Chapter 31

196 11 0
                                        

Luna memberi saran kepada Gibran agar memesan kapal untuk kepergian mereka dengan alasan supaya lebih berasa sebagai petualang. Gibran yang terbujuk rayuan itu menyetujui ide Luna.

Diperjalanan ketika Maya duduk bersama Irsyad dan mulai obrolan kecil. Luna merasa cemburu dengan kedekatan itu. Dia berusaha menyingkirkan Maya dengan tangannya namun tidak bisa. Hingga terjadi suatu insiden ketika Maya terjatuh ke dalam laut.

Menghilangkan benda yang digunakan untuk menyelamatkan hidup Maya juga salah satu cara untuk menyingkirkan. Hingga tiba di desa, Luna telah mengetahui bahwa desa itu banyak orang-orang yang ingin melakukan pemujaan dan perjanjian. Luna memberitahu kepada Satria untuk ikut dengannya untuk mengambil keris dan permata. Konon katanya keris dan permata itu adalah sebuah kekuatan yang tidak ada taranya.

Ketika malam suro yang mereka lakukan. Mereka menemukan sebuah kuburan yang sudah tidak terlihat namanya. Bahkan tampak tidak seperti kuburan yang lainnya.

Tidak jauh dari kuburan itu Satria dan Luna melihat seperti cahaya yang ada di tanah. Mereka datang dan rekam itu tanah. Luna yang penasaran menggali dengan tangannya dan mereka menemukan sebuah Keris yang dimana keris itu ada tulisan Jawa kuno dan sebuah nama.

Keris itu pemilik dari Adipramana akan tetapi tulisan Jawa kuno itu tidak dapat diterjemahkan. Mereka mengambil keris itu dan kembali pada barisan untuk perayaan malam suro. Hingga pada saat Maya mengalami kerasukan yang tidak bisa mereka jelaskan. Luna dan Satria tidak terpikirkan jika itu karena mereka telah mencuri keris itu.

Hingga terjadi hal-hal yang aneh. Luna semakin hari semakin bersikap tidak sewajarnya. Dia bermimpi bertemu seseorang wanita memakai pakaian Jawa dengan tegap berdiri menghadap Luna dan berkata, "Kalau kamu mau ilmuku aku akan kasih, tetapi kamu harus melakukan hal ini."

Luna terbangun dan menceritakan hal tersebut kepada Satria. Di tambah lagi Luna kesal dengan Maya yang selalu mendapat perhatian semua orang. Hingga memfitnah Maya untuk mendapatkan keinginannya. Melakukan hal yang tidak senonoh dengan Gibran juga hal pertama untuk syarat dia sedang mencoba masuk dalam perjanjian.

***

"Luna gila banget sih!" sahut Irsyad.

"Intinya dari semua itu dia cemburu dengan kamu May! Sebenarnya aku juga sama dengan dia. Tapi setelah kamu menolongku ketika itu aku sadar bahwa seharusnya aku enggak begitu. Tapi aku enggak bisa May! Karena nama ku sudah terdaftar oleh dia?"

"Dia? Dia siapa?" tanya Gibran.

"Sara Darmastuti, itu namanya," sahut Maya.

"Dari mana kamu tau May?" Satria sedikit terkejut.

"Panjang ceritanya, tapi yang jelas ini bukan suatu hal yang kebetulan," ujar Maya.

"Terus sekarang Luna kemana?" tanya Oca.

"Tunggu dulu, Naura? Naura apa?" Irsyad mulai curiga.

"Kalau soal Naura, itu juga karena ulahnya. Aku di suruh membunuhnya dan mengambil darahnya!" Begitu pengakuan Satria.

"Kurang ajar banget, Lu! Otakmu ada atau enggak bangs**t! Sekarang dia di mana?" Gibran hampir memukul Satria.

"Maafkan aku, maafkan aku!"

"Mana Naura?" Teriak Gibran yang semakin emosi.

"Di-dia, sudah tiada," ujar Satria sambil menangis.

"Apa?" Gibran tak kuasa menahan marahnya. Dia memukul wajah Satria hingga perkelahian itu tidak terbendung lagi.

"Sudah hentikan, Naura belum meninggal. Aku merasa dia belum meninggal." Maya berusaha membangkitkan semangat teman-temannya.

"Enggak mungkin May, karena aku sendiri yang," ujarnya terhenti.

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang