Chapter 21

160 9 0
                                    

"Apa mengorbankan itu yang di namakan cinta Sara!" Maya mulai kesal.

"Bukankah kamu menyetujui hal itu dan bukankah kamu sendiri yang ingin melakukan itu?" ujar Sara.

"Aku bukan Ambar!" Teriak Maya.

Sara tersentak ketika ia di bentak oleh Maya. Matanya mulai berkaca-kaca menandakan bahwa dia sedikit kecewa pada Ambar temannya.
"Sudah sebaiknya kamu pergi dari sini!" Maya mengusirnya.

Sara menangis dan pergi meninggalkan Maya. Perasaan kasihan kepada Sara dia tutup dengan ke marahannya. Maya berharap bisa memberitahunya suatu hari nanti. Tetapi itu mungkin sebuah rencana yang tidak akan pernah ia ucapkan.

"Maafkan aku Sara ini harus aku lakukan." Maya sedikit menyesal dengan sikapnya.

Tidak beberapa lama kemudian datang Adipramana dengan membawa sebuah kantung. Kantung itu terdapat bercak merah. Maya tidak ingin menanyakan hal itu, namun padangan yang cukup aneh membuatnya harus bertanya.

"Apa itu?"

"Hewan buruan!" jawabnya singkat.

"Buka, aku mau lihat!" ujar Maya memaksa.

"Jangan, ini bukan urusanmu!" sahutnya yang membuat orang bisa menaruh curiga kepadanya.

Maya mengambil kantung itu dengan paksa. Tentu itu membuat Adipramana marah. Maya membuka kantung tersebut ternyata hal yang mengejutkan dia lihat. Itu bukanlah hewan buruan melainkan.
"Apa yang kamu lakukan bodoh!" Maya tampak sangat kesal.

"Itu bukan urusanmu!" Adipramana juga ikut marah.

"Jawab aku, kalau tidak...." Maya mengancam agar Adipramana menjawab dengan jujur.

"Cukup dengan sikapmu seperti itu!" ucap Adipramana.

Adipramana mengeluarkan ilmu kesaktiannya. Itu membuat Maya berlutut di hadapannya. Kakinya tidak dapat berdiri seakan tertahan di lantai. Maya hanya tidak ingin berada di situasi ini lebih lama. Di dunia nyata pasti sudah terjadi sesuatu itu firasatnya. Tubuh ini tidak membiarkan Maya bangun dari mimpi buruknya. Seakan dia tersegel bersama tubuh yang sedang ia gunakan di zaman ini.

Sara kembali dan menghentikan tindakan Adipramana. Dia berusaha menyadarkan Pria itu dengan kata-kata indah yang pernah Ambar dan dia ucapkan. Namun Adipramana begitu murka dengan Ambar yang menurutnya memperlambat kerja kerasnya untuk kemakmuran desa.

"Cukup Sara, aku tidak akan pernah membiarkan seseorang mengorbankan orang lain untuk hal yang sepele. Aku tidak akan biarkan kamu membuat aku hidup di zaman ini terlalu lama!" ucap Maya yang juga sangat marah.

"Apa yang kamu bicarakan, Ambar! Hidup di zaman ini!" Sara terkejut dengan ucapan Maya.

"Aku sudah berapa kali bilang aku bukanlah Ambar." Teriak Maya. Tiba-tiba terjadi sesuatu, angin semakin kencang dan semakin kencang. Menggoyangkan pohon bahkan menghancurkan rumah sekitar.

Kemudian ada sesuatu yang ia rasakan. Bagai tertusuk sebuah pedang di dadanya dan tusukan itu semakin dalam dan semakin dalam.

Jlub!

Sara menusukan pisau di tubuh Maya.

"Kamu sudah terlalu banyak bicara Ambar!" Sara seperti seorang yang kehilangan akal. Wajahnya bagai seorang pembunuh berantai. Tiba-tiba Adipramana berteriak sambil memegang kepalanya yang terasa menyakitkan.

"Sara?"

"Aku, kira kamu begitu mudah untuk aku hilangkan dengan semua yang aku rencanakan!" Lirikan Mata Sara yang sangat keji.

"Maksudmu?"

"Apa kamu lupa dengan perjanjian kita untuk tidak mencintai seorang bangsawan? Apa kamu lupa bahwa kamu akan memberikan Adipramana untukku? Apa kamu lupa janjimu sendiri?" Teriak Sara yang sangat marah.

"Ah, Irsyad kalungku!" ucap Maya pelan teringat tentang kalungnya.

