terjadi. Walau akan ada yang harus membayar semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Horor"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...