Seorang pangeran, apalagi putra mahkota seperti dirinya tidak boleh terluka. Tentu saja. Wajahnya adalah yang terpenting dari semua.
Tergores sedikit saja, pasti akan menimbulkan tanya di hati raja. Untuk itu, satu peraturan mulai Hyuk tekankan setiap kali ada tantangan yang datang, "Jangan menorehkan secuil saja luka di wajahku, atau kalian akan berakhir di tanganku."
Hyuk tak pernah asal bicara, semua ancamannya yang tak dipatuhi pasti akan berakhir eksekusi. Entah itu di tangan pengawalnya, atau di tangannya sendiri.
Tak hanya Yechan, tapi semua yang ada di sana mengerti bahwa kendali tertinggi tempat ini ada di tangan orang ini.
Yang Hyuk, berada di urutan pertama pada daftar orang yang paling Yechan benci, tapi juga Yechan kagumi.
"Apa dia selalu hebat seperti itu?"
"Mm." Hanya dengungan yang Yechan berikan atas pertanyaan Sebin barusan.
Kakaknya terlihat terpukau dengan Hyuk yang sedang menghajar pria malang -mereka yang bertarung demi uang.
Memuaskan hasrat sang putra mahkota yang sepertinya akan gila jika tak ada darah yang menempel di tangannya.
"Jangan menyukainya, hyung. Dia adalah jenis manusia dengan tembok tinggi yang mengelilingi."
"T-tidak! Aku hanya berkata dia hebat, bukan berarti aku menyukainya, Yechan-ah."
Yechan membalas dengan dengusan. Tak seberapa lama, atensinya kembali ke pangeran pertama. Tak peduli riuhnya suasana, Kim Jaehan adalah yang paling menarik perhatiannya.
Sang pangeran tampak mengatakan sesuatu pada pengawalnya yang langsung dihadiahi dengan anggukan tanpa sedikitpun keraguan.
Yechan berandai, bagaimana jika dia menjadi pengawal istana?
Tapi, sejauh ini belum ada perekrutan lagi. Yechan rasa usianya yang sekarang sudah cukup jika dia ingin melamar menjadi pengawal.
Dia mungkin tak sehebat Yang Hyuk, tapi ia juga tak menganggap dirinya buruk.
Di tengah lamunannya, terdengar suara teriakan.
Seketika itu juga hening menyelimuti arena. Semua mata yang tadi fokus pada pertarungan, kini menatap seorang pelayan yang berada dalam pelukan sang pengawal kerajaan.
Sebuah pelukan erat dengan bilah tajam yang menempel di lehernya. Satu goresan saja dan darah akan keluar dengan derasnya dari sana.
Pengawal itu berwajah tampan, namun sorot matanya begitu dingin. Seolah emosi yang ada dalam dirinya terserap habis.
Di sela kesunyian yang sesekali terdengar isakan dari si pelayan, ada suara langkah berat disertai ketukan dari sepatu yang jelas bukan orang sembarangan yang bisa memiliki itu.
Kim Jaehan, tanpa penutup wajah, atau bahkan sesuatu untuk melindungi identitas berjalan ke tengah ruangan dengan angkuhnya.
Bibirnya melengkung, membentuk senyum yang membuat semua yang melihatnya akan berkata hal yang sama.
Cantik.
Sayangnya, itu adalah jenis kecantikan yang mengerikan. Orang-orang yang ada di sana berlutut tanpa menunggu diperintahkan.
Sebenarnya dengan kekuatan mereka semua, seorang pangeran bertubuh kurus itu adalah hal mudah untuk ditumbangkan. Yechan cukup terkesan dengan aura berat yang Kim Jaehan keluarkan.
Kini hanya mereka yang berdiri, yakni Yechan, Jaehan, Hyuk, juga pengawal bersama sanderanya.
Sebin ingin turun dari kursinya dan berlutut, namun Yechan menahan lengannya. Mengisyaratkan agar Sebin tak melakukan apa-apa.
Bukankah sudah Yechan katakan, tak ada kasta di tempat ini.
Peraturan yang sudah jelas dibuat oleh putra mahkota itu sendiri. Sepertinya Jaehan mengerti, karena pria itu hanya memberinya sekilas pandang dan kembali melangkahkan kaki jenjangnya.
Kini Jaehan berdiri di tengah arena. Menghampiri adiknya, tak segan membuka apapun yang menutupi wajah sang putra mahkota.
"Sayang sekali wajah tampan ini harus terus kau tutupi."
"Hyungnim-"
"Apa kau bersenang-senang, Hyukie?"
Hyuk terdiam.
"Ah, kedatanganku ke sini hanya ingin menyampaikan sesuatu." Detik itu Jaehan menoleh, memandang ke arah Yechan yang masih berdiri dengan tatapannya yang cukup tajam -tentu tanpa sengaja Yechan layangkan.
"Aku ingin mencari pelayan. Tentu saja, pelayan yang nanti akan melayaniku secara pribadi."
Jaehan tersenyum sebelum memalingkan wajahnya.
"Siapapun yang berkenan, kuharap kalian datang ke istana tiga hari lagi. Syaratnya mudah," Jaehan meletakkan tangannya di bahu sang pangeran bungsu, eskpresinya tampak puas sekali saat itu, "Cukup kalahkan dia ... untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
BloodLine ✅
FanfictionKim Jaehan is a prince who failed to become crown prince, met Yechan who intended to take revenge, but ended up falling in love with the prince