Tidak beberapa lama Maya pingsan. Saat ia kembali sadar, tubuhnya telah di ikat di bawah pohon besar. Sara duduk di depannya bersama sajen-sajen yang sangat banyak dan beragam. Maya yang masih merasakan sakit tidak berbicara sepatah kata pun.
"Aku tidak menyangka kamu bisa bertahan dengan luka yang aku kasih, Ambar. Dari kita kecil aku sudah membencimu, orang-orang memujamu bagai malaikat. Bahkan orang tuaku ikut membanggakan mu. Bertahun-tahun lamanya aku menyimpan semua ini. Kebencianku kini sudah di batas ketahanan. Semua musibah di desa ini akulah penyebabnya. Aku membenci mereka semua yang menyukaimu." Sara sambil mempersiapkan sebuah ritual yang besar.

Kemudian Sara mendekati Maya dan menunjukan foto ketika mereka masih kecil. Foto itu disobeknya di depan Maya. Wajah Ambar yang cantik pun di goresnya dengan pisau panas. Lalu ia tunjukan cermin di wajah Ambar. Betapa terkejutnya Maya ketika melihat wajah Ambar yang ternyata Eyangnya. Wajahnya mirip dengan Maya di usianya yang sekarang.

Maya langsung melotot seakan dia tidak percaya apa yang dia lihat, beberapa detik setelahnya barulah dia ingat.

"Haa, aku masuk di zaman Eyang masih muda. Jadi selama ini, yang di pasung, yang di sakiti, yang di... Ah, cuih! Brengsek! Kenapa aku tidak bisa mengingat nama Eyang." Gumamnya dalam hati. Tampak di wajah Maya yang sangat marah.

"Hei, wajahmu memerah! Tunggu sebentar lagi aku akan persembahkan mu untuk ilmuku." Sara begitu membenci Ambar.

Adipramana datang mengulurkan kerisnya. Dia tidak seperti Adipramana yang pertama Maya lihat, keji, kejam bahkan tidak berperikemanusiaan. Semua itu hilang di dalam dirinya.

"Sara, apa yang kamu lakukan?" ucapnya.

"Berhenti di sana! Kau bodoh memilih wanita seperti Ambar. Bahkan kau bodoh menjadi laki-laki yang memiliki ilmu. Kau dibutakan karena cintamu pada dia." ujar Sara.

Tiba-tiba langit terasa cepat berpindah menjadi malam. Maya yang masih belum bisa bergerak hanya dapat melihat Adipramana beserta teman-temannya tergeletak tak berdaya.

"Irsyad, kalungku! Irsyad kamu bisa mendengar ku, Irsyad kalungku, kalungku." Maya berusaha di sisa waktu itu berkomunikasi dengan Irsyad.

Sara melanjutkan ritualnya dengan fokus. Ia memejamkan matanya lalu mengucapkan mantra. Tiba-tiba makhluk-makhluk tak kasat mata datang begitu banyaknya. Mengelilingi Maya yang sedang terikat di bawah pohon. Makhluk yang pernah dia lihat pun ada pada saat itu. Adipramana melihat dengan kedua matanya bahwa Sara telah melakukan perjanjian setan untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dan kekuatan.

Semua makhluk-makhluk itu semakin mendekat dan ada beberapa yang melukai Maya. Tiba-tiba hal yang mengejutkan terjadi. Mereka semua terpental dengan sendirinya. Ada beberapa juga yang terbakar di depan Maya.

"Ha, kenapa?" Sara terkejut.

"Apa yang terjadi, kenapa?" Adipramana juga ikut terkejut.

Maya menjawab sambil tersenyum kecil di mulutnya, "Sudah aku katakan berulang kali, kalau aku bukanlah Ambar. Kamu sudah menyakiti dia yang aku sayang."

Adipramana melihat sebuah kalung yang melingkar di leher Ambar, untuk kesekian kalinya dia terkejut.
"Mengapa bisa kalung itu bersama Ambar? Sejak kapan dia punya kalung itu?"

Maya berdiri dengan rasa sakit yang ia tahan. Semua makhluk yang ingin menerkam nya pun telah menghilang. Maya mendekati Sara yang sedang memegang keris Adipramana.

"Bukankah aku sudah katakan aku tidak akan membiarkan orang mengorbankan orang lain untuk kepentingannya. Bukankah aku sudah katakan aku bukanlah Ambar." Maya memegang keris itu dan membuangnya ke tanah.

"Kamu siapa? Kamu pasti merasuki Ambar, Ambar tidak akan pernah berani melakukan hal ini!"  Sara mulai tersudut.

"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Yang perlu kamu tahu Ambar dan Adipramana adalah keluargaku." Maya sangat marah, ia menyodorkan kalungnya dan itu membuat Sara mengalami hal yang aneh.

Lalu Maya mengucapkan sesuatu itu membuat semua makhluk yang dia suruh untuk membunuh bahkan mencari korban untuk kesaktiannya beralih menyerang dan mengambil sukmanya.

Sara yang masih memiliki sedikit tenaga sebelum meninggal berkata, "Suatu hari aku akan bangkit untuk menghancurkan keturunanmu Ambar. Aku akan membuat seorang membangkitkan ku untuk kembali balas dendam."

MALAPETAKA ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang