"Ini bukan tubuhku, tubuh siapa yang sedang aku pakai ini?" Maya mulai menyadari bahwa itu bukanlah tubuhnya.
Seorang pria mendekat dan membawa kembali tubuh yang tidak berdaya itu. Pria itu meletakkan di bawah pohon besar sambil berkata, "Aku serahkan ini untuk kemakmuran desa."
Setelah berbicara pria itu pergi meninggalkannya. Tampak begitu lama hingga larut malam. Entah mengapa Maya terasa ingin tertidur. Ia memejamkan matanya untuk beberapa saat. Tiba-tiba terdengar sesuatu yang mendekat, Maya berharap itu bukanlah binatang buas. Membuka mata dengan perlahan, betapa terkejutnya sesosok menyeramkan berada tepat di atas tubuh itu. Mengeluarkan cairan hitam dari mulutnya membuat Maya ingin bangun dari mimpi tersebut.
"Astaga, kenapa dia memandangku?" Gumamnya dalam hati.
Sosok itu menaruh kukunya tepat di perut Maya. Ia tusukan kuku itu hingga Maya merasakan sakit yang luar biasa.
"Aaa, ini menyakitkan! Haa, ini bukan mimpi! Kenapa aku bisa merasakan." Maya menyadarinya, bahwa dia dapat merasakan apa yang tubuh ini rasakan.
Tusukan itu semakin dalam dan semakin dalam. Maya yakin bahwa tubuh perempuan ini akan di jadikan tumbal oleh warga desa. Maya berusaha untuk menggerakkan tubuhnya. Berharap bahwa merespon di dalam tubuh perempuan ini.
"Aku enggak boleh mati di sini!" ucap Maya.
Perlahan tubuh Maya dan tubuh perempuan ini menjadi satu. Maya sepenuhnya masuk ke tubuh perempuan tersebut di bawah alam sadarnya. Maya yang sangat marah memegang tangan sosok itu dan mengeluarkan tangan yang menusuk perutnya.
Kemarahan sosok tersebut, membuat semua seakan bergetar. Dengan jalan yang merangkak dia mendekati Maya. Menerkam bagai binatang buas. Maya tahu bahwa dirinya akan mati jika tidak dapat melawan sosok yang menyeramkan tersebut.
Sosok itu mengeluarkan cairan hitam beserta belatung menumpahkan ke wajah Maya. Lalu sosok itu tiba-tiba pergi dengan merangkak jauh meninggalkannya. Maya sedikit bernapas lega, ia bersandar di bawah pohon tersebut. Kaki dan perutnya terasa sakit. Maya tidak mampu untuk berdiri bahkan berjalan.
Matahari semakin menampakan cahayanya. Menandakan waktu sudah pagi. Maya yang masih lemah melihat situasi hutan yang rindang. Seorang pria datang menghampirinya. Maya berusaha fokus untuk melihat wajah pria itu. Namun dia masih tidak bisa melihat dengan jelas. Hanya suara pria itu yang berkata, "Bagaimana bisa kamu masih hidup."
"Cih, dia mau mengorbankan seorang wanita. Andai tubuh ini masih sanggup untuk berdiri. Ingin rasanya ku pukul wajah pria brengsek ini!" Maya berkata dalam hatinya.
Pria itu menggendong dan membawanya ke sebuah rumah. Di mana beberapa orang yang sebelumnya Maya lihat itu juga berada di tempat yang sama. Obrolan mereka membuat Maya merasa geram dan ingin sekali untuk mengobrak-abrik tempat tersebut.
"Bagaimana bisa dia masih hidup."
"Aku tidak tahu, mungkin kita harus melakukan ritual kembali."
"Yang benar saja, sebelumnya tidak pernah terjadi akan hal ini!"
"Mungkin dia wanita yang beruntung."
"Malam ini kita akan mengulang ritual itu kembali."
Pria tersebut mengobati tubuhnya dengan racikan rempah-rempah. Tangan Maya berusaha meraih tangan pria itu. Dengan keterbatasan tenaga Maya memegang tangan pria itu. Menggenggam dengan kencang hingga pria tersebut berkata, "Lepaskan... Mana mungkin kamu bisa bergerak."
Maya semakin kencang menggenggam tangannya. Kemarahan Maya tidak terbendung lagi. Perabotan rumah tersebut bergerak dengan sendirinya. Itu membuat pria merasa ketakutan. Ia berteriak sehingga beberapa temannya datang membantu melepaskan genggaman tangan Maya.
Pandangan Maya semakin lama semakin membaik. Semakin bertambahnya amarah yang di rasakan Maya, semakin dia dapat melihat jelas wajah semua para penjahat tersebut. Tubuh Maya dapat di gerakan itu juga membuat mereka tercengang tidak percaya.
Genggaman tangan itu masih di eratkan. Perasaan aneh yang Maya rasakan tidak dapat ia kontrol. Marah, benci, ingin rasanya membunuh mereka, semua menjadi satu di benak Maya.
"Panggil dukun kemari, cepat!" Pria yang satunya memerintahkan.
Beberapa saat dukun itu masuk dengan gayanya yang membuat penghalang untuk Maya. Namun tidak ada satupun yang sanggup menghentikannya. Genggaman itu dilepaskan oleh Maya. Tangan pria tersebut patah, ia menjerit kesakitan. Dia mengobrak-abrik rumah, melemparkan sesajen, lilin hingga semua yang ada di rumah itu.
Di pikirannya hanya ingin menolong perempuan ini dari mereka yang menumbalkan nya. Maya mulai berkata dengan terbata-bata, "Aku bukan boneka yang pantas untuk kalian tumbalkan!"
"Dia bicara." ucap Pria yang lain.
"Aku, Uhuk, uhuk, (ada sesuatu yang menancap di tubuh Maya) kenapa belakangku sakit!" Maya bersimpuh merasakan sakit.
"Kalian sama yang begini saja tidak bisa mengurus!" ucap Pria berbadan tegap.
"Uhuk, Uhuk!" Maya mengeluarkan darah yang cukup banyak. Ia berusaha mengambil benda itu dari belakang tubuhnya. Mencabut dengan perlahan lalu ia kembali berdiri. Luka di tubuh perempuan ini sangatlah banyak. Mungkin juga dia selalu memberontak ketika mereka tengah menganiayanya.
Maya berdiri menghadap Pria berbadan tegap. Mendatanginya dengan sedikit sempoyongan. Menggenggam baju pria itu dan berkata, "Kau tahu, seharusnya aku tidak di dunia ini."
"Kalau begitu sebaiknya kau ke neraka! Buk!" Pria itu memukul Maya dengan keras. Ia terjatuh dan pingsan.
Pada saat terbangun Maya sudah dalam keadaan di pasung. Ketika ingin melepaskan ikatan itu Maya keluar dari tubuh Perempuan tersebut.
"Tenang ya aku akan menolong kamu!" Maya berusaha untuk melepaskan ikatan itu.Tiba-tiba mereka kembali datang membawa pecutan. Memukul wanita itu dengan sangat kejam. Maya sangat marah dia mencekik leher Pria tersebut. Membuatnya menghentikan perilaku yang tidak menyenangkan.
"Agh, tolong!""Ada apa?"
"Tolong, aku tercekik!" Dia kesusahan untuk berbicara.
"Sudah ku bilang jangan menyakiti dia!" Maya sangat geram, namun Pria itu tidak dapat mendengarnya.
Teman Pria tersebut membantunya, namun tetap tidak dapat melepaskan cekikan itu. Kemarahan Maya semakin membara, entah itu perasaan sakit yang tidak dapat ia terima. Tiba-tiba datang Pria berbadan tegap. Ia bisa memegang tangan Maya di leher temannya. Maya merasa dia lah pria yang memiliki ilmu lebih besar dari pada yang lainnya.
Maya melepaskan tangannya lalu ia membisikkan sesuatu ke Pria tersebut. Hingga dia terkejut seketika, melihat ke kanan dan ke kiri. Maya kembali berbisik di telinganya, "Aku tahu siapa kamu! Jangan pernah ganggu wanita itu kalau kamu tidak mau menyesal."
"Siapa itu, keluar kamu? Beraninya kamu berkata begitu kepada saya! Kamu tidak tahu siapa saya!" ucap Pria itu dengan bersuara besar.
"Adipramana, itu namamu bukan!" Bisikan Maya mengganggu pikirannya.
"Keluar kamu keluar!" katanya mulai cemas.
Maya masuk ke tubuh wanita yang di pasung. Tertawa hingga mereka semua tersentak bahkan terdiam memandang tubuh tak berdaya itu tertawa. Adipramana mendekati wajah perempuan tersebut. Mengangkatnya hingga mereka bertatapan wajah.
"Kenapa Adipramana? Bukankah kamu sudah memegang tanganku tadi!"
"Dia bukan Ambar! Siapa kamu?" Adipramana sambil memegang wajah wanita itu.
Maya tiba-tiba teringat nama yang diucapkan oleh Adipramana. Maya seperti mengenal nama tersebut. Maya terdiam sambil berpikir, namun tiba-tiba setengah memori hidupnya hilang di kepalanya. Maya yakin bahwa dia mengenal dengan nama tersebut. Maya pun yakin akibat terlalu lama berada di dunia ini membuatnya kehilangan sebagian memorinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAPETAKA ( Tamat )
Kinh dị"Jangan sekali-sekali melakukan sesuatu hal yang merugikan diri kalian sendiri, bapak tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu?" Tujuh anak SMA yang berlibur ke suatu tempat di mana tempat itu memiliki sebuah cerita legendaris atau cerita mistis...